HAPPY READING♡
___________
Kami sekarang berada di atas bianglala. Satu tanganku sibuk memegang tangkai Gulali (gula-gula kapas), dan tangan yang lainnya sibuk memasukkan suiran gulali itu kedalam mulut. Bakso bakar yang tadi ku beli, eh, ralat semuanya kak Aldy yang membelikan. Sudah habis dari tadi.
Aku memejamkan mataku pelan pelan merasakan rasa manis Gulali yang, merembes di dalam mulutku, rasanya manis sekali.
“Segitu sukanya ya, lo sama Gula kapas?”
Aku nyengir santai, mengulurkan gulali yang ku pegang kepada kak Aldy.
“Mau?” Tawarku. Dia menggeleng pelan menolakku secara halus.
“Nggak suka?”
“Nggak terlalu." Kak Aldy menggeleng. "Gue sukanya sama lo bukan gula kapas.”
Aku yang baru saja ingin memasukkan gulali berukuran besar kedalam mulutku mendadak langsung terhenti, sampai gulali yang baru saja menempel ke bibirku mencair.
Aku berniat ingin membersihkan lelehan gulali di bibirku, namun tangan kak Aldy sudah lebih dulu membersihkannya.
"Makan itu pelan-pelan. Kayak bocah aja.”
Aku berdehem, apa dia memang orang yang hobinya berkata kata saja ya? Tapi tidak pernah di buktikan. Bahkan mengungkapkan secara serius saja tidak.
Sepertinya memang hanya aku yang terlalu berharap, dan terlalu baper dengan apa yang dia lakukan selama ini. Nyatanya jika dilihat lihat. Kak Aldy hanya sekedar bercanda dengan semua kata-katanya yang sudah ku anggap serius. Aku terlalu bodoh bukan?
Aku tidak tau, hanya saja sekarang sedang terlalu takut jika hanya dipermainkan.
“Win..”
“Hmm..?” Aku melirik ke arahnya, dia menundukkan wajahnya kebawah lantas menghembuskan nafasnya beberapa kali sebelum kembali menatap ke arahku. “Kenapa kak?”
“Kalau nanti suatu hari, gue nggak ada disini. Apa lo bakalan sebahagia ini juga sama orang lain?” Kak Aldy menatapku serius. "Selain gue." Lanjutnya.
Aku yang tanpa sadar sedari tadi tersenyum mendadak, merasa kesal dengan pertanyaan yang baru saja dia ucapkan. Kenapa dia tiba-tiba bertanya seperti itu?
“Kakak ngomong apa sih? Nggak jelas banget.”
“Win, lo harus ingat satu hal. Kalau suatu hari nanti gue pergi, jangan pernah mikir gue nggak akan balik lagi. Gue pasti balik." katanya yang seperti nya sangat sulit untuk ku cerna. "Balik sama lo."
“Makin ngawur deh kak ngomongnya. Nggak jelas benget sih. Gue nggak ngerti.”
Hening. Kak Aldy tidak menjawab ungkapan ku yang terlewat kesal kepadanya, dan itu membuatku kembali terdiam. Bingung, kesal, pusing dengan maksud yang dia ucapkan tadi.
“Gue mau kuliah di Singapur..”
Deg…
Aku diam. Itu artinya kak Aldy akan pergi meninggalkanku?
Tenggorokanku tercekat tiba-tiba. Dada ku pun rasanya sesak mendengar berita itu. Apa dia tidak bisa kuliah di Indonesia saja?
Pada akhirnya aku hanya bisa tersenyum paksa. “Oooohh..” gumamku pelan.
Apa tadi yang baru saja ku katakan?
Padahal yang ada di dalam otakku bukan kata kata seperti itu, melainkan ucapan kaget setengah kesal yang nyaris saja meluncur dari mulutku.
Kenapa kakak harus kuliah disana?
Disini kan juga banyak kampus yang bagus.
Jadi artinya kakak mau pindah kesana? Ninggalin gue?
Memangnya harus banget ya, Singapur?
Kenapa harus Singapur sih kak? Di sini aja. Di Jakarta. Jangan tinggalin Gue.
"Oh... gitu." Aku memasukkan sobekan gulali ke dalam mulutku sambil berusaha menahan tangis. Menelan pertanyaan dan semua kegundahan ku di dalam kepala. Aku tak berani memprotes apapun karena sadar tak memiliki hak.
“Oh gitu?” Tannyanya. Aku jadi bingung sendiri. Tapi tak urung menganggukkan kepalaku. “Gue pikir lo bakalan larang gue, dan nyuruh gue buat kuliah disini aja.”
Sebenarnya aku memang ingin bilang gitu.😭
“Yaaa… kalau itu udah keputusan kakak, gue mau ngomong apa?" Lagian juga kan, gue bukan siapa-siapa nya kakak.
“Setelah hampir satu tahun kita dekat, lo ngerelain gitu aja gue pergi?”
Aku semakin bingung berada di posisi ini. Kan tidak mungkin jika aku harus berkata hal yang aku rencanakan di awal tadi? Tidak. aku tidak akan berkata seperti itu. Aku tidak berani. “Jadi? Gue harus ngomong apa?”
Kak Aldy menggeleng. Raut wajahnya berubah tidak seperti awal tadi. “Nggak usah ngomong apa-apa, kalo lo nggak sadar.”
Ngomong? Nggak Sadar? Apa sih katanya?
“Maksud kakak?”
“Gue pergi dua hari lagi, setelah acara perpisahan sekolah. Sorenya gue langsung pergi.”
Entah mengapa, rasanya aku semakin tidak rela dengan keputusan kak Aldy. Aku tidak tau harus berkata apa. Dan aku tidak mungkin melarang kak Aldy pergi menggapai cita-citanya. “Kok kakak baru ngasih tau gue sekarang?”
“Maaf..”
Rasanya dadaku terasa sesak sekali, dua hari lagi dia pergi, dan aku baru di beritahu sekarang.
Bukankah biasanya jika orang akan pindah, dia akan merencanakannya dari jauh-jauh hari?
Apakah sedang terjadi sesuatu?
Baru saja aku ingin bertanya berapa lama kak Aldy akan pergi, namun Bianglala yang kami naiki berhenti. Petugasnya membukakan puntu dan aku berjalan keluar dalam diam. Tidak ada rencana lain setelah ini, rasanya bahagiaku sudah pudar.
Padahal aku tadi sempat berpikir kalau ini adalah hari ku yang paling indah, setelah seharian bersamanya. Tapi ternyata aku salah.
_________
To be continue.
Salam
windyaaw_Bantu share ke teman-teman kalian yaa.. jangan lupa juga masukin perpustakaan dan reading list🤗🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Memori [COMPLETED]
Teen FictionDari aku, yang selalu merindukanmu. Untukmu Aldy, silahkan mengenang. _______ BACA CERITA YANG LAIN DULU YA, GUYS. CERITA INI MASIH BANYAK TYPO. BELUM DI REVISI. Copyright ©2019, by windyaaw_