26.|| Pengakuan kak Aldy

49 38 11
                                    

HAPPY READING♡

_____________

“Lo tunggu disini sebentar ya? Gue mau ke toilet sebentar.”

Aku hanya mengangguk menanggapi ucapan kak Aldy. Dan setelah dia pergi aku berjalan ke arah kursi yang letaknya tidak jauh dari tempatku berdiri.

Aku duduk disana. Tanpa berniat melihat lihat sekelilingku. Aku diam, tanpa sadar bulir air mataku menetes. Aku menangisi hal yang tidak jelas! Hal yang tidak penting, yang seharusnya tidak ku tangisi.

Sebegitu tidak pentingnya kah aku dimatanya? Sudah hampir satu tahun kami berteman, namun dia sama sekali tidak menganggapku.

“Win..”

Aku dengan cepat mengusap wajahku. memalingkannya dari pandangan kak Aldy. Lantas perlahan memaksa mulutku untuk menguap. Aku pura-pura sedang mengantuk agar kak Aldy tidak tau kalau aku habis menangisinya. “Kakak udah ke toilet nya?”

Kak Aldy mengangguk pelan. Aku menatap ke arah tangannya yang memegang dua boneka beruang kembar bewarna coklat tua dengan sebelah tangan. “Lo nangis?”

Aku mengalihkan tatapanku ke arah wajahnya. Apakah akting ku terlihat buruk? “Eung.. enggak kok. Gue Cuma ngantuk.” Aku melirik jam tangan yang ku kenakan, lalu menepuk jidat ku.

“Eh... kak, kayaknya kita harus pulang sekarang deh, udah malem juga. Jam... 9 lewat 5 menit nih, papa bilang kan tadi kita pulangnya nggak boleh lewat dari jam 10.”

“Tapi kan, ini baru jam 9 Win.”

“Tapi gue udah ngantuk.” Dalihku. Kemudian menarik lengannya untuk berjalan ke arah parkiran motor.

Namun sebelum aku sampai ke parkiran dimana motor kak Aldy berada. Dia sudah menahan tanganku yang menarik lengannya.

Kak Aldy  menatapku dengan pandangan sayu. Tidak ku mengerti namun setelah itu dia mendekat menggenggam kedua tanganku erat-erat sedangkan boneka tadi berada di sela-sela kami.

Suasanya yang ramai entah mengapa terasa begitu sepi. Seperti tidak ada orang yang melihat keberadaan kami berdua.

Dia mengunci pandangan mataku. Sebenarnya aku ingin segera memalingkan wajahku, namun kak Aldy kembali melangkah mendekat. Rasanya aku ingin menangis sekencang-kencangnya saat ini juga. Tapi ego ku bertentangan dengan segalanya.

Rasanya aku ingin berteriak kencang, mengatakan jika aku tidak ingin dia pergi! Aku tidak ingin dia menjauh dariku.

Aku tidak mau. Tapi aku lebih dari sekedar kata gengsi. Aku tidak bisa mengucapkan itu.

Aku tidak bisa..

“Maaf kalau selama ini lo menganggap gue cowok yang gimana-gimana.”

Aku diam. Agak kesulitan melihat wajahnya, karena dia membelakangi cahaya.

“Maaf juga kalau lo mau anggap gue cowok yang nggak gentle man. Tapi, lo harus tau satu hal.

"____ semua yang gue omongin ke lo, di whatsapp, SMS, atau pesan apa sekalipun yang bilang gue suka sama lo itu bener.”

Aku mundur setengah langkah kebelakang, tidak mau terlalu dekat dengannya. Namun kak Aldy malah melakukan hal yang sebaliknya. Maju setengah langkah menipiskan jarak kami.

“Maaf gue baru ngasih tau lo, kalau gue mau ke Singapura sekarang." kak Aldy mengambil nafas pelan, dan aku masih menatapnya. Mencari kejujuran di kedua matanya.

“Awalnya memang gue nggak ada niat sama sekali buat ngasih tau lo.” Jujurnya.

Degg..

Mataku tiba-tiba saja terasa panas setelah mendengar kata-kata itu. “Terus? Kenapa sekarang kakak ngasih tau gue?”

“Karena hati gue.” Kak Aldy menarik tangan kananku pelan lantas meletakkan di dadanya.

Sumpah demi apapun, rasanya saat ini aku ingin mati saja. Aku lebih suka jika tiba-tiba ke tiban bianglala sampai pingsan dari pada berada di posisi campur aduk seperti ini.

Kak Aldy tadi baru saja membawa tanganku ke dadanya. Padahal tanganku saat ini dalam keadaan dingin total karena grogi.

Di dalam hati aku merutuki keadaan tanganku. Entah mengapa, menjadi seperti ini.

“Lo ngerasain apa?” Tanya nya.

Aku masih diam. Tidak bisa berkata apapun. Rasanya mengucapkan kata iya saja sulit.

“Gue deg-degan kalau berdekatan sama lo.” Aku nya.

Kalau ini di suasana normal, rasanya aku ingin sekali menjawab ucapannya dengan kata kata tak acuh yang sering ku ucapkan padanya. Terus mau di apain?

Aku menunduk dalam dalam, memalingkan wajahku dari pandangannya. Saat ini rasanya tiba-tiba saja aku ingin tertawa. Ekspresi wajahnya pada saat mengucapkan kata-kata tadi sungguh ingin membuatku tertawa sampai terbahak.

“Win..”

“Hmm?”

“Tangan lo dingin.”

Aku dengan cepat segera menjauhkan tanganku dari genggamannya. Memilih berjalan lebih dulu meninggalkannya. Kalau saja saat ini Yulia melihatku pasti dia akan berkata dengan gaya alay nya.

“Seberapa gereget anda?”

Ahh.. membayangkannya saja sudah membuatku ingin mengamuk. Suasana semacam apa itu? Rasanya saat ini aku ingin tenggelam ke dasar sumur untuk menyembunyikan wajah dan seluruh tubuhku agar kak Aldy tidak bisa melihatnya.

AYAH BUNDA AKU MALUU.

__________

To be continue.

Salam
@windyaaw_

Memori [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang