bab 5

4.1K 158 0
                                    

Halo. Apa kabar?
Jangan lupa teken bintang & komen yaa!

- H A P P Y  R E A D I N G-

∆∆∆

5. Berjanji.

Hari ini, hari dimana seorang Rafael kehilangan malaikat tak bersayap nya. Dunia Rafael seakan runtuh begitu saja. Malaikat yang selalu membangunkan nya untuk bersekolah, malaikat yang membuatkan nya makan, malaikat yang menemaninya dikala sakit.  Malaikat dengan segala kekurangan dan kelebihan nya. Rafaell merindukan malaikat tak bersayap nya.

Rafaell benar benar memilih diam, sekali bersuara cowok itu hanya terisak. Dan Aluna yang menjadi sandaran cowok itu. Rafaell benar benar seperti mayat hidup sedari pagi hingga petang sekarang Rafaell tidak mau makan apapun yang dilakukan nya hanya terbaring di atas tempat tidurnya sambil terisak.

Aluna sudah membujuk Rafaell untuk makan tapi yang dilakukan cowok itu hanya pura-pura tertidur. Aluna tahu betul rasanya kehilangan orang yang sedari dulu menemani. Aluna pun merasa sedih kehilangan mertuanya, karena Aluna dari dulu sudah dekat dengan Mellisa. Tapi Aluna tak mau berlarut-larut, kata sang bunda kalau dirinya sedih siapa yang menguatkan Rafael?.

Hari ini benar-benar hari terberat bagi keluarga Alexander.

"Raf. Makan yuk. Gua udah bawain makan nih" ucap Aluna. Lagi dan lagi Rafael tak menggubris Aluna, dan memilih memejamkan matanya.

"Rafa. Please. Jangan kayak gini! Gua sedih juga liat Lo gini. Makan dikit aja, gua suapin deh" bujuk Aluna

"Rafa..." Ucap Aluna dengan membangunkan Rafael, Rafael pun membuka matanya dan bangun.

Aluna melihat lingkar hitam dibawah matanya serta banyak air mata yang menggenang di pipinya. Bibir tebal yang pucat, hidung yang memerah. Aluna merasa benar benar tak tega.

Aluna biasa melihat Rafael yang receh, jail, dan humoris benar bener dibuat tidak tega dengan sahabat sekaligus suaminya itu.

"Hiks.. hikss.. mama lun" Isak Rafael dengan memeluk Aluna dan menenggelamkan wajahnya keceruk leher sang istri.

"Husttt.. makan yah, gua dari tadi bulak balik bawa makanan loh" Rafaell menggeleng di dalam pelukan aluna

"Rafa. Mama gak akan suka Lo kayak gini. Gua suapin deh!" Bujuk Aluna dan Rafael mengangguk.

"Ya udah lepas dulu. Nih makan!" Rafaell melepaskan pelukannya dan menatap mata Aluna dengan dalam, Aluna pun membalas menatap mata Rafael.

"Na. Jangan pergi yah" ucapnya tiba-tiba.

Aluna mengangguk mendengar ucapan Rafael. "Iya Rafa. Nih aaaa" balas Aluna sambil menyodorkan sendok penuh dengan nasi dan lauknya.

"Janji? Jangan minta cerai lagi kaya kemarin yah" ujar Rafael dengan menunjukkan jari kelingkingnya.

"Hehe. Iya janji. Kemarin syok aja" Aluna terkekeh mengingat dirinya meminta cerai kepada Rafaell seusai ijab kabul selesai. Dirinya pun menautkan jari kelingkingnya ke kelingking Rafael dan tersenyum yang dibalas senyuman juga oleh cowok itu.

"Nih, makan lagi. Aaaak" lanjut Aluna.

∆∆∆

"Pah. Ayah sama bunda mana?" Tanya Aluna kepada Anton sesudah menaruh piring ke dapur. Ia berniat melihat bunda dan ayah nya. Tapi yang ada hanya papa mertuanya.

"Ayah dan bunda kamu, sudah pamit pulang, barusan. Yang lain juga sudah pulang" dan Aluna mengangguk.

"Aluna. Rafael sudah makan" lanjut Anton kepada Aluna yang sudah mendudukkan dirinya di sofa sebelah Anton, dan Aluna lagi-lagi mengangguk mengiyakan.

"Maaf yah. Papa repotin kamu" ujarnya tak enak.

"Nggak apa-apa pah. Kan ini tugas Aluna sebagai istrinya Rafaell" ucapnya tulus.

"Maaf juga, sudah membawa kamu kedalam pernikahan dini" Aluna tersenyum. "Pah.. Aluna ikhlas pah. Papa ngga usah nggak enak gitu sama Aluna" jawab Aluna dan Anton tersenyum menanggapi nya.

"Yah udah, Aluna kekamar dulu yah, pah. Papah juga jangan jangan terlalu sedih, ini udah malem, papa jangan bergadang yah" ucap Aluna pamit.

"Selamat malam, pah" lanjutnya.

"Raf? Lo udah tidur?" Ujar Aluna saat dirinya sudah berada dihadapan Rafael. Karena tidak mendapatkan jawaban dari cowok itu, Aluna merebahkan tubuhnya disamping Rafael.

"Jangan lama-lama yah sedihnya, raf. Gua gak suka liat Lo begitu. muka Lo ngeprihatinin hehe" ujar Aluna terkekeh melihat muka Rafaell yang jauh dari kata baik baik aja.

"Selamat malam, Rafael Seano Alexander" lirih Aluna.

"Selamat malam juga, Aluna Putri Mahendra" batin Rafaell, yang mendengar semua kata-kata Aluna. Sebenarnya Rafael hanya pura-pura tertidur.

∆∆∆

"Enggh" Aluna bangun dari tidurnya, karena merasakan pergerakan dari Samping Aluna.

Aluna melihat keringan didahi Rafaell, padahal AC-nya nyala. Lantas Aluna memegang kening Rafael, betapa terkejutnya Aluna merasakan panas dari kening cowok itu. Aluna mematikan AC-nya kamarnya dan bergegas turun dari tempat tidurnya pergi untuk menggambil handuk serta air kompresan dan obat penurun panasnya.

"Rafa. Jangan sakit. Please jangan sakit raf. Gua sedih, gua takut, gua ga mau Lo sakit raf" lirih Aluna. "mama mell pun sedih raf, liat Lo sakit dari atas sana" lanjut Aluna.

"Luna" lirih Rafael setelah membuka matanya.

"Iya. Ini gua, ada sakit?" Rafael menggeleng.

"Kangen mama" cicit Rafaell.

"Raf. Minum obat dulu yah. Abis itu tidur lagi" ujar Aluna dan Rafael menggeleng.

"Kangen mama" cicitnya lagi.

"Mama Mel gak akan suka liat anaknya sakit. Sekarang minum obat" suruh Aluna.

Lantas Rafael bangun dengan bantuan Aluna, dan Aluna segera membantu cowok itu meminum obatnya.

"Sekarang tidur lagi" ujar Aluna.

"Peluk" ucap Rafaell. Segera Aluna membawa cowok itu kedalam pelukannya. Hingga tak ada lagi pergerakan dari cowok itu.

"Cepet sembuh, Rafa" ucapnya pelan. Setelah berucap seperti itu lantas Aluna memejamkan matanyaya. Dan tertidur.


















Hari ini sedikit banget yah. Lagi buntu soalnya. Maaf bae kalo kurang nge-feel.

See you.
(。♡‿♡。)

👇

RAFAELL (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang