17.|| Kebenaran

49 40 4
                                    

HAPPY READING♡

_________

“Lo tau? Kak Rafael itu ternyata sama kak Aldy itu temenan waktu SD sampe SMP kelas 7 tapi abis itu kak Aldy pindah ke Singapura gara-gara ikut papanya!"

"____Papanya kak Aldy katanya ngurusin Mall nya di sana. Lo nggak tau? Apa kak Aldy belum cerita sama lo?"

Yulia berdecak, "Kalau gue jadi lo, pasti  gue minta ceritain semuanya tentang dia.
Secara kan, dia calon PAC-PPwehh…”

Yulia menatapku dengan wajah kesalnya. Mulutnya yang sejak tadi tidak bisa berhenti bicara mendadak berhenti dengan mulut mengerucut sebal menatap wajahku.

“Apa?” dengusku sebal. Enak saja dia menebak-nebak hubunganku se enak jidat nya. Membuatku jadi semakin berharap berlebihan dengan suatu hal yang belum tentu benar.

“Lo pake tangan sebelah mana tadi?”

Dengan santai aku mengangkat tangan kiriku. Yulia teriak. Tapi aku kesal. "Mampus situ. Lo pikir gue perduli? Lagian tangan gue bersih kok."

Aku tertawa puas melihat Yulia yang teriak-teriak.

“Makanya ngomong jangan suka asal keluar.” kekeh ku mengejek.

“Kan memang beneran. Tanya aja sendiri sama kak Aldy.. Nah itu orangnya.”

Aku dengan reflex melihat ke depan. Tepat dimana telunjuk Yulia di arahkan.

Cowok ber jas putih yang panjangnya hampir sebatas lutut. Satu tangannya memegang 2 buah bawang bombai yang ukurannya cukup besar dan satu tangannya lagi melambai ke arahku.

“Haaii kak Aldy!” sapa Yulia santai.

Ooh.. bukan ke arahku ternyata.

Aku melihat dia tersenyum, namun beberapa detik kemudian aku memalingkan wajahku menatap ke arah lain.

Sebenarnya aku masih kepikiran tentang masalah Chat tadi malam. Jujur saja aku tergolong orang yang mudah baper walaupun itu hanya sebuah masalah kecil.

“Win? Kok lo diem aja sih?” Yulia menyenggol nyenggol lenganku pelan. Aku pun menatapnya.

“Aduhh.. gue udah nggak tahan. Yaudah deh Win, lo disini dulu ya. Gue bentar kok.”

Aku membelalak, dengan cepat menarik lengan Yulia yang akan segera pergi meninggalkanku ke toilet. “Gue ikut.”

“Nggak usah dehh gue bentar. Cuma mau pipis doang kok. Tunggu sini ya.” Yulia celingukan. “Nah. Duduk di situ tuh.”

‘’Eee.. YULIA.” Teriakku. Namun, tidak di hiraukan sama sekali oleh anak itu. Sangat menyebalkan sekali.

Aku berjalan mundur, memilih untuk duduk di sebuah kursi panjang yang tidak jauh dari tempatku berdiri saat ini. Dan kulihat kak Aldy pun melakukan hal yang sama.

Dia duduk menyisakan jarak setengah meter di sampingku. Tidak ada yang memecahkan kesunyian di antara kami berdua. 

Aku menatap koridor sekolah yang tampak terlihat sepi lantas menatapnya.

Aku sedikit terkejut, pada saat aku menatapnya dia juga sedang menatapku..

Apakah kak Aldy sudah sejak tadi menatapku?

Entah kenapa aku segera memalingkan wajahku ke lain arah. Memilih menghindari tatapannya.

“Win..”

Aku menatapnya dengan malas malasan. Padahal rasanya aku ingin segera kabur pada saat mendengar dia memanggilku.

"Hmm?” gumamku sambil menaikkan kedua alis mata.

“Yang masalah di chat semalam,” kak Aldy mengambil jeda beberapa detik. “Itu beneran.”

Aku terdiam sejenak. Mataku yang tadinya menatap wajahnya, kini ber alih menatap 2 buah bawang bombai yang saat ini dia pegang dengan tangan kanannya.

“Ehh, kak. Bukannya lo mau praktik ya? Di Lab?” Aku berlagak melihat jam tanganku. “Udah telat kayaknya. Mending lo cepetan kesana deh, nanti kena hukum loh.”

Aku beralih menatapnya dengan wajah yang ku buat se ceria mungkin. Untuk menutupi degupan jantungku yang sejak tadi tidak bisa berdetak secara normal.

Tak lama aku melihatnya berdiri dari duduknya, dia menatapku sambil tersenyum.

Senyum yang semakin membuatku merasakan perasaan aneh. Sangat memabukkan.

Kak Aldy semakin melebarkan senyumannya. Lantas mendekat ke arahku, dia menundukkan wajahnya dan aku sedikit tersentak pada saat dia dengan gemas mengacak acak rambutku. “Baii cantik.” katanya.

Mataku mengerjap berkali-kali sambil masih menatapnya yang saat ini telah berjalan pergi menuju Laboratorium sekolah kami.

Bibirku nyaris terbuka lebar, rasanya aku masih bisa merasaka harum parfumnya di sekitarku. Jujur saja.. dia terlihat begitu tampan saat aku melihatnya dari dekat.

Gila.

“Lo ngapain melongo? Ada apaan sih?”

Aku mengerjap, entah mengapa mendadak bibirku rasanya ingin terus tersenyum.

Aku menggelengkan kepalaku menatap Yulia yang menampilkan raut heran. “Nggakpapa kok."

“Terus ngapain senyam-senyum?”

“Nggakpapa Yulia..”

“Hayooo, lo di apain sama kak Aldy pas gue nggak ada tadi? Di cium ya?’’ Tuding Yulia sambil menggerak-gerakkan jari telunjuknya.

“Nggak diapa-apain kok." Kilah ku.

“Nggak percaya gue. Pasti di cium.”

Aku menggelengkan kepalaku tak habis pikir. Bisa bisa nya Yulia berfikir gila seperti itu.

"Windya beneran di cium." Yulia tertawa ngakak mengolok-olokku sedang aku hanya bisa pasrah.

Terserah deh..

_________

To be continue.

Salam
@windyaaw_

Memori [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang