C. Kembar tidak sama

713 116 8
                                    

Diawali dengan Khaesang bangun tidur pagi itu. Satu malam yang berhasil dia lalui dengan nyenyak tanpa sang saudara. Tempat tidur yang luas dan kamar besar untuknya seorang.

Sepertinya Khaesang akan menikmati kehidupannya yang baru ini tanpa di bayang-bayangi kembarannya itu.

"Ah, inilah hidup sebagai anak muda yang sungguhan!"

Duduk sebentar mengumpulkan niat untuk bersiap-siap berangkat sekolah. Dia melirik ke arah pigura sedang yang tergantung di dinding kamar.

Memotret ketiga orang yang selama ini hidup bersama walau tak memiliki nyawa sebab kehilangan wanita tercinta.

Khaesang berdiri, mendekat ke arah pigura tersebut. Sebelum itu tangannya gesit mengambil spidol hitam permanen yang terletak di tas sekolah miliknya.

Dia dengan sengaja mencoret potret dua orang yang berfoto bersama dengannya. Menyisakan dirinya yang tersenyum apik ke arah kamera.

"Wajah gue emang main visual, sih! Jadi ngga pantes berjajar sama mereka yang kurang visualnya. Maapken Khaesang, Yah. Kenapa dulu Ibu mau nikah sama Ayah?"

Berpikir sambil memegangi otaknya, tiba-tiba rasa panas yang tak asing menjalar pada telapak tangannya kala bersentuhan dengan dahinya.

"Panas?"

Desahan kecewa langsung terlepas begitu saja dari bibir Khaesang. Gurat kesal tercetak jelas pada raut wajahnya. Khaesang tahu dengan demam nya saat ini, pasti Whisang tengah bahagia karena tubuhnya sehat bugar.

Mereka dilahirkan dengan perbedaan yang mau tak mau membuat keduanya harus memilih. Di saat salah satu di antara mereka sakit, yang lain akan sehat seperti biasa.

Seperti itu siklus hidup keduanya, sehingga membuat Whisang dan Khaesang sudah terbiasa bersaing siapa diantara mereka yang akan sehat saat bangun pagi nanti.

"Gue biarin hari ini Lo yang sehat, Whi! Tapi setelahnya gue yang bakal hidup sehat selamanya tanpa nunggu Lo sakit."

Khaesang memilih merebahkan tubuhnya ke ranjang untuk kembali istirahat. Membolos untuk hari pertama di Minggu ini tidak buruk juga selama dirinya memiliki alasan.

***

"Cerah bener muka, Lo?" sapa salah satu teman kamar Whisang yang dia tahu bernama Andara.

Whisang membalas dengan senyum yang terlihat sumringah. Dari semenjak dirinya bangun pagi ini, rasa sehat bugar setelah melalui kegiatan melelahkan untuk pindahan kemarin membuatnya bahagia.

Terlebih lagi pagi ini sudah di sapa baik oleh salah satu biang keributan di kamarnya. Andara dan Khafiz adalah salah satu alasan Whisang selalu bahagia dari hari kemarin. Karena mereka berdua sering ribut bahkan hanya untuk hal kecil. Membuat Whisang menjadi betah di kamar barunya ini.

Teruslah ribut teman-teman, karena gue suka keributan.

"Hm, gue seneng pagi ini gue bangun dengan keadaan sehat bugar."

"Ya, siapa sih yang ngga seneng kalo pagi-pagi rasanya sehat. Semuanya seneng, lah!" timpal Andara sambil menggosok giginya.

Whisang tersenyum membalas, dia menatap pigura kecil yang berada di atas meja belajarnya. "Gue lebih bahagia karena dengan sehatnya gue, ada seseorang yang menderita di sana."

Andara melirik Whisang tidak paham, dia memilih mengabaikannya dan lanjut menggosok gigi. Tetapi pandangannya tak terlepas dari pigura milik sang teman baru itu.

Kembar Nakal[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang