ALLEGORY (CHAPTER 20 : TRUTH UNTOLD)

35 10 35
                                    

Dongju memandangi dirinya di cermin. Dari pantulan lain, ditatapnya Geonhak yang sedang memakai baju sambil menghadap ke arah lemari. Dia tertegun. Ingatan soal Wookjin masih saja menyisakan jengitan perih. Dongju termasuk orang yang jarang sekali berlama-lama di depan kaca. Tapi sekarang, dia merasa kalau hal ini bisa jadi salah satu cara untuk memenuhi kerinduannya pada Wookjin. Wajah mereka yang benar-benar persis, menciptakan bayangan sosok lain hingga tidak jarang Dongju bisa mengajak bicara dirinya sendiri.

Seandainya Wookjin tidak pernah membunuh Soo Hyun, apa Dongju akan berada di sini?. Bicara soal keberuntungan, Dongju cukup yakin tidak semua orang mampu merasakannya. Dia memberanikan diri untuk menyimpulkan bahwa dia bahagia sekarang. Kebahagiaannya bukan sekedar angan-angan seperti yang selama ini dia pikirkan. Di usia semuda itu dia harus berhadapan dengan segala problematika hidup.

Dongju merasa seperti duduk di meja judi lalu melemparkan kartu tanpa perhitungan. Awalnya dia tidak banyak berharap dengan pilihan yang dia jalani. Geonhak pasti akan tetap menganggapnya seperti orang asing meski mereka tinggal satu rumah. Kira-kira seperti itulah kesimpulan yang dia miliki. Tapi dia tahu sekarang pria itu berubah menjadi orang paling manis. Tidak ada lagi Geonhak yang dingin dan ketus. Dia seolah menjelma sebagai labuhan hati, tempat berbagi, dan teman hidup terindah. Baginya ini adalah sesuatu yang patut disyukuri setiap hari.

Mata Dongju mengerjap saat dilihatnya Geonhak mendekat. Dia langsung menegakkan tubuh dan tersenyum lewat cermin.

"Aku pulang agak malam ya? Ada acara dulu dengan teman-teman kuliah. Di kafe kok, tidak kemana-mana."

Dongju mengangguk. Geonhak meremat lembut kedua pundak Dongju dari belakang.

"Kau kenapa?"tanya Geonhak sambil memandangi wajah itu.

Dongju tersenyum. "Terima kasih Hyung."

Meski terlihat senang, Geonhak tetap merasa heran.

"Kenapa sih? Pagi-pagi begini kau sudah terlihat sendu. "

Dongju menghela napas pelan. "Bersyukur itu harus kan? Harus dirasakan dan diungkapkan setiap hari terutama saat kita bangun tidur. Kita tidak pernah tahu sampai kapan kita akan hidup di dunia ini. Bisa lama bisa juga sebentar. Dan kalau kita punya sesuatu yang membahagiakan, itu patut dihargai. Bagiku, kau juga sesuatu yang membahagiakan. Jadi tidak ada salahnya aku berterima kasih padamu."

Geonhak lantas berlutut, membalikkan tubuh Dongju.

"Aku juga bersyukur karena ada kau di dalam hidupku,"dia menyelipkan helai rambut pemuda itu ke telinga. "Awalnya kau tahu sendiri kalau aku juga merasa tidak yakin. Tapi seiring berjalannya waktu, aku tahu kita bisa lebih baik dari ini."

"Benarkah?" sebelah alis Dongju terangkat. Dia tidak bisa menahan senyum saat memerhatikan wajahnya yang tampan.

As always.

"Ini pasti terdengar gila ya? Harusnya aku benci padamu gara-gara kejadian buruk yang menimpaku. Tapi sepertinya Tuhan tidak setuju."

"Jadi? Bagaiaman sekarang? "pancing Dongju lagi.

"Jadinya aku malah mencintaimu seperti ini."

"Apa?"

Senyum di wajah Geonhak berganti dengan ekspresi yang lebih serius.

"Aku mencintaimu Son Dongju."

"Secepat itu?"

"Harus berapa lama memangnya?"

"Mungkin kau hanya berpura-pura saja?"

"Dongju..." Geonhak setengah mengerang.

"Aku serius. Perasaan seseorang tidak akan semudah itu berubah."

VAGARY || KIM LEEDO 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang