D. Trend menyesatkan

612 102 1
                                    

Whisang mengakhiri kelas paginya yang di awali dengan pelajaran bahasa Inggris. Yang membuat kaget Whisang pagi ini juga karena guru pengampu bahasa Inggris adalah teman dekat ayahnya.

Pak Jaka adalah guru bahasa Inggris yang sangat detail mengenai grammar. Whisang yang sudah les privat dari usia lima tahun dengan sahabat ayahnya itu, sudah khatam betul apa yang akan di ajarkan olehnya.

"Males banget liat muka Om Jaka mulu! Pengin gue lempar balok biar dia oplas ganti muka," ide konyol Jaka yang dia utarakan di depan kedua temannya.

Khafiz dan Andara hanya saling pandang, setelah itu lanjut memakan bakso sapi menu makan siang mereka hari ini.

"Kalian nggak kepo ke gue kenapa ngomong kaya gitu?" Whisang bingung sama teman barunya ini. Kaya nggak ada sikap kepo gitu kepadanya. Padahal dari kemarin Whisang selalu bertanya-tanya ini itu pada mereka.

"Lo mau tanya, Fiz?" Andara menatap Khafiz.

"Nggak tuh, Lo?" Khafiz balik bertanya.

Andara menggeleng dan memakan baksonya kembali. "Nggak mau over informasi, hehe,"

Dahlah, Whisang diem aja sama sifat kedua teman kamarnya yang hari ini jadi bestie dia. Khafiz dan Andara walau sering ribut, tapi bisa tiba-tiba klop kaya gini.

Ini yang bikin Whisang uring-uringan, sebab nggak bisa melihat another episode mereka bertengkar.

"Naksa!"

"Naksa!"

"Naksa!"

"Naksa Arjuna!"

Keributan tiba-tiba mengusik penghuni kantin termasuk Whisang dan kawan-kawan. Gerombolan anak-anak meneriakkan satu nama yang asing di telinga Whisang.

Semakin lama, sorakan itu semakin banyak kala penghuni kantin juga ikut-ikutan bersorak-sorai. Membuat kening Whisang mengernyit heran dengan situasi saat ini.

"Naksa? Siapa? Artis atau calon presiden? Kok di sorakin gitu?"

Andara bersiap menjawab sebelum Khafiz langsung menyerobotnya. "Anak yang tiba-tiba famous gara-gara menang tawuran beberapa Minggu lalu,"

Whisang menatap tak percaya."serius?"

Andara ingin menjawab tetapi lagi-lagi di serobot Khafiz. "Hm, beritanya udah lama tersebar sejak jaman mpls,"

"Kaya gitu di banggain? Emang udah akhir jaman," tutur Whisang menolak menerima kenyataan.

Naksa Arjuna yang namanya di sorak ramai-ramai itu entah mengapa mendekat ke arah meja Whisang dan kawan-kawan.

Tatapan tajam serta tubuh yang menjulang tinggi seakan mengintimidasi Whisang yang merasa sedang di diincar macan hutan.

Saat sampai di meja ketiganya, Naksa mengambil gelas berisi air putih yang masih penuh itu. Kemudian menyiramkan pada Whisang secara tiba-tiba.

"BAZENG!"

Whisang terkejut setengah mati, menghalau air yang sudah terlanjur membasahi wajah serta seragamnya.

"LO ADA MASALAH SAMA GUE!" ngegas Whisang yang sudah emosi.

"Ngga ada," Naksa menjawab dengan enteng dan raut wajah yang tengil.

"Terus ngapa cari masalah!" Seru Whisang masih kesal dengan perlakuan tiba-tiba anak yang baru dikenalnya.

"Cuman, nggak suka aja ma muka Lo!"

Whisang naik pitam dan ingin segera berbuat kekerasan kepada manusia di depannya ini. Namun Khafiz dengan sigap menahannya.

"Sabar, Sang! Sabar!"

Kembar Nakal[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang