Note : ada 1 recommend to listen buat part ini : Lourandes - Arrogancia
🌧🌧🌧
Tuan Il bersama istri dan putranya baru pulang sekitar pukul tujuh malam. Kondisi langit sudah gelap dan aktivitas di peternakan mulai menurun. Hanya ada beberapa pekerja yang sedang mengecek kondisi domba-domba hamil. Tuan Il meminta istrinya masuk duluan, karena ia masih ada urusan di peternakan. Sedangkan putranya yang bernama Won itu sudah terlebih dulu menginjakkan kaki di teras rumah.
Won sangat lelah, berulang kali mengerjapkan matanya karena mengantuk. Sampai-sampai Nyonya Il tertawa saat Won hampir saja menabrak dinding.
Ketika Won hendak membuka pintu, tiba-tiba ada yang membuka pintu dari dalam. Pemuda itu mengusap serta menyipitkan matanya begitu melihat seorang pria berdiri di ambang pintu. Ia tak asing dengan pria itu.
Nyonya Il membulatkan mata.
"Senor...." Nyonya Il langsung membungkuk sembilan puluh derajat ke arah Jungkook.
Suara Nyonya Il membuat Tuan Il melongok keluar dari salah satu kandang domba. Tuan Il segera melepas sarung tangan karet yang baru saja dipakainya. Pria itu berjalan mendekati sang istri sambil menatap ke ambang pintu. Ia juga terkejut dengan kedatangan Jungkook yang tiba-tiba.
"Senor." Tuan Il membungkuk hormat dan gelisah bukan main.
Won terpaku melihat Jungkook yang memberinya tatapan sinis. Melihat kedua orang tuanya membungkuk pada Jungkook, ia langsung mundur dua langkah dan ikut membungkuk hormat.
Jungkook berjalan menuju teras layaknya raja yang haus akan rasa hormat. Dengan dagu sedikit terangkat dan tatapan merendah, pria itu mengembuskan asap putih dari cerutu yang baru saja dihisapnya. Udara sangat dingin, namun Jungkook tak memakai pakaian. Pria itu hanya mengenakan celana panjang hitam. Tato padat hampir menutupi sebagian tubuhnya. Tatapannya terus menuju ke arah gunung gelap dengan latar langit biru kehitaman dan kilat petir yang nyata.
"Kudengar kalian sedang menghadiri acara pernikahan kerabat di atas gunung," ujar Jungkook.
"I-iya, Senor." Tuan Il mendekati Jungkook secara perlahan. "Maaf, kami baru pulang. Di sana tidak ada sinyal, kami tidak tahu kalau Senor akan datang. Sekali kali maaf karena kami tidak bisa menyambut Senor dengan baik," ujarnya dengan rasa takut yang berlebihan.
Selain harus menjaga rahasia keberadaan Haerin, Tuan Il takut Jungkook melakukan sesuatu pada keluarganya. Soalnya dulu, saat awal-awal peternakan ini berdiri, Tuan Il pernah gagal mengelola hingga Haerin rugi banyak.
Haerin memang tak masalah, tapi Jungkook marah gara-gara Haerin murung sepanjang hari. Iya, pria itu marah, bukan karena peternakan istrinya merugi. Tapi, marah karena Tuan Il membuat istrinya murung sepanjang hari. Karena saat itu, Haerin masih menyusui Vanthia. Ibunya murung, anaknya jadi rewel, dan Jungkook kesal bukan main.
Saat itu Jungkook sedang dimabuk cintanya. Tanpa sepengetahuan Haerin, pria itu datang menemui Tuan Il. Ia menghajar Tuan Il habis-habisan. Jungkook mengancam akan membunuh keluarga Tuan Il jika Tuan Il membuat istrinya sedih lagi. Haerin pun harus datang untuk menurunkan emosi Jungkook dan meminta Jungkook memberikan kesempatan pada Tuan Il.
Monster itu memang gila.
Kembali pada Tuan Il yang berada di samping Jungkook dengan kepala tertunduk. Jungkook mengacuhkannya, tetap asyik mengisap cerutu sambil menatap ke arah gunung.
"Aku habis membunuh banyak orang," ujar Jungkook tanpa dosa. Ia melirik Tuan Il. "Pikiranku penat. Aku butuh hiburan di sini." Tatapan pria itu berganti menuju ke arah kandang-kandang domba yang berjajar rapi. "Aku ingin tinggal di sini selama beberapa hari."

KAMU SEDANG MEMBACA
VANTABLACK [M]
Fiksi Penggemar[Mafia Story] Son Haerin menyimpan sesuatu di dalam otaknya hingga menjadi obsesi gila para mafia, termasuk suaminya sendiri yang bernama Antonio Sir Jeon. Ketika sedang terjebak dalam fase terhitam dari yang paling hitam dalam hidupnya, Son Haerin...