Sudah

28 3 0
                                    

Tampaknya bulir bening yang kupunya sudah hampir habis, yang tersisa hanyalah sisa-sisa penderitaan dari pengkhianatan yang diam-diam kau berikan.

Apakah aku terlalu berlebihan, menangisimu yang dengan jahatnya mengambil jalan untuk meninggalkanku?

Hey! Apa aku ingin seperti ini?
Tidak!

Aku juga ingin menjadi manusia yang terlelap dengan tenang, ditemani nyanyian-nyanyian rembulan yang mengusap lembut kelopak mataku. Atau dibangunkan oleh kicauan burung yang tengah riang menyambutku, yang jika aku membuka mata, aku menyimpul.

Tapi bukankah kamu yang sudah membuatku seperti ini; menyodorkan seikat harap kemudian kau hancurkan dengan cepat; memberi kenyamanan kemudian membuat atmaku berantakan; berjanji akan membersamai sebelum kau luluh-lantahkan setiap sudut hati.

Kamu pelakunya.

Sementara aku?
Aku hanyalah korban, yang kau jadikan sebagai bahan percobaan.

Sudah. Biarkan aku melupakanmu dengan susah payah. Hingga sampai semuanya memudar. Seperti daun cokelat kering yang berguguran, hancur berantakan dan menjadi abu, dilindas dan dihancurkan kendaraan yang lalu-lalang. Kemudian diterbangkan angin dan menghilang begitu saja.

Sampai pada waktu yang lama, akan kembali tumbuh daun baru yang lebih kuat.

------------------------------
Fazri Aldi; sudah
Karawang, 02 Februari 2023

Rembulan Tidak Pernah Menangis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang