E. A Day in my life

559 103 0
                                    

Khaesang tuh anaknya emang update banget. Suka bikin konten kaya anak-anak jaman sekarang. Nggak mau ketinggalan berita atau trend apapun.

Jadi seleb sudah impian sejak kecil bagi Khaesang. Cuman ada penghalang bernama Whisang yang tak lain adalah saudaranya. Seakan tidak menginginkan Khaesang bahagia menjadi seleb, berbagai cara Whisang lakukan guna menjelekkan nama kembarannya di depan publik.

Foto aib dan vidio jelek Khaesang tersebar ke dunia maya. Hal itu berhasil mencoreng citra Khaesang yang ingin dia bangun menjadi cowok cool.

Sebab itulah Khaesang selalu menanamkan dalam hati bahwa dia mempunyai dendam terdalam kepada Whisang. Sampai waktu yang tak ditentukan, dirinya akan terus membuat sang kembaran menderita.

"Pagi gaes!"

Hari ini dimulai dengan live stargram sesaat setelah Khaesang bangun. Dia sudah tidak takut jelek akibat muka bantal. Aib muka jeleknya yang di sebarkan Whisang bahkan lebih buruk dari ini.

"Memar di pipi ini sebab kemarin dikasih hadiah dari orang berinisial Whisang gaes!"

Khaesang bergerak menuju keluar kamar, sambil masih memegangi tripod yang terpasang handphone khusus untuk siaran langsung.

"Tuh orang emang brutal banget kaya kucing oyen."

Beberapa komentar mulai bermunculan di layar siaran langsung. Ada yang menyapa, ada yang menyatakan cinta, bahkan meminta follow balik.

"Gue tinggal bareng tiga monyed terlantar. Mereka gragas banget pokoknya, makanya kudu di kandangin."

Sesaat setelah Khaesang mengatakan hal tersebut, sebuah sendal berbulu khas sendal rumah di lempar ke arah kepalanya.

"DUH! Tuh kan Pala gue kena bogem si monyed!" gerutu Khaesang.

Muncullah sesosok gadis yang bergaya jamet dari arah dapur. Gadis satu-satunya yang numpang di Penthouse milik Khaesang. Sekaligus salah satu beban yang dia miliki.

"Wah, salah sasaran masbro! Kirain palanya Angga! Untung bukan pot bunga yang gue lempar!" Angbeen meminta maaf sekaligus tersenyum manis ke arah kamera yang sedang merekam.

Khaesang cuma menghela napas panjang. Terlalu lelah menghadapi gadis bar-bar yang dibawa temannya ini. Ingin di buang tapi lumayan buat pembantu. Jadi untuk saat ini dirinya kudu sabar.

"Nggak papa kok! Ntar kalo ada Angga gue yang bales lempar dia paket vas, boleh?" ujar Khaesang.

Angbeen mengangguk semangat. "Boleh, ntar kalo orangnya udah jadi mayat, bilang ke gue! Biar gue gradasi sendiri,"

"Hah? Gradasi? Di warnai?"

"Ih, bukan itu loh yang di bakar!"

"ITU EVAPORASI DODOL!" tiba-tiba Deus menyambar percakapan dengan emosi.

"Tolol semua! Jelas-jelas itu KREASI!" Angga ikut emosi juga.

Kedua temannya itu datang tak diundang dan langsung masuk kedalam percakapan. Terlebih perkataan mereka yang mengandung banyak ke-typo-an.

Khaesang menggeleng dengan tingkah teman-temannya yang gilanya overdosis. Untung disini cuma dia aja yang waras. Setidaknya sampai otaknya dapat menolak kebodohan para temannya.

"Gaes, temen-temen gue emang gila banget. Pada ribut masalah gitu aja. Padahal yang bener, Hibernasi nggak sih?"

"TOLOL!"

Setelah itu komentar kebencian langsung menyerbu siaran langsung Khaesang pagi itu. Hingga pada akhirnya dia mematikan kamera dan membiarkan handphonenya tergeletak di sofa.

Khaesang lebih memilih berjalan ke arah dapur, mengabaikan ketiga temannya yang masih ribut soal perbedaan kata.

Setelah memasuki dapur, seperti ada yang tidak beres. Insting Khaesang yang sudah terlatih langsung pergi memeriksa sesuatu yang aneh dan mengganggunya.

"LAH!?"

Hingga pada akhirnya Khaesang menemukan sesuatu yang membuatnya harus merelakan tensi nya menjadi tinggi.

"ANGBEEN JAMET! PSIKOPAT GILA! LO KENAPA GORENG IKAN NEMO GUEEEEEEEEEEEEE!"

*****

Terimakasih sudah mau meluangkan waktunya

Kembar Nakal[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang