H. Pahlawan dan Pemberontak

449 99 0
                                    

Whisang tuh jadi anggota PMR yang aktif di sekolahnya. Dia salah satu anggota yang jadi panutan buat yang lain. Sebab gerakan dia gesit dan peka sama muka-muka orang mau pingsan pas upacara bendera.

Maka dari itu, Whisang sering banget jaga pas upacara berlangsung dengan cara mondar-mandir dari ujung ke ujung di lapangan. Sampai semua murid hafal betul kalau tiba-tiba Whisang singgah di dekat mereka.

"Pusing nggak? Kalo ngga kuat bilang ya cantik, "

Whisang emang gitu. Anaknya suka tiba-tiba muji-muji orang random. Mau itu guru atau murid, sesuka hati dia lah mau puji siapa. Kecuali ke laki-laki, yakali mau di panggil cantik. Bisa kena tonjok muka dia.

"Karena sebentar lagi ada acara ulang tahun PMI, jadi organisasi PMR dari beberapa sekolah bakal menghadiri acara HUT PMI!" pengumuman siang ini bagai angin lalu yang membuat beberapa anggota semangat.

Acara seperti ini yang mereka tunggu, terlebih bagi seorang Whisang yang memang anaknya aktif banget. Diantara Andara dan Khafiz teman dekatnya, dialah yang ikut organisasi. Kedua teman satu kamarnya juga, mana mau ikut kegiatan menyulitkan diri sendiri ini.

"Wow Bu! Keren banget!"

"Jadi ngga sabar!"

"Kapan nih rencananya?"

"Btw dimana, Bu?"

Beberapa anggota yang sangat excited langsung membombardir guru pembimbing PMR itu berbagai pertanyaan. Tetapi bu pembimbing tetap senyum tenang dan menjawab pelan.

"Minggu depan, tempatnya nanti akan di kasih tau kalau sudah fiks,"

Dengan jawaban begitu, makinlah tinggi ekspetasi para anggota yang berandai akan pergi ke tempat yang bagus. Termasuk Whisang yang saat ini tidak bisa menyembunyikan wajah bahagianya.

"Pasti bagus sih tempatnya. Sejuk-sejuk gimana gitu, secara ini acara HUT PMI. Bercermin dari acara tahun lalu yang ada di hutan asri itu, pasti tahun ini bakal lebih bagus," tutur Whisang pada beberapa teman  anggotanya.

Tapi yang namanya hidup, memang jangan terlalu berekspetasi tinggi sih. Seperti saat ini, para anggota cuma bisa menelan khayalan untuk melaksanakan acara HUT di tempat yang bagus.

Nyatanya, mereka cuma menyelenggarakan acaranya di tengah lapangan kota yang panas, padat kendaraan dan ramai. Ugh, tidak bisa di bayangkan tiga hari dua malam dilewati di tempat seperti ini.

"Asem banget di tipu pembimbing, " para anggota cuma bisa tersenyum paksa.

"Udah guys, ngga papa. Walau cuma di lapangan kota, tapi persiapannya nggak kaleng-kaleng kok!" ucap Whisang memberi energi positif kepada rekan-rekannya. Walau dalam hati dia juga ngedumel.

Sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan acara tersebut, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan berita adanya tawuran antar pelajar. Yang tidak jauh berlokasi di dekat lapangan.

Hal itu membuat semua panitia panik dan takut mengganggu acara HUT PMI ini. Ada juga yang khawatir jika tawuran tersebut memakan korban.

"Dari sekolah mana?"

Salah satu diantara mereka menyahut, "SMK Elang sama SMU Nusa Karya,"

Whisang yang mendengar sekolah almamater kembarannya sedikit terkejut. "Yang bener?" tanyanya memastikan.

"Sumpah bro!"

"Ada yang meninggal nggak?"

Tiba-tiba sound system berbunyi dan merebut atensi para PMR muda yang berada di lapangan. "Dimohon untuk para anak-anak untuk ikut membantu korban-korban tawuran yang sudah diamankan polisi di pinggir lapangan. Tolong dibantu sebisa kalian jika ada yang terluka. Buktikan jika kalian adalah perawat muda bangsa."

Setelah pengumuman itu, semua anggota PMR dari beberapa sekolah langsung mengambil perawatan pertolongan darurat masing-masing dan menuju ke tempat yang di sebutkan. Begitupun dengan Whisang yang sudah lari tergopoh-gopoh menuju tempat kejadian.

"Buset, banyak banget barudak-barudak nakal sekolah,"

"Keliatan banget ini mah pentolan kelas yang suka bikin catatan nama di ruang bk, "

"Kasian yah, orang tuanya."

Disaat beberapa rekan Whisang asik berceloteh, dirinya dengan teliti memeriksa satu persatu wajah peserta tawuran yang tidak berdaya tergeletak di pinggiran. Mencari satu-satunya wajah yang tidak asing baginya.

Hingga kemudian, seseorang yang tengah duduk menyendiri di pinggir lapangan merebut atensinya. Segera Whisang bawa langkahnya pada orang itu.

"Wesh! Jagoan neon belum mati juga? Enak bener ikut tawuran kaya punya nyawa banyak aja!"

Perkataan pertama yang Whisang ucapkan setelah dirinya bergabung duduk bersama Khaesang yang tengah kewalahan dengan beberapa lukanya.

Khaesang langsung melirik saudaranya tajam, kemudian melempar pandang ke arah lain. "Ngarep banget gue mati,"

"Iya dong jelas.  Biar semua warisan Ayah buat gue," tutur Whisang.

"Sorry aja nih ya. Gue nggak akan mati sebelum lo dulu yang mati!" ujar Khaesang sedikit meringis kala menyadari ada luka di sudut bibirnya.

Whisang cuma senyum miring, mengejek dengan tatapan tak bisa di artikan. Tangannya menyodorkan minuman kemasan pada si kembaran. "Minum dulu biar otak lo rada bener,"

"Otak gue udah bener sejak lahir, yang geser tuh mental lo!" Khaesang langsung meminum air yang di berikan oleh saudaranya.

Tetapi tatapan mencurigakan dari Whisang yang tak berhenti senyum aneh, membuat dirinya bertanya-tanya. "Ngapa lo senyum ngga jelas gitu. Beneran mental lo geser?"

Whisang tersenyum lepas, tetapi tatapan matanya menyorot licik. "Yang lo minum barusan udah gue campur sama kaporit,"

Usai Whisang mengucapkan hal tersebut, Khaesang langsung mengambil balok kayu dan bersiap baku hantam dengan kembarannya.

"Sialan!"

***

Vote dan komen kalian adalah semangat buat author:)

Terimakasih

Kembar Nakal[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang