Note : Duh ini part paling deg degan sih ahahahahah.
🚫🚫🚫
Pagi ini Seokjin tak mengendarai mobil menuju ke titik lokasi yang dikirim Pyongho. Pria itu tampak gelisah sekaligus penasaran. Seokjin bahkan tak bisa memejamkan matanya sedikit pun setelah Pyongho mengatakan bahwa Soona telah ditemukan. Sebenarnya ia merasa aneh, karena Pyongho tak langsung memberitahunya setelah menemui Soona. Kakak tertuanya itu mulai berlagak aneh dan tak terduga sejak calon istrinya dibunuh Jungkook.
Mobil Seokjin masuk ke dalam satu perkomplekan rumah yang lumayan sepi. Titik lokasi sudah berada di depan, Seokjin menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah rumah berkonsep industrial. Rumah itu sangat besar, mewah, namun sepi. Seorang penjaga membuka gerbang dan mempersilakan mobil Seokjin masuk.
Seokjin melihat mobil Pyongho di area halaman rumah yang luas. Seokjin disambut baik oleh seorang pelayan. Rumah itu besar, tapi hanya mempekerjakan satu penjaga di dekat gerbang dan satu pelayan di dalam rumah.
Seokjin menatap dinding putih yang luas di koridor penghubung antara ruang tamu dan keluarga. Terdapat beberapa bingkai foto yang berjajar rapi dalam tiga baris. Masing-masing baris terdapat sembilan sampai sepuluh bingkai foto.
Semua foto di baris pertama masih bewarna hitam putih. Foto-foto itu diambil sekitar tahun 1930-an. Setiap foto menampilkan sekitar sembilan sampai sepuluh prajurit yang duduk serta berdiri dalam posisi rapi. Masing-masing dari mereka memakai seragam angkatan darat, lengkap dengan atributnya seperti baret, sepatu, dan lainnya. Masing-masing dari mereka membawa senapan.
Foto-foto di barisan kedua sama dengan barisan pertama, namun bedanya sudah bewarna dan tanggal tertulis sekitar tahun 1980-an. Seluruhnya adalah pria dengan tinggi seimbang dan postur tubuh tegap. Satu foto ada sekitar sembilan sampai sepuluh prajurit yang berjajar rapi, menggunakan seragam angkatan darat dengan atribut lengkap. Ya, satu foto untuk satu regu. Ada sekitar sembilan regu hingga foto itu berjumlah sembilan.
"SOOKA," gumam Seokjin setelah melihat tulisan di bawah foto.
Seokjin melihat sosok Son Jaekim di salah satu foto itu. Son Jaekim masih sangat muda. Seokjin juga melihat foto Hwan Doha yang berada dalam satu regu dengan dengan Son Jaekim. Benar, Hwan Doha adalah komandan utama SOOKA pada masa itu.
Di bari sketiga, Seokjin sudah menebak bahwa foto-foto itu adalah para anggota VEM. Tak seperti dua baris di atas yang didominasi pria, beberapa anggota VEM adalah wanita. Ia melihat ada Taehyung dan Hoseok di regu tujuh, sementara Namjoon serta Namra di regu lima. Berbeda dari Hoseok, Taehyung, dan Hoseok yang memegang senapan panjang, Namra justru memegang sebuah simbol untuk medis. Mereka memakai seragam lengkap dan tampak gagah.
"Jin-ah."
Seokjin menoleh dan menatap Pyongho yang berdiri di belakangnya.
"Kau tak pernah bilang kalau mau beli rumah baru." Kakaknya itu memang jarang pulang ke kediaman Kyo, jadi Seokjin pikir Pyongho membeli rumah baru.
"Bukan rumahku," jawab Pyongho.
"Soona di sini?"
"Ya. Ikut aku."
Mereka menuju pintu yang menuju ke ruang bawah tanah menggunakan lift. Begitu pintu lift terbuka, Seokjin mendengar suara gaduh layaknya orang yang berkelahi. Ada suara pukulan, gerangan, serta teriakan. Seokjin tahu Pyongho adalah kakaknya, namun ia tak bisa menurunkan sisi waspadanya. Pyongho juga bersikap aneh.
Seokjin berjalan mengikuti Pyongho masuk ke dalam sebuah ruangan yang sangat luas. Langkah Seokjin berhenti ketika ia melihat sebuah ring tinju yang luas di tengah ruangan. Ada dua orang yang bertarung habis-habisan di atas ring itu. Banyak sekali cipratan darah di sana. Tapi, anehnya pertarungan itu tak kunjung dihentikan padahal dua orang itu sudah berlumuran darah.

KAMU SEDANG MEMBACA
VANTABLACK [M]
أدب الهواة[Mafia Story] Son Haerin menyimpan sesuatu di dalam otaknya hingga menjadi obsesi gila para mafia, termasuk suaminya sendiri yang bernama Antonio Sir Jeon. Ketika sedang terjebak dalam fase terhitam dari yang paling hitam dalam hidupnya, Son Haerin...