K. Momen yang langka

495 89 6
                                    

Setelah sadar dari tidurnya yang dipaksakan akibat obat tidur dari ayahnya, akhirnya Khaesang bangun. Tubuhnya diselimuti sampai dada, dan rasanya nyaman sekali. Sebab, saat ini badannya benar-benar dingin, dan juga lemas.

Melihat ada bekas tempat orang yang juga tertidur di sampingnya Khaesang yakin itu adalah Whisang. Entah dari mana ada perasaan aneh yang masuk ke sanubarinya. Aneh dan menggelikan.

"Kamar ada banyak ngapain nempatin gue sama tuh anak satu kasur coba."

Setelah mengucapkan kalimat kekesalan, Whisang masuk kedalam kamar dengan membawa susu yang terlihat masih hangat. Khaesang yakin pasti susu itu untuk dirinya.

"Ck, ngapain bawain susu buat gue? Nggak butuh perhatian! Udah kadaluwarsa!" ketus Khaesang.

Whisang yang baru saja mendudukkan dirinya di sisi lain kasur, memberikan bombastis side eye kepada kembarannya. "Ge'er nya udah sedalam laut amazon! Orang gue bawa buat diri sendiri!"

Whisang meminum susu hangat itu selepas mengucapkan kalimat yang langsung mencelos di hati Khaesang. Dan juga membuat malu sampai ingin nyebur ke kolam ikan aja.

"Cih, salah paham juga manusiawi," balas Khaesang.

"Emang lo manusia?"

Balasan Whisang membuat Khaesang sebal setengah mati, dan menimpuk saudaranya dengan bantal yang lagi nganggur di sampingnya itu.

"Anjim, dasar!"

Selepas perdebatan yang berhenti sepuluh detik itu, Whisang tiba-tiba memberikan susu hangatnya yang sisa setengah gelas kepada Khaesang.

"Apaan nih? Gue bukan babu lo yang kudu nyuci bekas minum lo! Sorry!" tutur Khaesang sebal.

"Buat lo, "

Damn, tiba-tiba hati Khaesang mencelos sedikit. Kaya ada yang mengorek-ngorek sanubarinya. Dia menatap mata Whisang penuh penasaran. Apakah ada maksud terselubung dengan tindakannya barusan. Tetapi jika di racuni, kenapa Whisang juga meminum tadi?

Bimbang lah si Khaesang.

"Udah minum aja, biar efek obat tidur nya di netralin," ujar Whisang sambil mengacungkan gelas susunya.

Khaesang dengan cepat kilat seperti copet yang nyambar dompet korban, langsung mengambil gelas tersebut. Meminumnya perlahan sampai habis, setelah itu menyisakan segaris bekas susu pada bagian atas bibirnya.

Whisang ketawa ngakak ngeliatnya, sampai hampir kejungkal dari kasur. Khaesang yang udah tau kalau bakal ada bekas susu di atas bibir segera inisiatif menghapus, sebelum itu, dirinya mendorong Whisang agar benar-benar terjungkal dari kasur.

"Nanti gue jatuh Nyed!" seru Whisang yang berpegangan pada selimut agar tidur jatuh.

"Biar mampus!"

"Sinih gue lap mulut lo!" ujar Whisang sambil mengangkat kaos kaki bermotif tayo miliknya.

"Sianjir! Minta gue pitakin bulu ketek lo, yah!" seru Khaesang.

Pada akhirnya keduanya berakhir ribut di atas kasur, memukul dan mengumpat yang bisa disaksikan dari kedua kembar yang sudah lama tidak saling tegur sapa.

Jaya yang berdiri di ambang pintu tersenyum pasrah. Di tangannya terdapat semangkok bubur buatannya untuk kedua anaknya.

Tok tok tok

Jaya mengetuk pintu untuk menghentikan perkelahian keduanya. Atensi Sang kembar teralihkan, dengan posisi saling mengunci ala taekwondo, mereka melihat ke arah Jaya bersamaan.

"Bisa hentikan tindakan anarkis kalian? Ayah bawa makanan nih!"

Whisang dan Khaesang langsung memisahkan diri. Duduk berjauhan dari ujung kasur satu ke ujung lain. Jaya cuma geleng kepala. Dia masuk dan duduk di tengah-tengah keduanya.

"Ayah minta maaf udah masukin obat tidur ke mie instan kalian. Itu ayah lakuin biar sekali-kali kalian tidur di rumah. Cuma itu, tapi asisten ayah yang tolol itu malah over ngasihnya. Jadi kalian agak kena efek sampingnya." jelas Jaya.

"Sebagai permintaan maaf, nih ayah bikin bubur orang sakit premium buat kalian."

"Nggak di kasih obat lagi kan?" tanya Whisang ragu.

Jaya menggeleng, "nggak dong,"

"Ck, buat semangkok doang? Pelit banget." ujar Khaesang.

"Sengaja, biar berasa kekeluargaan gitu, semangkok berdua,"

Whisang dan Khaesang reflek bilang, "NAJIS!"

Jaya cuma bisa senyum seperti logo kumamon.

"Ayo, makan!"

Jaya hendak menyuapkan satu sendok mangkok, namun Khaesang menginterupsi. "Diaduk dulu, lah!"

Mendengar pendapat yang bersebrangan dengannya, Whisang langsung membantah, "manusia macam apa yang merusak ke estetikan bubur!"

Khaesang langsung membela, "makan bubur itu di aduk! Hidup lo emang kurang menarik kayanya! Dasar manusia purba!"

"Heh! Manusia setengah siluman, lo tuh yang terlalu urak-urakan! Sampah negara, yang bisanya merusak keindahan bubur!"

"Lo terlalu kuno!"

"Lo terlalu rebel!"

"Dasar manusia prasejarah!"

"Dasar manusia pembawa bencana!"

Jaya yang melihat perdebat kedua anaknya berakhir dengan memakan bubur buatannya dalam diam. Menikmati momen yang memang sudah sering terjadi, tapi langka untuk beberapa waktu terakhir.

"Teruslah bertengkar nak, sampai ayah kalian menjadi tulang belulang." Jaya tersenyum pasrah.

***


Vote dan komennya terimakasih 🙏

Kembar Nakal[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang