28.|| Pertemuan terakhir

52 39 6
                                    

HAPPY READING♡

_________

Chatting Whatsapp

Kak Aldy Tetangga

Gue pingin ketemu sama lo.

sekarang.

Kenapa?

Please..

Di taman citra indah. Gue tunggu.

Please sekali ini aja.

Oke.

Gue tunggu, sekarang.

Hati hati.

_______

Aku berjalan cepat. Sedikit berlari kecil menyusuri jalanan yang tak begitu lebar. Menatap lurus kedepan setelah melihat seseorang yang ku cari duduk membelakangiku.

Dengan perlahan aku berjalan mendekatinya. Samar samar aku melihat seseorang berada di dalam mobil sport hitam yang terparkir tidak terlalu jauh dari kursi taman yang di duduki kak Aldy saat ini.

Jarak kami sekarang sudah tak begitu jauh, hanya beberapa meter saja. Pelan pelan aku ingin menyapanya, namun rasanya sedikit tercekat di kerongkonganku.

“k-kak?” panggilku dengan suara pelan. Tapi kak Aldy segera menolehkan wajahnya ke arahku. Dia tersenyum lembut lantas berdiri dari duduknya menarik tanganku agar duduk di sampingnya.

Aku tidak bisa melakukan apa-apa selain menurut dan mengikuti kemauannya saat ini.

Kulihat kak Aldy menghembuskan nafasnya, lalu kembali tersenyum menatapku.

Aku berdehem pelan memandangi wajahnya. Tidak ku tutup tutupi lagi karena mungkin untuk waktu yang lama aku tidak akan bisa menatapnya secara gamblang seperti ini. “Ada apa kak?” tanyaku pada akhirnya.

Kak Aldy menatap lurus ke arahku, tanpa memalingkan wajahnya kemanapun. “Gue sayang sama lo, Win.”

Aku diam tak bisa berkata apapun selain memandangi wajahnya. Tidak tau harus menjawab apa hingga pada akhirnya aku mengangguk.

Kak Aldy masih menatap wajahku dengan wajah serius. Tidak seperti biasanya yang menampakkan wajah tengil.

Awalnya aku memang juga menatapnya, namun setelah itu aku memilih untuk menatap ke arah tanganku yang saat ini sedang bertautan saling meremas.

“Lihat mata gue!” Perintahnya dengan suara seperti bisikan. Ada nada tak terbantahkan di sana yang membuat aku segera mengangkat wajahku dengan perlahan.

Aku mulai menatap matanya. Tidak tahu kenapa pada saat menatap matanya muncul perasaan aneh yang sudah sejak beberapa waktu terakhir semakin kian terasa.

“Maaf..” katanya pelan sambil terus menatapku.

Aku membisu menatapnya.

“Maaf karena buat lo mikir kalau gue nggak mengnggap lo.”

“Gue__”

“Gue tau.” Jawabnya memotong sangkalan yang baru saja akan ku ucapkan. “__gue tau. Lo pasti mikir kalau gue nggak pernah nganggap lo.”

Aku menggelengkan kepalaku pelan meskipun benar, aku tidak ingin kak Aldy berpikiran seperti itu. "Gue ngerti kok kak...” Ucapku tak tertahankan.

“Tapi lo memang pernah berpikiran kayak gitu kan?”

Aku mengangguk pelan hingga menciptakan suasana hening di antara kami. Kak Aldy  menunduk sambil menggenggam tanganku erat.

Aku menelan salivaku sebelum menyuarakan pertanyaanku secara hati-hati. "Kenapa kakak milih kuliah di Singapur?”

“Nyokap gue tinggal di Singapur.”

Jujur saja. Selama setahun ini aku memang belum pernah melihat kak Aldy bersama dengan Papa atau Mamanya. Aku bahkan belum pernah sekalipun melihat orangtua kak Aldy meskipun pernah bermain kerumahnya.

“___Lo belum pernah gue kasih tau yaa?” Dia mengangkat kepalanya menatap wajahku sambil tersenyum kecut.

“Lo tau? Kenapa gue manggil istri papa gue dengan panggilan Ibu?”

Aku hanya diam memperhatikannya, tanpa sedikitpun berniat ingin menggeleng ataupun mengangguk. Karena sejujurnya aku memang belum pernah tau atau dengar. Atau mungkin aku lupa.

“Dia Ibu tiri gue. Dari gue kelas 6 SD, dan baru kemarin, waktu gue SMA kelas 10, papa gue dateng, dia bilang dia yang mau nyekolahin gue."

"__ Dia dateng sama Ibu tiri gue. Dia bilang ke mama kalau dia yang gantian mau nyekolahin gue. Gue sempet nolak, tapi.. akhirnya gue tinggal juga sama ayah selama 3 tahun ini. 2 tahun di Singapur satu tahun di Indonesia."

“Kakak dari kecil tinggal di Singapur?”

Dia menggeleng. "Nyokap gue ngembangin usaha di Singapur setelah cerai sama bokap." Jawabnya.

Aku hanya mengangguk mengerti, bahkan tidak ada satu pun di dalam niatku ingin bertanya lebih, tentang ini.

Aku cukup mengerti.

Aku paham mengapa selama ini aku tidak pernah bertemu dengan keluarganya. Aku juga paham mengapa kak Aldy tidak pernah membahas tentang orang tua dan keluarganya.

“Lo nggak nanya kenapa bokap sama nyokap gue sampe cerai?”

“Kenapa?” tanyaku polos. Entah mengapa itu semua secara reflex saja keluar dari mulutku.

Dia terkekeh pelan, lantas tangan kanannya yang tadi sibuk menggenggam tanganku kini mendorong kepalaku pelan. Sampai sedikit terhuyung kebelakang, namun setelah itu dia mengelus elus kepalaku.

“Kenapa manyun bibir lo?”

Aku tersenyum menutup mulutku sambil menggeleng pelan.

“Gue baru sadar sesuatu.” ucapnya. Aku mengerutkan keningku seolah bertanya kenapa kepadanya. “Lo itu nggak terlalu cantik."

“Gue juga nggak pernah bilang kalau diri gue cantik!” ucapku spontan. 

Aku memang tidak pernah mengucapkan kalau aku cantik, cantik seperti bidadari. Didepan dia atau orang lain.

Walaupun aku sering memuji diriku di depan cermin, pada saat aku melihat wajahku.

Kok jadi terdengar kembali menyebalkan ya?

Padahal emosiku terpancing tetapi kak Aldy malah terkekeh kekeh di tempatnya sambil mengacak-acak rambutku.

Kali ini lebih geram dari biasanya. Aku pun jadi semakin kesal melihat wajahnya seperti itu yang kembali menunjukkan sisi tengil nya.

"Lo memang gak pernah bilang diri lo sendiri cantik. Tapi gue yang salah udah bilang lo cantik.”

Apasih? Menyebalkan sekali. "Terserah."

“Ternyata lo itu nggak cantik doang. Tapi… luar biasa cantik.”

“Terserah lo aja deh kak.” Jawabku lagi lebih asal. Pasti sebentar lagi dia akan mengejekku kembali.

“Imut.”

“Imut pala lo..” Gumamku jengah, sambil menatap ke sembarang arah. Padahal sedang di situasi seperti ini. Dia pun akan pergi meninggalkanku. Bukannya meninggalkan kesan yang baik, kak Aldy malah selalu saja bersikap iseng dan tengil.

“Kepala gue imut?” Tanyanya sambil menangkup kedua pipinya dengan telapak tangannya sendiri.

“Denger aja nih orang..” Gumam ku lagi lebih pelan.

“Gue nggak budeg neng.”

Aku berdecak sambil menghentak-hentakkan kaki ku di tanah. Dia kenapa sih bersikap seperti itu terus, padahal sebentar lagi akan meninggalkanku pergi.

Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tangan. Menyembunyikan tangisku di sana. Sedangkan kak Aldy sepertinya tidak sadar dengan keadaanku. Dia hanya terus saja tertawa lepas sambil gencar mengacak-acak rambutku. 

__________

To be continue.

Salam
@windyaaw_

Memori [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang