Lelucon

29 3 0
                                    

Beberapa waktu itu, aku merasa diriku telah mati, sebab langkahku selalu tertahan oleh ketakutan. Aku merindukanmu--sosok yang justru adalah pelaku utama dalam kasus pembunuhan rasa. Beruntung aku masih di alam sadar bahwa ini hanyalah satu dari sekian banyak bencana besar. Dengan percaya diri, aku keluar dari keterpurukanku

Dan benar, perlahan tapi pasti aku hampir berhasil bangkit dari sepenggal kisah yang mencabik-cabik setengah diriku. Semesta masih memberiku kesempatan untuk melanjutkan perjalanan, setelah lelah merapah jauh dari keterpurukan.

Tapi menyebalkannya, sekelebat bayang menyapaku tanpa rasa bersalah. Kamu menemuiku dengan dalih ingin meminta maaf atas perlakuanmu dulu. Merasa bahwa apa yang kamu lakukan adalah ketidaksengajaan. Ribuan alasan kau ucap sebagai perlindungan diri, merasa bahwa kamu juga tersakiti.

Entahlah. Apa lagi yang akan kamu lakukan? Menghancurkanku kembali setelah aku berjuang mati-matian untuk kembali berdiri? Dan diujung nanti kau akan menertawakanku sebab dengan bodohnya aku menerimamu lagi?

Haha. Maaf atas tawaku. Ketahuilah, kini kamu hanyalah sepotong di antara milyaran bintang di luar angkasa sana; pernah kusukai malam itu, namun besoknya tak akan pernah kukenali lagi.

Eh,
Aku masih sopan--membandingkanmu dengan bintang, kan?

------------------------------
Fazri Aldi; Lelucon
Karawang, 11 Februari 2023

Rembulan Tidak Pernah Menangis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang