Halo. Gimana kabar nya?
Jangan lupa teken bintang & komennya.-H A P P Y R E A D I N G-
6. sakit.
Adzan subuh telah berkumandang. Aluna menggeliat dari tidurnya dan melihat jam pukul 4:29. Lantas Aluna bersiap untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim. Sebelum wanita itu beranjak dari tempat tidurnya Aluna melirik ke arah Rafael dan memegang kening cowok itu. 'Ternyta masih panas' batin nya.
Hari ini Aluna menjalankan sholat subuh nya sendirian tanpa Rafael. Selesai dari sholatnya Aluna kembali melihat Rafael mengganti kompresan nya setelah mengganti kompresan Aluna pergi ke dapur di lantai bawah untuk membuatkan suaminya bubur.
"Aduhh, non Aluna? Maaf yah bibi telat bangun. Non, ngapain? Biar bibi bantu yah?" Ucap bi inem, asisten rumah tangga keluarga Alexander. Yang baru saja datang.
"Eh bibi, bikin Luna kaget aja" ucap Aluna terkejut. "Aluna mau bikin bubur buat Rafaell bi. Rafa sakit" lanjutnya sambil mengaduk-aduk bubur yang sedang dia buat.
"Biar bibi bantu yah non" ucap bi inem dengan mengambil sendok yang sedang Aluna pakai untuk mengaduk-aduk buburnya.
"Aduh bii, hehe gak usah deh. Biar Luna aja. Ini udah mau jadi juga kok" ucap Aluna sopan.
"Bibi bikinin sarapan buat papa sama Luna aja. Kalau bubur biar Aluna aja" lanjut Aluna dengan senyumnya.
"Yah sudah. Bibi bikin Sapan yah non. Kalau ada yang nggak bisa panggil bibi aja, biar bibi bantu, nanti" ujar bi inem.
"Iya dong bii"
Setelah beberapa menit, bubur yang Aluna buat sudah matang. Sesegera mungkin Aluna menaruh nya di mangkuk dan membawanya ke kamar Rafael.
"Rafa, hey. Masih pusing?" Ujar Aluna ketika melihat Rafael sudah membuka mata pas Aluna memasuki kamar cowok itu.
"Makan dulu yuk. Gua udah bikinin bubur buat Lo. Abis itu minum obat" Rafael menggeleng lemah. Aluna memegang keningnya Rafael kembali, dan Aluna masih merasakan suhu Rafael yang masih tinggi.
"Masih panas" ucapnya pelan. "Rafa makan dulu yah? Abis itu minum obat, kalo sampe siang panasnya belum turun kita ke rumah sakit" saran Aluna.
"Nggak mau" ucap Rafael dengan lirih namun Aluna masih bisa mendengarnya
"Raf, makan yah! Lo ga kangen masuk sekolah apa?" Rafael menggeleng.
"Aishhhh. Mimpi apa gua dapet suami yang modelan begini" Aluna mendesah frustasi dan Rafael hanya terkekeh kecil.
"Ga usah gitu raf, kalau mau ketawa, ketawa aja yang gede" Aluna mendengus.
"Haha" tawa kecil Rafael keluar ketika melihat wajah frustasi istrinya.
"Yah udah, suapin" ucap Rafael. Dan Aluna langsung membantu Rafael menyenderkan cowok itu, menaruh bantal di belakang punggungnya.
"Nih, aaaak"
"Aluna. Ini nggak mimpi yah?" Ucap Rafaell dengan tiba-tiba.
"Hah? Maksudnya?" Tanya Aluna dengan muka bingungnya.
"Aaah. Nggak, nggak, lupain. Makasih yah udah ngerawat gue dari semalem. Lo sahabat sekaligus istrinya terbaik gue...." Ucap Rafaell dengan manja sambil memeluk Aluna.
"Rafaaaa... Lepas nanti buburnya jatuh, Rafaelllll iiihhhh, lepas napah" ucap Aluna sambil mempertahankan buburnya.
"Nggak mau, mau peluk" kekeh Rafaell.
"Akhhhhh, bunda, ayahh.... Anakmu di terkam buaya" ujar Aluna berteriak.
Anton yang baru saja lewat kamar mereka berdua, menyerit heran. Tak lama Anton terkikik geli.
"Biarin aja deh anak dua itu. Biar saya sarapan sendiri aja" ucap Anton pelan.
Niatnya, Anton ingin membangunkan dua sejoli itu namun, dia urungkan.
"Haha. Aluna udah deh makan nya gua udah sembuh. Gak mau minum obat" tawa Rafael sedikit lepas. Dengan melepaskan pelukannya terhadap Aluna.
"Mana ada, Lo baru makan beberapa sendok doang, Rafaell" ujar Aluna.
"Nih, makan lagi. Aaakk" lanjut Aluna dengan menyodorkan sendok penuh dengan bubur.
"Gimana gua gak kenyang. Lo tuh nyuapin gue satu sendok makan aja, kayak nyuapin pake sendok semen" ucap Rafael kesal.
"Hihi. Gak mau makan lagi nih?" Rafael menggeleng.
"Yah udah deh, gua mau sarapan ke bawah" ucap Aluna.
"Ikut..." Rengek Rafaell.
"Gak pusing lagi? Tapi badan Lo masih anget"
"Nggak. Kalo suhu badan gua dingin berati gua udah mati. Nggak usah lebay napa, lun" ucap Rafaell sambil menggandeng tangan Aluna keluar kamarnya.
Aluna memutar bola matanya "cih".
"Lama, kayak keong" ujar Rafaell.
"Shuttttt" ucap Rafaell ketika melihat Aluna yang hendak membuka suaranya.
"Hehe" Rafael terkekeh geli.
∆∆∆
"Kenapa keliatan bahagia muka kamu, son?" Ujar Anton kepada Rafaell. Ketika cowok itu dan Aluna sampai meja makan.
"Papa, kepoooo" ujar Rafael
"Dapat jatah malam pertama?" Ucap Anton meleceng. Sampai Aluna melotot kaget.
"Boro-boro jatah malam pertama. Kemaren aja, Ell di tendang pa!" Aluna memukul pelan tangan Rafael."Itu gak sengaja, Rafa!" Ucap Aluna sambil berbisik.
"Yah kan, bener dong gua ngomongnya!" Ucap Rafaell dengan berbisik juga.
"Yakan bed-"
"Udah bisik-bisik nya" ucap Anton.
"Kalau belum, kalian bisa lanjutkan nanti. Rafa kamu tidak makan?" Lanjut Anton ketika melihat sang putra tidak makan.
"Rafa, udah makan tadi. Dibikinin bubur sama Aluna" ucap Rafael.
"Loh. Tumben?" Tanya Anton.
"Rafa semalem demam pah. Sekarang juga badannya masih anget" Aluna menjawab pertanyaan Anton.
"Kamu sakit, raf?" Ucap Anton. Dan dibalas gelengan kepala oleh cowok itu.
"Bohong tuh pah" ucap Aluna.
"Yah udah, yah udah. Kamu jangan sekolah dulu deh. Papa mau berangkat ke kantor dulu" ucap Anton.
"Aluna, papa titip Rafaell yah" lanjutnya kepada sang menantu. Aluna mengangguk dan mengiyakan.
"Emang gue, anak kecil apa yang harus di titip-titipin segala" ucap Rafaell dengan kecil setelah sang papa beranjak dari tempat duduknya. Dan itu masih didengar jelas oleh Aluna.
"Iya, Lo bocil" ujar Aluna.
"Mana ada bocil mantannya banyak"
"Bangga?"
"Hehe. Yaahh nggak dong!" Rafael terkekeh.
See you
(。♡‿♡。)👇👇

KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAELL (HIATUS)
Novela JuvenilSebelum lanjut follow dulu ya ges ya. 17+ Bagaimana jadinya sahabat yang disatukan dalam ikatan pernikahan?