ALLEGORY (CHAPTER 5:RAIN ON ME)

53 9 27
                                    


Dongju merasa beruntung hari ini tidak terlalu banyak pekerjaan di kantor. Dia bisa memakai sebagian besar waktunya untuk diam di belakang komputer dan melakukan hal-hal teknis yang membuat dia tidak perlu terlalu sering berinteraksi dengan banyak orang. Meski agak membosankan, toh dia malah bertahan lebih lama mendekam di ruangan kecil itu sambil mengerjakan apa saja. Mencatat agenda, memilah milih foto, membawa lensa-lensa untuk dibersihkan dan dirapihkan. Dongju tidak berniat pulang cepat hari ini. Sekembalinya ke rumah, dia akan merasakan lagi kesedihan dan kesepian yang menyerangnya seperti penyakit migrain. Membuat semua saraf di otaknya berdenyut keras sampai terkadang mampu menghilangkan titik waras. Dia cenderung berkeinginan menyayat pergelangan tangan kalau bayangannya tentang Wookjin mulai muncul, tapi kemudian pikiran Dongju tentang bagaimana saudaranya itu harus bertahan di penjara akan segera membuatnya sadar.

"Ju, kamu belum pulang?"

Suara Wonwoo membuat Dongju mengangkat wajah dari layar komputer di depannya.

"Nanti saja Hyung,"jawab pemuda itu singkat.

Wonwoo yang baru kembali dari studio langsung meletakkan kamera di lemari. Dia menarik kursi di samping meja Dongju dan duduk di sebelahnya.

"Mau makan sama-sama? Aku akan memesan sesuatu,"tawar Wonwoo.

Dongju mengangguk acuh. Matanya tetap memicing membaca sebuah artikel di layar komputer. Tentang hukuman bagi tindak pidana kasus pembunuhan dan langkah apa yang bisa dilakukan untuk meringankan vonis akhirnya.

"Kau mau makan apa?"

"Apa saja boleh. Terserah Hyung."

"Yang pedas? Bagaimana dengan sup daging? Atau jjangmyeon?"

"Terserah, Hyung."

Wonwoo mulai mencari-cari menu makanan di sebuah aplikasi. Diliriknya Dongju yang masih fokus pada apa yang sedang dia kerjakan. Meskipun Dongju menangis dalam pelukannya kemarin tapi bukan berarti anak itu mau langsung bercerita tentang apa yang sebenarnya terjadi. Dongju masih diam dan menyibukkan diri seperti yang dilihatnya seharian ini. Dia bahkan membereskan ruangan mereka, menata ulang beberapa barang dan membersihkan sampah-sampah padahal itu biasanya dilakukan oleh cleaning sercive.

"Kamu sedang membaca apa sih, Ju?"tanya Wonwoo penasaran. Dia mencoba menyinggung dengan cara paling ringan. Berbasa-basi.

"Oh ini... berita biasa. Aku masuk ke link yang secara acak muncul di kolom iklan."

Dia bergerak mendekat pada pemuda itu. Sekarang Wonwoo merasa tidak perlu canggung kalau saja di antara mereka kontak fisik akan lebih sering terjadi. Dongju tersentak menyadari betapa dekat Wonwoo dengannya. Laki-laki itu mencondongkan tubuh sambil ikut menatap layar komputer.

"Pidana pembunuhan? Kasus apa, memang? Aku belum lihat berita pagi ini," gumam Wonwoo sambil mengerutkan kening.

Dongju menghela napas. "Coba dari dulu aku benar-benar kuliah hukum, mungkin aku tidak perlu kesulitan memahami maksud dari tulisan ini."

"Memangnya kenapa sampai harus belajar hukum?"

Anak itu menopang dagu dengan lengannya. "Hukum adalah proses peradilan yang rumit. Sedangkan aku hanya manusia yang berusaha meyakini bahwa berat atau tidak hukuman seseorang atas perbuatannya, itu murni merupakan keputusan Tuhan."

"Duh, Ja. Kau bicara apa sebenarnya?"

Dongju hendak menjelaskan, tapi ketukan di pintu membuat dia urung bicara. Seorang cleaning service masuk dan mengantarkan pesanan Wonwoo.

"Terima kasih,"kata Wonwoo.

Petugas itu mengangguk dan langsung keluar. Wonwoo membuka setiap kemasan makanan yang dia beli lalu dijejerkan di atas meja. Dia menyodorkan satu mangkuk jajngmyeon pada Dongju agar perhatian Dongju teralih sejenak. Dongju meraihnya dengan kurang bersemangat. Padahal sejak pagi dia belum makan apa-apa. Perutnya memang sempat perih dan menjerit-jerit, namun acara makan siang pun dia lewatkan. Hingga akhirnya cacing di dalam usus berhenti berusaha dan memilih diam. Menghilangkan semua keinginan untuk mengunyah makan karena sudah kelewat lapar.

VAGARY || KIM LEEDO 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang