ALLEGORY (CHAPTER 9:CALLOUS)

37 9 28
                                    

Wookjin mengangkat wajah saat ia lihat teman satu selnya keluar dari MCK. Seorang pria berumur empat puluh tahun yang dijebloskan ke penjara karena kasus pembunuhan. Dia membunuh anaknya yang baru berusia tujuh tahun, lalu berniat bunuh diri namun segera tertangkap basah oleh sang istri. Wookjin merasa beruntung pria itu lebih banyak diam. Dia tidak mengusik, dan hanya mengajukan tanya atau perintah kalau memang perlu. Dilihatnya pria bernama Beom itu berjalan menuju sudut sel sambil mengeringkan rambut yang basah menggunakan handuk kering.

"Heh, kau tidak mandi?"tanya Beom tiba-tiba.

Wookjin menggeleng cepat. Untuk seseorang yang pernah membunuh anak, Beom termasuk pria tenang dan dingin. Wookjin sendiri tidak mengerti gangguan kejiwaan seperti apa yang dialami olehnya kala itu.

"Nanti saja, Hyung."

Beom lalu duduk bersila tidak jauh dari Wookjin. Dia mengeluarkan sesuatu dari dalam kaleng berbentuk kotak. Sebuah sisir kecil dan beberapa foto terlihat di dalam sana.

"Ini anakku,"Beom menyodorkan salah satu foto kepada Wookjin.

Dengan ragu Wookjin menerima foto yang digunting semua sisinya hingga hanya menunjukkan sosok seorang bocah perempuan sedang memeluk boneka. Rambutnya dikuncir dua dan senyumnya begitu lebar terlihat riang.

"Dia sudah bahagia di surga. Tidak perlu lagi merasakan pahitnya kehidupan. Susah makan, susah sekolah, harus pontang panting cari kerja bersamaku. Pokoknya Tuhan pasti sudah memindahkan dia ke rumah yang lebih bagus, banyak mainan, banyak camilan."

Wookjin menatap foto itu dan pria di hadapannya bergantian.

"Aku juga lebih betah di sini. Tidak perlu berurusan dengan orang-orang sialan itu. Mereka hanya bisa menyiksa kami seumur hidup. Lihatlah tubuhku, sudah habis dipukuli, disetrika, disiram air panas. Lihat sendiri," Beom menaikan bajunya dan memperlihatkan bekas luka bakar di sebagian area punggung dan perut.

Tangan Wookjin sedikit gemetar mengembalikan foto pada Beom.

"Kau sendiri pasti menganggap tempat ini jauh lebih baik dari dunia luar kan?"tebak Beom. Dia mengamati Wookjin sambil menyisiri rambut.

Wookjin tidak mengangguk atau menggeleng. Dia hanya tersenyum samar lalu kembali menekuk kedua kaki ke dada.

"Pembunuh seperti kita setidaknya masih disegani oleh penghuni lain," Beom tiba-tiba mengikik. Dia terlihat geli karena membayangkan sesuatu. Sedangkan Wookjin berusaha untuk tidak menggubrisnya. Di waktu-waktu tertentu, Beom memang selalu bercerita ini itu tanpa diminta. Wookjin hanya cukup mendengarkan lalu akhirnya melihat pria itu tertidur.

Wookjin menunjuk sekeliling sel mereka.

"Tidak ada yang mau satu ruangan dengan kita. Kalau kau lihat sel-sel lain di sebelah sana, yang isinya rata-rata karena kasus narkoba, tidur saja terpaksa berdempetan. Hah? Menyerupai ikan di pasar itu loh," Beom kembali tertawa. "Tapi mereka sok nya minta ampun. Ingin aku gantung saja lehernya satu per satu."

Dia menatap pada Wookjin sambil menopang dagu.

"Kau sendiri kenapa sampai membunuh? Siapa yang kau bunuh?"

Wookjin tidak menjawab. Dia menatap Beom dengan pandangan penuh ragu.

"Hey, tidak usah malu-malu begitu lah. Fair saja kalau bicara denganku. Kau tahu, di hadapan Tuhan kita ini sama-sama pendosa. Aku juga tidak lebih baik darimu. Soalnya aku penasaran, di luar sana kehidupanmu pasti sangat berhasil kan? Kau tampan dan punya pekerjaan stabil. Motif membunuhmu jelas bukan karena uang. Apa...karena cinta?" Beom mencodongkan wajah.

Suasanya menjadi tidak nyaman bagi Wookjin, sehingga dia lebih memilih menundukkan pandangannya.

"Ah, sudah kuduga," Beom menepuk tangannya keras. "Haaiiihhh...siapa orang itu? Secinta itu kau padanya sampai-sampai kau rela merusak hidupmu seperti ini? Dia meninggalkanmu? Kau dicampakkan karena dia menikah? Begitu?" Beom terus mendesak dengan pertanyaan.

VAGARY || KIM LEEDO 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang