24.|| Belajar sabar

49 40 5
                                    

HAPPY READING♡

___________

Aku dan kak Aldy saling bertatapan, pada saat ayah dengan santainya berdiri di depan pintu pagar rumahku yang hanya setinggi satu setengah meter itu. Ayah memperhatikan ku dengan teliti.

“Kenapa yah?” Tanyaku saat ayah memperhatikanku.

Ayah menggeleng. “Cuma memastikan sesuatu.”

“Haa?”

“Yaudah om. Kami pergi dulu ya. Udah hampir jam delapan.”

“Jaga baik baik anak saya. Kalau kamu berani macam-macam. Kamu akan terima akibatnya nanti.”

Aku hanya menghela nafasku pelan. Begini nih, kalau punya bokap terlalu over protektif. Mau pergi liat pasar malem aja, kaya mau camping tiga hari.

“Siap om. Anak om aman sama saya.”

Setelah berpamitan kami pun segera pergi ke tujuan kami yakni pasar malam. Yah, walaupun ayah sedikit tidak suka tadi pada saat melihat aku kesusahan naik ke boncengan motor kak Aldy. Dan untungnya aku mengguunakan celana jins, kalau tidak pasti aku akan tidak jadi pergi ke pasar malam, karena ayah berubah pikiran. Kan tidak lucu.

Aku menarik tubuh kak Aldy dengan reflex pada saat laju motornya sedikit kencang. Aku yang saat itu sedang melamun pun terkena naasnya, kalau saja tanganku tadi tidak cepat menarik tubuh cowok di depanku ini, pasti aku tadi sudah dapat di pastikan akan terjatuh di aspal.

Aku mengendorkan dekapanku, saat tersadar satu hal. Bukannya apa-apa, aku merasa jantung kak Aldy berdegub kencang. Sampai aku bisa merasakannya. Namun pada saat aku ingin melepaskan pelukanku, tangan kak Aldy menahannya.

“Biar gini aja Win..” Aku hanya mendengar samar samar, akibat suara mesin motor kak Aldy dan kendaraan lainnya yang berdesakan terdengar begitu berisik.

Aku berdeham canggung di belakang, perlahan mulai menjauhkan sedikit tubuhku, agar memberi jarak.

Setelah beberapa menit, akhirnya kami sampai di sebuah pasar malam, yang sebenarnya letaknya tidak terlalu jauh dari rumah kami, hanya saja jalanan kota yang biasanya setiap malam minggu terasa begitu padat, akhirnya kami membutuhkan waktu lama untuk sampai kesini.

Aku diam, terkagum dengan indahnya warna warni dan permainan anak-anak yang banyak berserak di sini dengan jenis yang bermacam-macam. Aku saja bahkan tidak bisa menguraikannya satu persatu.

“Mau beli Gulali?”

Aku segera melihat ke arah kak Aldy “Boleh..” jawabku antusias, padahal sebenarnya aku juga menginginkan bakso bakar kaki lima yang letaknya tidak jauh dari kami.

“Mau bakso bakar juga?”

Aku kembali mengangguk, kali ini mungkin sangat berlebihan, sampai membuat kak Aldy tersenyum geram sambil mengacak-acak rambutku.

Aku tidak marah, karena rambutku tidak aka berantakan walaupun sudah di acak berkali kali. Maklum, habis pakai vitamin rambut mahal. Hahaha bercanda.

Kak Aldy berjalan lebih dulu ke arah tukang bakso bakar yang letaknya tidak jauh dari tempat orang penjual gulali atau gula gula kapas, mereka bersebelahan.

Aku segera menyusul, mencium aromanya saja sudah membuat air liurku ingin menetes.

“Nggak usah ngiler juga kali, bentar lagi juga matang."

Sebenarnya aku sangat malu sekali pada saat Kak Aldy mengucapkan kata itu, tapi ingin bagaimana lagi? “Biarin.."

Dia hanya terkekeh, sembari mengacak rambutku. Lagi. Sepertinya hobi anak ini sekarang sudah berpaling dari Game menjadi mengacak acak rambutku.

Aku melotot menatapnya, namun kemudian menghembuskan nafasku pelan.

“Makasih ya kak, gara-gara lo gue jadi orang yang sabar.”

“Iua sama-sama.” Jawabnya santai sambil tertawa.

Aku berdecih pelan hingga tiba-tiba ada benda kenyal yang berbisik di telingaku sampai membuatku merinding. "Kalau gue cium, lo sabar juga nggak ya?"

Aku melotot horor ke arah Kak Aldy yang sudah menampilkan raut cengangas-cengenges. Tanganku dengan berutal langsung mencubiti lengannya berkali kali sampai dia minta ampun.

_________

To be continue.

Salam
@windyaaw_

Memori [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang