ALLEGORY (CHAPTER 16: BROKEN VOW)

37 10 20
                                    

"Astaga, Tuan," Bibi memekik kaget saat tiba-tiba saja piring yang dipegang oleh Dongju melesat dan jatuh ke lantai.

Pecahan beling langsung tersebar di sekitaran kaki Dongju yang spontan berjinjit.

"Aduh, maaf Bi. Aku tidak sengaja."

Dongju membungkuk hendak memungut pecahannya namun segera ditahan oleh Bibi Lim.

"Sudah Tuan, biar saya saja yang bersihkan. Sebentar ya."

Perempuan itu tergopoh-gopoh masuk ke ruang belakang lalu kembali sambil membawa sapu dan pengki.

"Terima kasih Bi,"ucap Dongju pelan.

"Iya, Tuan Dongju bawa makannya dulu ya, untuk Tuan Dong Si."

Dongju mengangguk dan segera mengambil nampan berisi makan siang untuk mereka berdua. Dongju menoleh sekilas pada bibi yang sibuk menyapu pecahan beling di lantai.

"Kenapa, Ju?"tanya Dong Si saat dia masuk ke dalam kamar.

"Aku memecahkan piring."

"Ya ampun hati-hati dong."

Dongju meletakkan nampan itu di atas kasur. Dia mencoba meredakan tangannya yang masih gemetar.

"Aneh sekali,"gumam Dongju.

Dong Si menyibakkan selimut dan mendekati Dong Ju.

"Apa yang aneh?"

"Aku tidak tahu,"Dongju menggeleng lemah.

Kening Dong Si lantas berkerut. "Kau bagaimana sih?"

"Perasaanku tidak enak sedari pagi. Seperti ada sesuatu yang kulupakan tapi entah apa."

"Coba kau telepon Geonhak, mungkin ada janji dengannya."

Dongju mulai makan. Ponselnya ada di kamar dan ia terlalu malas naik ke atas untuk sekedar menghubungi Geonhak yang mungkin saja sedang sibuk di dapur kafe.

"Sayang sekali ya di luar ujan, kalau tidak kita bisa makan sambil mengobrol dekat bunga-bunga itu,"kata Dong Si sambil menatap ke arah jendela.

Dongju mengangguk setuju. Dia biasanya mengajak Dong Si makan siang di ayunan sambil memerhatikan beberapa tanaman yang sudah mulai banyak kuncupnya. Hari ini mereka baru saja pulang dari rumah sakit untuk memeriksa kaki Dong Si. Dokter menjelaskan memang agak sulit untuk kembali berjalan normal seperti biasa. Tapi tidak ada salahnya mencoba terapi agar otot lutut dan paha bisa digerakkan demi mengurangi sakit.

Dong Si kembali terpukul mendengar semua penjelasan itu. Untung saja Dongju bersamanya. Dia berusaha sebaik mungkin menghibur Dongs Si yang terlihat sedih setelah selesai pemeriksaan.

"Hyung, kenapa tersenyum sendiri? Kau masih tidak menyangka dengan kejadian hari ini? Hmm?"

Kunyahan di mulut Dong Si memelan. Dia lantas memukul lengan pemuda itu dan mendelik lucu.

"Kau ini apa sih."

"Ya karena ternyata terapis untuk kakimu nanti adalah dokter Nakamoto Yuta," Dongju memperjelas  kenyataan. "Wah, daebak. Benar-benar sebuah kebetulan."

Dong Si sedikit tersedak.

"Ju, penting sekali kah membahas soal itu?"

"Aku takjub saja,"sahut Dongju santai. "Kok bisa ya. Padahal kita sama sekali tidak tahu kan sebelumnya dokter siapa yang akan jadi spesialis terapimu? Kau juga tidak sengaja mencari nama Dokter Nakamoto di internet, bukan?"

"Ya! Tentu saja tidak. Cih, memang aku kurang kerjaan."Dong Si mendelik lalu mencoba fokus pada rollade yang dia potong demi menyembunyikan semu memerah pada pipi.

VAGARY || KIM LEEDO 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang