RED ZONE 🔞🔞 (CHAPTER 8)

61 3 20
                                    

"Aku ingin kau  mengurangi tekanan nadanya di garis F, tolong Svinov, jangan diulangi. Dari cello ke biola, semua harus diulang. Aku ingin semua diulang."

Ivan mendengar berbagai nada masuk yang tidak beraturan. Suara gesekan biola,cello, dan denting piano menggema. Harmonisasinya kurang sempurna.  Ivan membenci hal itu. Banyak nada yang rancu, seperti kalimat tidak logis. Dia mengernyitkan dahi begitu dalam. Matanya menatap nyalang. 

Omega itu bangun dari tidurnya. Dengan langkah ringan dia beringsut turun, keluar menembus area kamar juga selasar menuju dapur yang gelap gulita. Ivan membuka lemari es. Bukan. Bukan dari sana sumber suaranya. Dia lalu beralih pada ruang kerja Sunghoon. Kaki Ivan seperti memiliki sensorik sendiri hingga ia tidak menyandung apapun meski suasana terlalu gelap. Dilihatnya sekeliling ruangan yang hanya tersinari cahaya lampu dari luar jendela. Ivan menghampiri rak buku. Dia menemukan sebuah jam pendulum yang bandulnya bergerak-gerak dinamis. Ivan lekas mematikan benda itu. Nafasnya tersengal.

"Sayang, kau baik-baik saja?"

Sunghoon yang menyadari gerak-gerik Ivan saat omeganya kembali ke kamar, langsung  terbangun.

"Tidak, suara-suara itu mengganguku."

"Again?"

"As always.Aku butuh obatku," keluh Ivan.

"Oh Honey, no. You dont need it."

Sunghoon bergegas meraih tubuh Ivan dan memeluknya erat.

"Come on, you can sleep again."

Sambil menyandarkan kepala di dada Sunghoon, Ivan mencoba memejamkan mata -tapi selalu terasa sulit. Ivan memiliki pendengaran  di atas rata-rata. Kemampuan telinganya menerima rangsangan sensorik suara bahkan yang jauh sekali pun membuat ia lebih sensitif mengklarifikasi.Itulah yang membuat Ivan selalu terlihat seperti seorang perfeksionis sialan di hadapan para mahasiswa. Dia tidak mentolelir kesalahan nada sedikit pun.

"Ivan, sweet heart," panggil Sunghoon lagi. Disadarinya bahwa si omega masih belum bisa tertidur.

"Just sleep, I can handle my own self," sahut Ivan dengan suara tidak kalah pelan.

"But Im here , you can count on me too. What should we do, then?"

"Mungkin aku butuh mandi sebentar. "

"Fine, akan kusiapkan. Kau mau teh hangat?"

"No, thank you."

Sunghoon mengecup pipi Ivan lalu turun dari ranjang besar mereka. Dia menyiapkan air hangat dalam bath up, tidak lupa menaburkan sabun dan menyalakan lilin aroma terapi di sekilingnya.

"Kemarilah."

Sunghoon meraih tangan Ivan, omeganya yang sudah bugil itu masuk ke dalam rendaman air hangat. Menyandarkan tubuh di punggung Sunghoon. Merasakan pijatan lembut sang suami di bahu Ivan yang tegang dan berat.

"Aku akan mengundurkan diri dari penampilan konser akhir tahun," kata Ivan tiba-tiba.

Keduanya sama-sama melihat ke arah cermin di hadapan mereka.

"Kau sudah memikirkan hal ini?" tanya Sunghoon.

"Aku ingin fokus mengurus Aubrey. Aku tidak bisa memikirkan hal lain selain dirinya sekarang."

Kedua lengan Sunghoon melingkari leher Ivan, mendekap erat pemuda itu sambil menempelkan bibirnya di bahu si omega.

"Kalau itu yang terbaik, aku akan mendukung apapun keputusanmu, tapi ... bagaimana dengan mereka? Para mentor, anggota orkestra, penonton yang selalu menyukai penampilanmu? Mereka pasti sangat berharap kau tampil untuk acara ini."

VAGARY || KIM LEEDO 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang