Tahun 2017
.
.
.Musim gugur kali ini keluarga Haerin memutuskan untuk berlibur ke Swiss. Keluarga mereka sering berlibur ke luar negeri, tapi ini adalah pertama kali keluarga yang pergi hanya keluarga inti saja. Biasanya, Tuan Son selalu mengajak para anak buahnya. Kebetulan juga Tuan Son memiliki kerabat di sana, sehingga mereka bisa menyewa homestay dengan harga miring.
Walaupun Tuan Son adalah seorang konglomerat yang cukup disegani, Tuan Son tidak suka mengumbar kekayaannya. Uang-uang yang didapatkannya ditabung untuk masa depan kedua anaknya, yaitu Son Jimin dan Son Haerin. Ditambah Nyonya Son bukanlah tipe wanita sosialita. Nyonya Son dikenal memiliki kepribadian yang lembut dan introvert. Sama halnya Tuan Son, Nyonya Son adalah pemilik yayasan yang sangat besar. Wanita itu tajirnya keterlaluan. Namun, wanita itu selalu hidup sederhana dan selalu merendah.
"Ayo, anak-anak! Mobilnya sudah sampai." Tuan Son langsung tertawa melihat Haerin masih mengantuk dan berjalan agak sempoyongan sembari mendorong troli koper. "Yak, Haerin-ah! Masih saja mengantuk, hm?"
"Iya, Appa... hoam!"
"Hei, hati-hati!" Jimin langsung menarik Haerin yang hampir menabrak seseorang. Pria itu membungkuk pada orang itu sembari meminta maaf, lalu mendorong troli koper Haerin juga.
"Sayang...." Nyonya Son langsung merangkul Haerin. "Tadi sudah tidur di pesawat, sekarang masih mengantuk juga?"
"Kemarin aku tidak tidur, Eomma. Ada acara untuk mahasiswa baru dan aku harus berlatih balet untuk lomba." Haerin bersandar di bahu ibunya. Ia kemarin tidak tidur sama sekali. Ia memang mahasiswi baru, tapi ikut sibuk membantu Yoongi yang menjadi panitia penyelenggara. Lalu, malamnya sibuk mengerjakan tugas-tugas kuliah dan paginya harus pergi untuk berlatih balet.
"Coba saja Yoongi Hyung jadi ikut. Dia pasti membuka matanya lebar," ledek Jimin sembari meletakkan koper-koper itu di bagasi mobil.
"Berisik, ah!" Haerin langsung masuk ke dalam mobil dan kembali tertidur.
Pria itu tersenyum melihat tingkah adiknya. Selama ini Jimin selalu merasa gemas melihat Haerin.
"Kalau Appa lelah... biar aku saja yang menyetir," ujar Jimin pada sang ayah.
"Ya ish, kau ini." Tuan Son mengacak-acak rambut Jimin. "Mentang-mentang baru dapat SIM sekarang sudah mau menyetir di negara orang? Tidak. Biar Appa saja yang menyetir."
Jimin masih kuliah, namun berbeda univeritas dengan Haerin. Jimin tipe orang yang selalu bersemangat dan sangat ambisius. Padahal Jimin sudah membayangkan bagaimana kerennya ketika menyetir sore di jalan yang diapit oleh perbukitan. Sayangnya, sang ayah masih terlalu cemas dengan keahliannya.
Jimin masuk ke dalam mobil san duduk di samping Haerin. Sementara Tuan dan Nyonya Son berada di depan. Jimin melirik Haerin yang menempelkan kepalanya di kaca. Dengan perlahan, Jimin menggeser duduknya. Ia sangat memperhatikan sang adik. Jimin menuntun kepala Haerin agar bersandar di bahunya supaya bisa tidur lebih nyaman.
"Sudah nyaman?" tanya Jimin sembari mengecup rambut beraroma bunga manis itu.
"Hm." Haerin mengangguk sedikit dan kembali tidur. Ia memeluk Jimin, menjadikan Jimin bantal yang empuk. Bahkan satu kakinya sampai naik ke pangkuan Jimin.
Mobil itu mulai berjalan, melalui perkotaan yang padat kemudian menyisir jalan berliku dengan pemandangan sore yang indah. Rumah-rumah semakin jarang, tergantikan oleh ladang hijau yang luas. Banyak sekali hewan ternak seperti sapi, ayam, dan domba. Mereka dibiarkan berkeliaran dengan satu atau dua penggembala. Bukit-bukit terlihat seperti melodi yang tak beraturan, langit pun bewarna biru bercampur jingga dengan awan putih yang bergerombol bak bulu domba yang dicukur.
![](https://img.wattpad.com/cover/334120415-288-k947095.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
VANTABLACK [M]
Fanfiction[Mafia Story] Son Haerin menyimpan sesuatu di dalam otaknya hingga menjadi obsesi gila para mafia, termasuk suaminya sendiri yang bernama Antonio Sir Jeon. Ketika sedang terjebak dalam fase terhitam dari yang paling hitam dalam hidupnya, Son Haerin...