23. Sweet Poison

2.5K 310 857
                                    

Note : haloo ketemu lagi di malam minggu ini ihihihi.

🍂🍂🍂

"Aku pernah membunuh seseorang secara tak sengaja, Jimin-ah. Setiap aku mengingatnya, aku merasa kesakitan. Aku mungkin bisa melumpuhkan, tapi aku tak bisa menghabisi nyawa seseorang."

"Aku ini pendosa, Van. Aku tidak bermaksud menjadikamu pendosa juga. Membunuh manusia memang buruk, tapi membunuh monster yang membahayakan manusia adalah hal baik yang harus dilakukan."

Namun sayangnya, tidak semua monster harus dihabisi.

Taehyung tak kunjung menemukan jawaban yang tepat, terlalu banyak cabang sehingga ia bingung memilih jalan yang mana. Ia terus berpikir tentang keuntungan apa yang akan didapatkannya jika Antonio tiada. Sayangnya, tidak ada. Justru dengan terbunuhnya Antonio, maka misi Taehyung bisa hancur.

Bisnis kotor yang dikelola Sir Jeon mungkin akan terungkap, tapi siapa yang harus bertanggung jawab?

Sementara banyak sekali korban dan kerugian akibat bisnis kotor itu. Pelaku harus mendapat hukuman yang setimpal. Sebagai seorang kapten, Taehyung mencoba melihat dari banyak perspektif. Sejak kemarin, Taehyung selalu diam untuk memikirkan jalan keluar. Di titik inilah, Taehyung akan berhadapan dengan kekalahan dan kemenangan.

Jimin memberi waktu untuk berpikir dan mendapat keputusan yang tepat. Sebenarnya, Jimin memberi pilihan yang mudah karena Jimin menganggap Taehyung sebagai temannya. Jimin tak mau Taehyung terjerat dosa akibat membunuh manusia. Jika Taehyung tak mau, Jimin tak masalah. Jimin akan mencari seseorang yang bisa menggantikan Taehyung.

Masalahnya, Taehyung telah mengetahui rencana itu. Biarpun bukan Taehyung yang membunuh Antonio, Taehyung tetap dilema. Antara dia harus membunuh atau menyelamatkan Antonio. Karena kalau dipikir kembali, jika Taehyung menyelamatkan Antonio dari pembunuhan itu, maka Antonio akan mempercayainya kembali dan memudahkan Taehyung menangkap pria itu. Tapi ya.... Taehyung sama aja berkhianat pada Jimin karena membongkar rencana pembunuhan itu.

Ditambah, ada satu kalimat Jimin yang membekas dan menjadi pertimbangan besar untuk Taehyung.

Yaitu, saat Jimin mengatakan, "Jika kau bersedia membunuh Antonio, maka aku akan merestuimu dan Haerin. Ini bukan tentang timbal balik, Van. Keberanianmu untuk membunuh Antonio, sudah membuktikan betapa cintanya dirimu pada Haerin. Saatnya aku menyembuhkan diri dari obsesi gila pada adikku sendiri. Kau adalah pilihan yang tepat. Aku ingin... dia hidup bahagia bersamamu."

Jimin menjadi wakil Haerin sejak Son Jaekim tak ada. Restu Jimin setara dengan restu Son Jaekim. Dan, dalam keyakinannya, restu orang tua adalah sebuah anugerah.

Ck!

Kalau Jimin sampai memusuhinya, maka Haerin semakin jauh darinya.

Selain Antonio dan Jimin, Haerin juga berada di tengah pertimbangan. Taehyung tak pernah sepusing ini menghadapi sebuah masalah. Kali ini Taehyung tak mau berdiskusi dulu pada Hoseok. Taehyung ingin mencari jalan keluar sendiri dan tak merepotkan VEM lainnya.

Kebetulan hari ini Jimin sedang sibuk di kantor karena masalah internal. Wajar, soalnya Jimin akhir-akhir ini mengesampingkan pekerjaannya.

Sore ini Taehyung memutuskan untuk keluar dan duduk di taman yang sepi. Pikirannya penuh, terbungkus oleh problematika gila. Taehyung ingin menenangkan dirinya sejenak. Jam di tangan menunjukkan pukul tiga sore dan langit lumayan mendung. Taehyung menurunkan tudung hoodie abu-abu tua yang dikenakannya, kemudian menatap orang yang berlalu lalang di depannya.

Pria itu meneguk air mineral dari dalam botol yang baru saja dibelinya. Napasnya berhembus bersama angin tipis yang datang menghampirinya. Taehyung termenung, duduk di bangku dekat pohon rindang. Tempat itu agak dipojok dan lumayan menenangkan. Ia memandang lurus ke depan, memperhatikan rerumputan hijau yang diduduki orang-orang.

VANTABLACK [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang