Happy reading ♡
________
“Win, nomor lima dong, gue belum nyatet nihh.”
“Eh, lontong sayur! Dari kemarin kenapa nggak lo catet? Udah mau di kumpul baru lo sibuk.”
“Eh, Ketoprak! Diem luu. Gue kunyah juga lo lama-lama.”
“Monyet, lo punya otak kan? Ngapain nyontek hasil otak orang? Lo punya otak sendiri kan?”
“Eh, Dora. Lo tau apa sih? Jalan pulang aja nanya sama peta.”
Yulia melotot horror menatap Doni yang saat ini berdiri di samping mejaku mengemis-ngemis tugas tentunya.
“Udah-udah.” cegahku, kemudian menatap Yulia yang saat ini melipat kedua tangan di depan dadanya sambil memasang wajah eneg setengah mati menatap wajah Doni yang dengan santainya tersenyum cengengesan. Selalu seperti anjing dan kucing.
“Jadi tugas kelompok kita gimana?” tanya Doni santai dengan kedua alis naik turun.
“Kitaa?" Tanya Yulia terlihat jengkel. "Lo aja kali, kita berdua udah siap. Yuk Win..”
“Terus gue gimana?”
Aku bangkit dari kursiku kemudian menatap wajah Doni sekilas sebelum ikut berjalan keluar dari kelas. Ada rasa kasihan juga melihat cowok itu. Tapi sepertinya harus di beri pelajaran sekali-kali agar tidak seenaknya.
“Woi berdua!” Teriak Doni sekali lagi. “Gue gi___"
“Tinggal nomor 5 kan? Gampang itu, nanya aja sama eyang lo!”
Aku terkikik mendengar jawaban Yulia.
Entahlah. Aku juga sebenarnya jengkel melihat kelakuan Doni tadi, padahal dua hari yang lalu Yulia sudah meminjamkan buku catatannya pada Doni.
Lima soal dan jawaban hanya mampu di salin 4 soal dan jawaban. Sisanya soal nomor lima yang jawabannya nauzubillah, beranak cit cit.
Aku tersentak, dengan reflex memberhentikan langkahku pada saat Yulia dengan tiba-tiba merentangkan tangannya, di depanku. Dia berbalik badan menatapku dengan kedua mata menyipit.
Aku mengernyit bingung menatapnya. "Apa?” Tanyaku akhirnya.
“Lo hutang penjelasan sama gue.”
Aku melotot kaget mendengar ucapan Yulia.
Ya ampun. Aku baru ingat. Anak ini selalu saja. Aku terbatuk batuk sambil memegang dadaku yang entah mengapa secara reflex ku pegang saat aku pura-pura terbatuk.
“Jangan pura-pura deh Win.” Yulia menatap jengah.
Aku menghela nafasku kemudian menatapnya dengan mata yang ku buat sayu. “Iya-iya..” Dan hal ini lah yang paling membuatku muak, yaitu melihat Yulia tersenyum menang. Sangat menjengkelkan sekali.
_______
To be continue.
Jangan lupa vote dan komentar♡
Salam
windyaaw_
KAMU SEDANG MEMBACA
Memori [COMPLETED]
Teen FictionDari aku, yang selalu merindukanmu. Untukmu Aldy, silahkan mengenang. _______ BACA CERITA YANG LAIN DULU YA, GUYS. CERITA INI MASIH BANYAK TYPO. BELUM DI REVISI. Copyright ©2019, by windyaaw_