HAPPY READING♡
________
Jujur saja, kalau dibilang malu aku sangat malu sekali saat ini. Akhir-akhir ini aku sering sekali senyum-senyum sendiri saat ingat sesuatu yang berkaitan dengan kak Aldy.
Apakah aku menyukainya?
Apakah dia menyukaiku?
Mengingat tingkahnya yang seperti memiliki sebuah ketertarikan kepadaku.
Ahkkh.. sejak kapan aku menjadi orang yang sok percaya diri seperti ini? Sepertinya bukan sok percaya diri tetapi memang kepedean.
Aku bertanya-tanya. “Dari mana sih dia dapet nomor whatsapp gue?” Aku menggeram menutup wajahku menggunakan bantal berbentuk love yang berada di sebelahku. Jangan jangan benar dugaanku bahwasanya dia menyukaiku.
Ting!
Aku mengerjap, meraba-raba benda pipih di dekatku yang tadi baru saja berbunyi. Entah kenapa aku ingin cepat cepat membuka pesan itu. Ada pesan dari nomor baru di sana dan tanpa bertanya aku bisa langsung menebak kalau itu pasti milik kak Aldy.
08229***5762 Gue otw ke rumah lo.
Hahh? Ngapain?
08229***5762 Udah mau sampai.
Aku segera bangkit dari tidurku yang sejak tadi bergerak-gerak seperti cacing kepanasan. Ku tatap kembali isi room chat percakapan kami sebentar sebelum pada akhirnya menyimpan nomor baru itu dengan nama Kak Aldy Tetangga.
“Win? Ada teman kamu.” Hanya berselang beberapa menit saja suara bunda tiba tiba mengintrupsi ku. Itu pasti kak Aldy. Aku sangat yakin sepertinya dia sudah sampai. “Iya bun..” Jawabku sambil beringsut dari tempat tidur.
“Sejak kapan kamu bisa temenan sama cowok?” Tanya bunda dengan wajah menyelidik. Wajar saja bunda bertanya karena selama ini memang aku belum pernah berteman dekat dengan seorang cowok.
Aku melirik bunda sekilas yang kini sedang memakai sebuah appron dan sarung tangan tebal. Bunda sedang sibuk membuat makanan sepertinya. Tanganku sibuk mencari karet cina yang biasanya ku simpan di sebuah kotak di samping buku buku ku.
“Sejak, aku kenal sama cowok.” Jawabku sambil cengengesan, lalu keluar dari kamarku, meninggalkan bunda dengan raut kebingungannya.
"Cie cie Windyaaa.. udah punya pacar." Teriak bunda meledek namun tak ku gubris sama sekali walaupun sebenarnya aku ingin mengoreksinya. Aku dan kak Aldy hanya berteman.
Ck ck... Bunda Bunda.
“Hai kak!" Sapaku saat melihat kak Aldy berdiri di depan pintu depan rumahku. Dia tampak casual dengan balutan celana berbahan levis se lutut dan kaos oblong berwarna putih. Rambutnya yang lurus pun terlihat acak-acakan tertiup angin.
“Di rumah gue ya?” Ajaknya tanpa basa-basi. Aku mengangguk. “Nanti hasil fotonya kita bagi dua." Ujar nya lagi.
Aku mengernyit heran.
“Buat kenang-kenangan. Siapa tau kan, malem malem lo tiba tiba kangen sama gue. Jadi lo bisa liat foto kita.”
Aku mendengus pelan menyamarkan kekehanku. Bisa bisa nya dia se pede itu aku akan merindukannya. Padahal rumahku dan rumahnya hanya terhalang pagar dan jalanan kompleks. Aneh sekali.
"Ya kan?" Koreksi kak Aldy, "Diem diem lo suka kangen sama gue kan?"
"Ngarang.." Aku hanya bisa tertawa kecil mendengarnya.
"Ya pasti lah.. orang se ganteng gue ini memang ngangenin."
Percaya diri nya memang mengalahkan asin nya lautan. Aku berdecak malas. "Terserah lo deh kak." Jawabku mengalah. Biar lah kali ini saja aku berbaik hati membuat orang lain senang.
________
To be continue.
Salam
@windyaaw_
KAMU SEDANG MEMBACA
Memori [COMPLETED]
Fiksi RemajaDari aku, yang selalu merindukanmu. Untukmu Aldy, silahkan mengenang. _______ BACA CERITA YANG LAIN DULU YA, GUYS. CERITA INI MASIH BANYAK TYPO. BELUM DI REVISI. Copyright ©2019, by windyaaw_