ALLEGORY (CHAPTER12 : ONE QUESTION)

42 10 31
                                    

"Ada apa, Ju? Kau tidak berniat untuk menjebakku dengan mengajukan pertanyaan retoris seperti itu, kan?"

Pertanyaan Geonhak diucapkan dengan pelan, setengah berbisik dan berbaur bersama napasnya yang tertahan. Tapi efek yang dihasilkan mampu membuat pikiran Dongju sontak bising. Dia megap-megap, dilanda panik sekaligus perasaan malu dan serba salah saat mata Geonhak menggelap. Tepian selimut dirematnya dengan cukup erat.

"Aku ingin tahu. Dia agak..."bagaimana Dongju harus mengatakannya.

"Mengusik?"tebak Geonhak.

"Mu-mungkin dia masih mengharapkanmu."

"Itu benar. Aku tidak akan berbohong. Mungkin dia menyesali sesuatu atas apa yang dulu pernah terjadi di antara kami. Lalu bagaimana? Aku harus menanggapinya atau lebih memilih untuk meneruskan komitmen perjanjian kita sejak awal?"

"Kau... masih punya perasaan terhadap Yuki, iya kan?" Dongju masih mengejar jawaban.

Geonhak mendengus pelan. Wangi lili dari rambut Dongju yang dia biarkan tergerai menyapu lembut hidungnya. Geonhak diam-diam menanti. Sejenis perasaan berdesir yang mungkin saja sama seperti ketika dia berhadapan dengan Wookjin. Debaran itu memang hadir. Tapi bentuknya lebih menyerupai angin. Pelan namun pasti dan belum begitu terasa.

"Aku tidak akan berbohong,"jawab Geonhak akhirnya. "Kekecewaan dan patah hati. Itu yang kurasakan. Hanya saja semua sudah lama berlalu dan tidak ada gunanya diingat lagi.Lagipula aku bukan orang yang bisa dengan mudah mengubah rencana yang telah kubuat. Kita berdua harus bertanggung jawab atas keputusan ini, Ju. Kau tidak melupakan tujuan awal kita yang sebenarnya kan?"

"Tentu saja," angguk Dongju. Dia berusaha memikirkan cara untuk mengalihkan situasi yang luar biasa aneh dan menyiksa itu.

"Jadi kupikir tidak masalah kan kalau kita setahap lebih maju?"

Pertanyaan Geonhak membuat Dongju membeliak lagi. "Maksudnya apa sih? Yaish, kau jangan macam-macam pokoknya. Kita kan masih asing,"jawab Dongju cepat ketika Geonhak menundukkan wajahnya lagi. Dia mendorong pipi Geonhak kasar bahkan memukulnya dengan guling.

Alis pria itu terangkat sebelah. "Bisa kau jelaskan apa maksud asing itu?"

"Ya asing lah, masa begitu saja kau tidak paham," sewot Dongju sambil menaikkan dagunya. Mencoba melawan rasa malu yang seketika hadir. "Kita baru kenal dan tidak pernah dekat sebelumnya. Aigoo, aku tidak tahu kalau kau ternyata secabul ini," cibirnya sinis.

"Aku sering mendengar beberapa orang biasa melakukan seks acak dalam satu malam."

"Kau keparat sialan," pekik Dongju tidak percaya. Matanya membulat sempurna menatapi pria itu.

Seringai Geonhak muncul kemudian. Dia rupanya cukup menikmati situasi dimana Dongju terlihat panik sekaligus kesal.

"Kalau begitu coba perjelas," kata Geonhak sambil menurunkan tangannya pada pinggang Dongju. Dia sendiri sebenarnya sedang menguatkan hati untuk tidak bertindak lebih jauh dan kelewatan. Walaupun dia memiliki kendali penuh atas pemuda yang hadir di tempat tidurnya saat ini.

"Kita kan_"Dongju menelan ludah. Dia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan apa yang ada dalam pikirannya. Terlalu semerawut. "Kita kan baru kenal dan... kita tidak pernah berkencan atau..."

"I don't do date, Dongju."tukas Geonhak cepat.

Dongju terperangah.

"Sebuah hubungan tidak perlu hal-hal membuang waktu seperti itu."

Sebentar.

Perjanjiannya hanya tinggal serumah karena Wookjin mengajukan hal ini sebagai syarat, lalu kenapa Geonhak malah bicara soal hubungan, sih? Memangnya dia menganggap mereka benar-benar bertunangan?

VAGARY || KIM LEEDO 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang