ALLEGORY (CHAPTER 15 : HOLD ME)

48 10 42
                                    

Sebuah pertengkaran dalam rumah pasti akan membawa dampak tidak nyaman bagi semua penghuninya. Geonhak sadar betul, gerakan saling tutup mulut, suasana canggung tidak pernah mau memulai interaksi terlebih dahulu, semua itu yang sekarang terjadi karena perbuatannya pada Dongju tempo hari. Dimulai dari pagi hari. Geonhak mencoba untuk tidak menghindar. Dia tetap sarapan seperti biasa. Dilihatnya Dongju pun sudah berkutat dengan bibi menyiapkan segalanya. Hanya saja kali ini tidak ada obrolan berarti. Dongju lebih banyak diam.

Daripada menanggapi kalimat-kalimat Geonhak, Dongju lebih memilih menjawab singkat beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh Dong Si.
Dongju juga hanya melakukan mekanisme kerja yang membatasi dirinya dengan Geonhak. Dia akan berkebun, memilih menonton tv di ruang tengah kalau Geonhak pulang cepat dan membaca buku di kamar, atau mengobrol dengan Dong Si di ruang makan sementara Geonhak mengerjakan laporan di ruang membaca. Acara tidur jelas paling menyiksa. Geonhak tidak punya pilihan kecuali tetap berbaring di sebelah Dongju yang akan segera memunggunginya begitu dia naik ke ranjang.

Pertengkaran memang sebuahhal yang wajar. Tapi bagi Dongju, sikap Geonhak termasuk sesuatu yang tidakmungkin bisa ia tolelir. Dia memang masih mengharapkan suatu waktu, Geonhakakan meminta maaf dengan benar dan tulus, bukannya malah mendiamkan dia sepertiini. Dia kelihatan sama sekali tidak berminat untuk memperbaiki keadaan dan itumembuat Dongju yakin bahwa berhenti bicara adalah jalan yang paling aman

Dongju menghindari pertengkaran. Geonhak enggan menyelesaikan.

"Wajahmu benar-benar mengkhawatirkan, Bro."

Seoho menyikut lengan Geonhak yang sedari tadi hanya mendiamkan gelas minuman di hadapannya. Kafe sudah hendak tutup tapi kedua pria itu masih duduk di meja bar sambil mendengarkan suara musik yang mengalun pelan. Satu per satu karyawan Geonhak mulai pamit untuk pulang. Hanya tim bersih-bersih dan bagian dapur yang masih samar-sama ribut dari dalam sana.

"Kau pernah berterngkar dengan Keonhee?"tanya Geonhak tiba-tiba.

Alis Seoho bertaut. Dia menatap sahabatnya dengan sorot mata mengejek.
"Kau bertengkar dengan anak itu? Masalahnya pasti begitu rumit sampai kau terlihat galau begini. Eh tapi bukanhkah dulu juga kalau kau ribut dengan Yuki, pasti mukamu akan ditekuk dalam. Seharian tidak mau bicara dan semua orang yang menyinggungmu sedikit saja langsung kena damprat. Hey, Jeong-il, kau kena omel bosmu tidak hari ini?"teriak Seoho pada Jeong-il yang sedang sibuk mengepel lantai.

Pemuda berwajah polos itu hanya menggeleng sambil tersenyum.

"Wah ada kemajuan kau rupanya," Seoho terkekeh.

"Diam kau brengsek, bukannya menghibur kau malah memperkeruh suasana hatiku."

Seoho meneguk kopinya dan memandangi Geonhak penasaran.

"Kau sudah mulai mencintainya?"tanya Seoho.

Geonhak melirik Seoho sekilas tapi dia tidak berminat menjawab.

"You get a little stupid thing called love, Bro! Congratulations."

Kali ini Geonhak tidak keberatan kalau harus di bully terus menerus oleh Seoho. Setidaknya ini jauh lebih baik ketimbang bingung memikirkan pertanyaan apa yang harus dia ajukan pada Dongju demi memulai sebuah percakapan. Pemuda itu pun lebih sibuk menghindar di rumah mereka yang tidak seberapa luas. Seperti bermain petak umpet tanpa suara karena yang satu sibuk bersembunyi dan yang satu enggan mencari.

"Masalahnya apa kali ini? Sesuatu yang tidak mudah untuk kau maafkan?"

"Aku tidak tahu."

"Loh?" Seoho mengernyitkan kening.

"Jangan bilang kalau kau salah persepsi."

"Dia masih berani menemui laki-laki itu di belakangku."

"Laki-laki siapa maksudmu?"

VAGARY || KIM LEEDO 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang