R. Sebuah kebetulan

317 46 1
                                    

Di mohon untuk menyempatkan pencet tombol vote kalau cerita ini membuat kalian terhibur

Terimakasih:)

***

Hari ini pelajaran olahraga di sekolah Whisang di jam terakhir. Yang mana matahari sedang panas-panasnya diatas sana. Sambil menunggu guru pengampu olahraga datang, serta para siswi yang sedang berganti seragam, Whisang duduk anteng.

Dia menggulir menu di handphonenya sebab bosan. Mau melakukan apapun tidak ada tenaga karena sudah jam terakhir yang mana tubuhnya sudah meronta untuk diistirahatkan. Untuk nanti dirinya harus berhadapan dengan pelajaran yang menguras tenaga.

Sedang asik menggulir menu ikon di handphone, tiba-tiba jarinya tak sengaja menekan tombol aplikasi Facebook. Aplikasi yang sudah sangat purba di hp Whisang. Dia jarang menggunakan karena menurutnya postingan akun miliknya alay dan cringe.

Jadi Whisang trauma mau membuka akunnya sendiri. Tetapi saat ini sedang bosan, maka dari itu tidak ada salahnya Whisang mencoba melihat seberapa alaynya dirinya dulu.

"Idih! Idih najis!" geli Whisang saat melihat postingannya sendiri.

Terlebih saat dirinya menggulir satu demi satu foto yang dirinya upload tujuh tahun lalu. Rasanya seperti ada sesuatu yang mendorong dari lambungnya untuk dimuntahkan.

"Alay banget gila! Gue kok bisa gitu?"

Whisang masih melihat postingannya sendiri sambil bergidik ngeri. Namun perhatiannya tiba-tiba terhenti kala melihat salah satu akun yang mengikuti akun Facebooknya.

"Emang dulu gue konfirmasi pertemanan sama si Khaesang?" Whisang bertanya-tanya, sebab akun milik Khaesang menjadi salah satu pengikutnya.

"Oh iya, dulu belum jadi musuh buyutan."

Dengan iseng Whisang menekan profil milik saudaranya itu, kemudian bergulir melihat isi postingan dari Khaesang yang ternyata tidak jauh berbeda dengan dirinya. Sampai terpingkal-pingkal Whisang sebab melihat Khaesang yang dulu macam jamet.

Eh tapi tunggu, ada satu hal yang membuat Whisang salah fokus. Akun seseorang yang dirinya kenal, dan tampaknya sudah berteman dengan kembarannya lama.

"Naksa Arjuna?"

Bahkan Khaesang beberapa kali men-tag akun Naksa untuk postingan alay. Whisang jadi penasaran, apa benar Naksa yang mengikuti akun saudaranya adalah Naksa teman sekolahnya saat ini?

Bruk

"bAnjir! Siapa nih yang lempar pala gue?" Whisang mengusap tengkuknya yang terasa kebas saat sebuah bola mampir beberapa detik lalu.

Seorang siswa jangkung dengan pakaian olahraga berjalan petentengan ke arah bangku Whisang. "Olahraga go block! Maen hp terus dasar generasi S!"

Whisang memutar bola matanya dengan ekspresi julid. Setelah melihat siapa pelakunya, serta bersiap untuk membalas perbuatan si perusak suasana itu.

"To LoL! Sekolah yang bener, mana ada Generasi S!" Whisang berjalan mendekat ke arah orang yang membuatnya kesal tersebut.

"Ada! Buktinya Lo! Generasi Sinting!" Setelah mengucapkan hal tersebut si pelaku langsung berjalan pergi, mengabaikan wajah masam Whisang yang sudah tidak tertolong.

"Dasar Naksa anak setan!"

Pada akhirnya pelajaran olahraga yang dilakukan setengah hati itu berakhir sudah. Sekolah hari ini selesai saat bell pulang berbunyi dan semua murid langsung berhamburan keluar.

Begitu pun Whisang yang saat ini tengah menata buku miliknya ke dalam tas. Ruang kelas sudah kosong. Dirinya yang terakhir pergi sebab berganti seragam terlebih dahulu. Whisang tak mau pulang dengan baju olahraga yang sudah berbau keringat.

"Loh, udah kosong?"

Seseorang tiba-tiba berbicara di ujung pintu kelas. Whisang yang kenal dengan orang tersebut berniat menyapa. Juga karena hanya dirinya lah satu-satunya manusia yang ada di kelas ini.

"Om Harsen? Udah pada balik semua om. Termasuk anaknya Om juga," ujarnya.

Harsen mengangguk-angguk, kemudian tersenyum manis ke Whisang. Dan sungguh itu membuat Whisang teringat pada kejadian dirinya mengira bahwa Om Harsen adalah seorang pedofil.

"Sini Whisang!" kata Om Harsen.

"Ada apa om? Kalo mau di bujuk sama permen lagi, aku udah ngga mempan ya?" balas Whisang sedikit melempar canda.

Harsen terkekeh di buatnya. Lalu menggeleng kecil, "nggak lah. Pulang sama om aja yuk. Dari pada kursi sebelah kemudi kosong,"

Whisang tersenyum senang saat di tawari tumpangan. "Eh boleh om. Tapi nanti Naksa ditinggal?"

"Ah, tenang aja. Anak kaya dia mana ada sih yang mau nyulik," tutur Harsen dengan candaan.

Whisang dan pria paruh baya tersebut melangkah ke parkiran menuju mobil milik ayahnya Naksa tersebut. Setelah masuk ke dalam dan menjalankan mesin mobil, Harsen kembali membuka ruang obrolan.

"Naksa nih kalo cari temen namanya mirip-mirip ya?" ucap Harsen.

"Mirip gimana Om?" Whisang memperhatikan.

"Naksa dulu sempet ngenalin ke om temennya, kalo ngga salah namanya Khaesang,"

Seketika perasaan Whisang jadi tidak enak. Apa yang di maksud oleh ayahnya Naksa itu adalah saudara kembarnya? Jika itu benar, bukannya hal ini bukan hanya kebetulan semata?

"Sekarang malah dapet temen namanya Whisang. Kaya saudara kembar aja,"

Kali ini, Whisang benar-benar penasaran. Apakah Naksa mempunyai hubungan dengan Khaesang atau tidak. Sebab kebetulan ini sungguh terasa aneh baginya. Atau ada sesuatu yang dirinya lewatkan?

"Eh ngomong-ngomong, rumah kamu dimana ya?" tanya Harsen yang membuyarkan lamunan Whisang.

"Oh iya Om! Aku lupa kalo tinggal di asrama belakang sekolah. Ehehe puter balik ngga papa om?" ujar Whisang merasa tak enak. Asik dengan lamunannya sediri membuatnya gagal fokus.

Harsen cuma bisa tersenyum menanggapi dan kembali memutar mobilnya menuju ke sekolah. Dipertengahan jalan, menuju ke arah gerbang sekolah tiba-tiba seseorang berdiri di hadapan mobilnya.

"ASTAGA! ORANG GILA!" seru Harsen sambil memegangi dadanya, tetapi saat melihat orang yang menghentikan mobilnya Harsen cuma bisa tersenyum seperti logo Kumon.

Whisang cuma terdiam dengan menatap penuh julid pada seseorang yang ada di depan mobil. Naksa Arjuna, orang yang beberapa saat lalu terus dipikirkannya.

"WOY TURUN LO! MAU JADI ANI-ANI BOKAP GUE YA!!!" teriak Naksa.

Mendengar dirinya di ejek dengan tidak elegannya, Whisang mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil.

"ANI-ANI PALA LO!"

***

Terimakasih untuk segala dukungan kalian dengan buku ini. Sayang banget kalau harus pisah nantinya. Puas-puasin baca buku ini sebelum berpisah dengan Sang kembar.

Bye


Kembar Nakal[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang