chapter 6

68 14 4
                                    

Sekarang Alan dan teman teman Nara sudah sampai di rumah sakit.

Mereka sampai berbarengan dan langsung menanyakan ruang rawat Nara berada di mana.

"Ruang rawat atas Nama Alezra Nara Adeline ada di lantai berapa ya?" tanya Nayara kepada perawat yang ada disana.

"Sebentar saya cari dulu"

"Di lantai tiga, ruang rawat no 12"

"Oh ok, terimakasih"

"Iya sama-sama"

Alan dan teman teman Nara segera memasuki lift dan memencet tujuan ke lantai 3.

Setelah sampai di lantai 3, mereka langsung mencari keberadaan ruang rawat Nara

"No 12... dimana ya"

"Nah itu" Alan langsung memberi tahu kepada teman teman Nara.

Mereka langsung menghampiri ruang rawat Nara, sebelum masuk mereka mengetuk pintu itu terlebih dahulu.

Setelah itu baru mereka membuka pintu dan masuk kedalam.

"Assalamualaikum Tante"

"Eh wa'alaikumsalam"

Mereka langsung menyalami mamanya Nara.

"Yang ini... siapa namanya? kayak ga asing" tanya mama Nara setelah melihat Alan, karna Nara jarang sekali dekat dengan lelaki apalagi menceritakan nya kepada orang tuanya, belum pernah selain bias biasnya Nara.

"Aku temennya Nara, nama aku Alan" jawab Alan sambil tersenyum.

Hubungan mereka hanya sebatas teman, tapi kedekatan mereka bisa membuat orang lain menganggap ada yang menaruh perasaan diantara keduanya, padahal belum ada yang menaruh perasaan untuk lebih dari teman diantara salah satu atau keduanya.

"Oh udah berapa lama kenal Nara?"

"Baru beberapa hari"

"Kenal Nara dimana?"

"Ditaman. Aku Kaka kelasnya Nara"

"Kamu yang tadi nganterin Nara pulang bukan?"

"Iya tante, itu aku"

Sekalinya Nara deket sama cowo pasti keluarga Nara langsung banyak nanya tentang cowo itu, buat memastikan dia cowo baik baik atau enggak. Karena orang tua Nara menjaga sekali batas pertemanan Nara dengan lawan jenis, makanya Nara jarang sekali terlihat berdampingan bersama lawan jenis tanpa izin dari orang tuanya. Bahkan ketika Nara ingin jalan bersama cowo saja butuh keberanian dan berpikir 100× untuk mengatakannya jika cowo itu belum terlalu dikenal oleh kedua orang tuanya.

"Oh gituu, yaudah ayo duduk semuanya"

Mereka semua langsung duduk di sofa yang berada di pojok ruang rawat Nara.

Pandangan yang pertama mereka lihat adalah Nara yang masih terbaring dengan mata yang tertutup rapat bersama dengan balutan perban di kepalanya.

"Tante, gimana keadaan Nara?" Tanya Hazel.

"Lumayan parah tapi ga terlalu serius, Allhamdulilah ga ada luka dalam"

Beruntung tidak ada yang bermasalah dengan tulang-tulang nara meskipun Nara terpental dari motor. Hanya saja luka di kepalanya cukup parah karna terbentur dengan batu besar dan pada saat itu Nara tidak menggunakan helm sebagai pelindung.

Tiba-tiba ada seoarang dokter datang kedalam ruangan Nara. Tapi kali ini bukan dokter dari rumah sakit yang merawat Nara untuk menyembuhkan luka di kepalanya sekarang, melainkan dokter yang menjadi saksi perjuangan Nara melawan rasa takut, cemas, dan kesedihan yang dirasakan oleh Nara selama ini.

falling in love with waketosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang