FEARLESS 🔞

133 5 4
                                    

Chalanta memandangi layar ponsel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Chalanta memandangi layar ponsel. Berita tentangnya begitu cepat menyebar. Sementara ia masih berusaha menahan diri untuk tidak menyalahkan siapa pun, Chalanta pelan-pelan mulai menata lagi hidup yang berantakan setelah ia lepas karirnya begitu saja.

Dia memandangi boks bayi yang terlihat nyaman. Beraroma cokelat, bernuansa nude, penuh boneka kelinci lucu, mainan gantung berbentuk bulan, dan di tengahnya berbaring seorang makhluk mungil menggemaskan.

Chalanta berusaha untuk tidak menangis meski dalam ruangan sepi, meski sudah dipastikan tidak ada siapa pun yang melihat. Dia hanya meneguhkan hati, berharap kehadiran makhluk mungil itu bisa menjadi kekuatannya. Seolah-olah Chalanta tidak punya pegangan lain. Dia menghindari setiap orang, dia keluar dari dunia yang telah membesarkan namanya dan memberi ia popularitas juga uang. Dia meninggalkan pria yang sangat ia cintai dan seharusnya berada ada di tempat yang sama sambil menatapi bayi mereka.

Im so sorry, Keenan.

Chalanta berlutut. Meraih jemari Keenan yang mungil dari balik jeruji kayu berpelitur cokelat muda itu.

"Kita bisa kan ya, menjalani semua ini berdua aja? Tell me that you dont need your Dad, Keenan, " bisik Chalanta lirih.

Bayi itu tidak menjawab. Dia lelap tertidur setelah menghabiskan satu botol penuh susunya diakhiri dengan sendawa panjang saat pundaknya ditepuk-tepuk.

"Because you're mine. Aku nggak akan membiarkan siapa pun merenggut kamu dari hidupku. "

Perhatian Chalanta pada anaknya terusik oleh getar ponsel. Dia merunduk ke arah karpet. Sebuah nama memanggil-manggil di layar. Chalanta hanya memandangi tanpa berminat menjawab.

Kali ini apalagi mau kamu, Raksan Erlangga?

***

Pagi itu seperti biasa, Chalanta terbangun karena suara rengekan Keenan dari dalam kamarnya. Dia mematikan walkie talkie di nakas yang memunculkan suara tangisan Keenan.

"Iya sebentar sayaang, " seru Chalanta sambil berjalan sepanjang selasar lantai dua.

Kamar Keenan ada di depan tangga. Selain karena lebih mudah terjangkau, cahaya matahari pun lebih banyak tersorot ke sana.

"Auuhhh ... Maafin mama. Lama ya nyamperinnya?"

Chalanta tidak langsung menghampiri Keenan yang sudah duduk sambil memegangi pembatas boks. Dia membuka tirai dan jendela terlebih dahulu. Sekalian mengajari anak itu untuk bersabar.

"Good morning Keenaaann."

Tangan kecil Keenan terangkat, minta digendong. Tidak ada yang lebih indah daripada menatapi wajah tampan itu di pagi hari untuk memulai harimu. Pipi tembamnya, rambut acak-acakan, bibir yang selalu basah oleh air liur karena dua gigi bawahnya mau tumbuh. Keenan tertawa pelan. Kakinya menghentak-hentak senang saat berada dalam gendongan Chalanta.

VAGARY || KIM LEEDO 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang