B. Sewa Penthouse

812 112 5
                                    

Memasuki bangunan tertinggi di gedung lima puluh lantai itu, Khaesang langsung rebahan di sofa mewah yang ada di ruang tamu. Penthouse milik keluarganya yang menjadi kado ulang tahun untuknya dan sang kembaran menjadi pilihannya untuk pelarian.

Ingin rasanya tinggal di rumah sanak saudara tapi Khaesang tidak dekat dengan mereka. Kalau mau ngekost dekat sekolah, kayanya Khaesang ngga mungkin betah tinggal di rumah petak kecil. Terbiasa hidup mewah menuntut sifatnya menjadi suka yang berbau uang.

"Hah, sepi banget kalo tinggal sendiri gini," mulai keluar keluhan dari Khaesang yang merasa Penthouse itu terlalu besar untuknya tinggal sendiri.

"Gue buka sewa kamar kali yah, buat jadi temen rumah?"

Ide itu muncul begitu saja di tengah dirinya yang merasa kesepian ini. Maklum, hidup kurang lebih lima belas tahun bersama sang saudara menjadi kebiasaan baginya untuk ditemani setiap harinya.

Cekrek

Cekrek

Cekrek

Foto sana foto sini, setiap sudut kemewahan di Penthouse itu Khaesang foto tanpa terlewat. Kemudian memasang iklan 'butuh teman tinggal' di akun media sosialnya.

Untuk ukuran Penthouse yang super mewah itu, Khaesang mematok harga cukup lima ratus ribu perbulan. Murah meriah sekali karena memang Khaesang tidak butuh uang mereka, dia sudah kaya dari lahir. Uang sewa hanya formalitas baginya.

"Gue tinggal tidur deh, paling nanti udah ada yang mau."

Terlalu lelah rasanya karena sejak kemarin tidak bisa tidur dengan nyenyak. Khaesang memilih melanjutkan rebahan-nya dengan tidur. Meninggalkan keheningan di ruangan besar itu.

Ting tong

Kurang lebih dua jam Khaesang tertidur dan suara bell dari pintu utama berbunyi, membuatnya bangun. Khaesang melirik sebentar ke arah sekitar, menunggu nyawanya terkumpul semua.

Ting tong

Ting tong

Ting tong

"Dasar setan!"

Namun suara tidak sabaran dari bell itu terus berbunyi, membuat Khaesang pusing di buatnya. Jika ini bukan orang yang mau menyewa kamarnya, sungguh Khaesang akan menendang orang itu dari lantai lima puluh.

"Bentar elah!" seru Khaesang kesal.

Membuka pintu dengan malas, seketika beberapa orang yang berkumpul di depan pintu itu langsung menampakkan wajah tidak berdosa karena sudah mengganggu tuan rumah.

"Copot iklan sewa kamar Lo cepet! Udah ada yang mau nyewa nih!" kata salah satu tamu itu.

"Siapa?"

"YA KITA LAH!"

Mereka yang berjumlah tiga orang langsung memaksa masuk tanpa seizin tuan rumah. Dua lelaki dan satu perempuan yang tidak asing lagi di mata Khaesang. Dengan setengah hati dirinya menutup pintu, berjalan menuju ke ruang tamu, tempat dimana orang-orang tadi bersantai di sofa mahal miliknya.

"Singkirin kaki kotor Lo dari sofa suci, Gue!" seru Khaesang dengan wajah cemberut.

"Hehe, santuy napa, Bro! Kita nih calon penyewa kamar Lo nih! Temen tinggal yang Lo butuh," ucap laki-laki yang terlalu santai sambil rebahan.

"Bakal jadi bencana kalo kalian yang sewa kamar gue!"

Lelaki yang lain berdecak tidak percaya, menggeleng pelan tidak setuju dengan ucapan Khaesang. "Lo jahat bener sama temen sendiri. Gini-gini kita rela jauh dari keluarga demi nemenin Lo tau!"

Kembar Nakal[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang