L. Rumor humor

440 77 2
                                    

Whisang lagi galau. Duduk sendirian di pojokan kantin kaya spanduk pajangan. Sambil menatap sebuah potongan foto yang selalu dia bawa di dalam sakunya. Mendengar ada hawa-hawa pengacau ke galauan terasa dekat, Whisang langsung mengamankan foto tersebut.

Tepat setelanya sebuah tangan hendak menyabet potongan foto miliknya itu. Dia melihat Khafiz dan Andara-si pelaku yang hendak mengambil foto- datang ke mejanya.

Andara menatap penasaran, "asek, memandang foto pacar ya, Whi?"

"Bukan," elak Whisang senatural mungkin.

"Halah, ngga usah banyak ngeles. Dari ekspresi muka lo aja udah keliatan lagi liatin foto pacar!" Andara mendaratkan duduknya di kursi sebelah Whisang setelah mengucapkan kalimat tersebut.

Khafiz mengikuti dengan tampang sok cool ala anak-anak misterius. Padahal sama aja bobroknya kaya Andara.

"Di kasih tau, denial banget! Ini foto gue hasil nyolong di dark web. Gue ambil buat nakut-nakutin setan yang sering nongkrong di koridor asrama!" jelas Whisang sambil menunjukkan sekilas potongan foto, dan dengan cepat menyembunyikannya kembali.

"Ngasal aja lo, cuk! Setan kok di takut-takuti. Mau ngambil jobdesknya si setan?" ujar Andara menyangkal masih tak percaya.

"Ya udah kalo ngga percaya!"

Mereka bertiga terdiam dalam keheningan, tanpa percakapan yang berlanjut. Khafiz yang tidak suka suasana tiba-tiba sepi ini langsung membuka topik obrolan. "Sang, kok lo kalo jalan bareng kita nih sering banget di liatin siswa-siswi, yah?"

Whisang mengangkat bahu, "mereka heran kali, kenapa pangeran kaya gue mau jalan sejajar bareng babu?"

Andara yang emang emosian langsung ingin baku hantam sama si Whisang. Tapi Khafiz yang peka sama tempramen temannya itu, dengan cepat menarik dasi milik Andara sampai yang punya tercekik.

Kalo dipikir-pikir memang iya. Saat ketiganya berjalan bersama, banyak pasang mata memandang satu objek di antara ketiga dengan pandangan berbeda. Lebih jelas lagi, tatapan itu untuk Whisang yang selalu berada di tengah antara Khafiz dan Andara.

Dan juga, pandangan siswa-siswi itu bukan seperti kagum akan ketampanan, kepopuleran atau penasaran. Tetapi lebih ke arah bombastis side eye yang lagi terkenal banget.

Sinis, dan tajam banget, bahkan nggak jarang di selingi gosip kecil-kecil yang masih bisa di denger sama si yang di gosipin.

"Fiz! Lo belum tau kayanya deh!" Andara berucap dengan semangat.

"Tau apa?"

"Di seantero SMA Panca Lima! Si Whisang nih terkenal banget uy! Tanya aja orang random di lingkungan sekolah, pasti pada tau Whisang!" jelas Andara sedikit antusias.

Whisang yang juga baru menyadari hal tersebut, kembali mengingat kejadian yang lalu. Perlakuan siswa-siswi yang aneh dan sedikit tak menyukai dirinya. Itu yang masih membuat Whisang bingung, apa dia terlibat skandal buruk kah?

"Emang terkenal kenapa?" Khafiz bertanya kepo, begitu pula dengan Whisang yang ikut menyimak.

"Karena dia caper,"

"Cek sound, cek sound, ehem! Untuk siswa bernama Whisang Pratama diminta ke ruang guru, sekarang nggak pakai nanti! Note : dari Pak Jaka! Sekian terimakasih!"

Speaker sekolah yang memang sampai di kantin, terdengar jelas oleh ketiga serangkai yang duduk di pojokan. Whisang masih menatap tidak percaya atas penjelasan Andara.

"Percakapan kita belum selesai, nanti kita bahas!"

Setelah mengucapkan hal tersebut, Whisang bergegas ke ruang guru guna memenuhi panggilannya. Langkah Whisang yang keluar dari area kantin tidak luput dari tatapan mata sinis orang-orang.

Merasa di tatapan sedemikian rupa, dirinya cuma berusaha mengabaikan. Walau tak ayal masih menjadi pikiran dalam otaknya yang minim itu.

Sampai diruang guru, ada pak Jaka yang menunggu di meja gurunya yang berada di pojok. Mendekat dengan langkah mantap, lalu langsung duduk tanpa di perintah pada kursi kosong.

"Ada apa, Om?" tanya Whisang santai.

Jaka yang mendengar panggilan itu, langsung ingin menampol anak dari temannya ini. Tapi urung karena bisa kena pasal tentang penganiayaan guru terhadap murid.

Menghela napas sebentar, kemudian Jaka berucap, "dah dibilang kalo di area sekolah panggil Pak! Amnesia yah?"

Whisang abai, dia asik bermain kamus 400 ratus miliyar yang ada di meja Jaka. Hal itu membuat guru yang mengajar Bahasa Inggris itu geram, dan menendang tulang kering Whisang dari bawah meja.

Aman, nggak keliatan.

"Aw! Pak, yang bener aja deh. Saya dipanggil buat apa? Dipukuli?" seru Whisang sambil mengusap tulang keringnya.

"Oke, mari bicara serius. Sekolah kita kan ada lomba cerdas cermat tahunan sebentar lagi. Beberapa siswa-siswi yang jadi perwakilan udah siap. Dan bentar lagi ada pertemuan buat mereka yang jadi perwakilan."

Whisang mendengarkan penjelasan Jaka, walau pandangannya masih asik menjelajahi kamus tebal yang sejak tadi dirinya mainkan.

"Kamu bisa kan jadi salah satu perwakilan buat mata pelajaran matematika terapan?"

Whisang menatap guru yang berstatus teman akrab ayahnya itu. Mengangguk kecil, dan menutup kamus yang sedari tadi asik di bacanya.

"Iya mau, tenang, Pak! Kaya biasanya nggak ngajuin saya aja pake tanya gitu." ujar Whisang yang memang sudah menebak bahwa dirinya bakal jadi perwakilan.

Jaka tersenyum tipis, mengangguk, lalu menunjuk pintu ruang guru. "Oke, time is out!"

Whisang memutar bola mata malas, perlahan jari manisnya terangkat pada sang guru, namun ekspresi wajahnya tersenyum ceria. "Love for me,"

Jaka yang tidak kaget dengan tingkah anak didiknya ini, cuma bisa senyum. Sambil ancang-ancang lempar kamus tebal ke Whisang.

"Anak anj...jaya emang bang...oooor!!!!" curahan hati Jaka.

***

HAI!
Ada yang kangen?
Puas-puasin deh baca, ehehehe
Minggu besok hari selasa aku bakal up!
Tolong ingatkan! Soalnya aku suka lupaan orangnya ╥﹏╥

HAI! Ada yang kangen? Puas-puasin deh baca, eheheheMinggu besok hari selasa aku bakal up! Tolong ingatkan! Soalnya aku suka lupaan orangnya ╥﹏╥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kembar Nakal[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang