M. Sandekala pembawa petaka

496 82 8
                                    

Petang itu Khaesang keluar dari kamar usai mengurus konten endors nya yang sangat amat banyak. Menjadi seleb di dunia maya dirinya tekuni sudah dua tahun lamanya. Kini followers di media sosialnya sudah cukup banyak dan bersiap untuk mendapat centang biru.

Khaesang merasa lapar setelah seharian tak ada sesuap nasi pun yang ia makan. Maka dia berinisiatif untuk mencari makan ke dapur. Ditengah langkahnya menuju dapur, dia dikejutkan oleh dua sahabatnya yang sedang asik di meja makan.

"Bro? Abis makan?" Khaesang basa-basi, setelah melihat bungkus styrofoam yang masing-masing sahabatnya miliki kosong.

Deus mengangguk, "ia, nasi padang di depan apartement. Beuh enak banget deh!"

"Iya, Khae! Udah gitu murah lagi. Bumbunya bener-bener nampol!!!" Angga menambahkan.

Khaesang menelan ludahnya, merasa ikutan lapar setelah mendengar itu. Mengelus perutnya yang keroncongan, dia menatap kedua sahabatnya. "Jahat banget ngga beliin gue, "

Deus dan Angga saling pandang, kemudian tersenyum canggung.

"Emang kampret banget si Angga," tiba-tiba suara seseorang mengalihkan atensi ketiganya.

Dia, gadis satu-satunya yang tinggal di penthouse. Adik dari Angga, dan cewek yang amat sangat gatel ke Khaesang. Angbeen.

"Udah, jangan di temenin, Khae! Angga emang otaknya upil badak! Mana peka sama perut orang lain. Asal perut gentong nya udah ke isi, langsung lupa dunia!" ujar Angbeen kesal kepada kakaknya itu.

Angga yang terlalu malas menanggapi, akhirnya hanya memberikan lemparan sendok plastik ke arah adiknya. "Cebong nggak berakhlaq lo!"

Angbeen menghindar, lalu menjulurkan lidah untuk mengejek. "Khaesang! Kita cari makan di luar yok!" tutur gadis itu sambil mengapit lengan Khaesang.

"Ogah,"

"Aku lagi pengin soto! Ada tempat soto yang enak banget!"

"Males!"

"Lo bisa pake motornya Angga cepmenk tuh, yang lagi nganggur!"

"Ngga mau!"

Angga melotot ke arah adiknya.

"Tenang, bensinnya kalo abis, Angga yang isiin kok! Ayok lah~" bujuk Angbeen dengan segala rayuan maut.

Khaesang menghela napas, menatap kakak dari gadis yang ber-gelendotan ditangannya ini. Seakan mengisyaratkan, 'adek lo ngga waras, gue bunuh lo!'

"Khaesang!!!" rengek Angbeen.

"Okey! Up to you!" putus Khaesang pada akhirnya. Bukan karena mengabulkan keinginan Angbeen, melainkan untuk memenuhi isi perutnya yang sudah kosong seperti dompetnya orang miskin.

Angbeen yang merasa menang, akhirnya bersorak bahagia. Dia menjulurkan tangan pada kakaknya. "Minta duit!"

Angga menatap adiknya jijik, "idih, idih, najis banget anak setan!"

Sore itu, Angbeen berhasil membawa Khaesang jalan-jalan mencari makanan. Dengan diarahkan olehnya, motor milik Angga membawa keduanya membelah ibu kota.

Angbeen mengarahkan ke tempat soto yang ingin dia beli pada Khaesang. Walau sempat menyesatkannya sebentar agar waktu mereka untuk berduaan lumayan lama.

Membuat Khaesang misuh-misuh sendiri dan mengancam akan menurunkan gadis itu di sembarang tempat. Tentu itu atas persetujuan Angga sebagai kakaknya juga.

"Sini aja lah, gue cape muter-muter kagak nemu tukang soto. Kenyang kagak, masuk angin iya!" ujar Khaesang, memarkirkan motornya pada angkringan dekat pertigaan tanjakan rel kereta api.

Kembar Nakal[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang