Qiana membuka mata dan merasakan pipinya basah. Ia pasti bermimpi buruk lagi namun dia tidak bangun malam ini. Sedetik kemudian ia menyadari alasan ia bisa terlelap sampai subuh hari. Pasti karena orang yang mendekapnya saat ini.
Qiana enggan bergerak sedikit pun. Dia menyempatkan diri memperhatikan Arkana dari dekat. Sebenarnya ia menyukainya. Mungkin mengagumi adalah kata yang lebih tepat. Arkana Sagara, seorang vokalis band tidak terkenal bernama potatroz itu menjadi cinta pertamanya.
Rasanya seperti baru kemarin Arkana berdiri di atas panggung dengan gitar dan seragam SMA-nya. Lalu Qiana hanyalah satu satu dari puluhan perempuan yang berdiri sebagai penonton. Arkana yang dulunya gak bisa ia gapai sekarang telah menjadi suaminya.
Sulit dipercaya rasanya kini mereka bangun di atas kasur yang sama. Di dekap olehnya dan berbagi masalah satu sama lain.
Qiana membenci tempat ramai. Dia tahu betapa kuatnya kata benci dan ia menggunakan kata itu untuk keramaian. Namun jika keramaian itu berarti bisa bersama Arkana, Qiana betah mau selama apapun dia ada disana. Itu sebabnya ia selalu antusias saat Kinanti mengajaknya menonton pertunjukan di SMA lain kala itu.
Qiana tidak bersuara tapi pikirannya sangat berisik, penuh dengan suara hatinya yang tak seorang pun tahu.
Rasanya ingin ia mengakui perasaannya. Namun pertemuan pertama mereka setelah konser terakhir lima tahun lalu membuat Qiana kecewa. Arkana yang dulunya sosok pemimpi dan penyayang yang paling menarik berubah menjadi anak pembangkang dan durhaka hanya karena satu orang perempuan.
Melihat Arkana hancur karena pengaruh perempuan buruk itu membuat Qiana merasakan amarah dan kecewa. Bukan Arkana ini yang ia sukai dulunya. Namun Qiana sadar diri ia tidak bisa merubah seseorang dan ia tidak ingin menjadi terapis untuk orang manapun.
Tidak ada satu pun manusia bisa merubah seseorang yang tidak ingin di tolong. Untuk itu dia hanya bisa berdoa pada tuhan. Selalu berharap agar tuhan menunjukkan sebuah cara agar laki - laki itu sadar lalu berubah menjadi orang yang dulu ia kenal.
Memikirkan Arkana berbaikan dengan orang tuanya dan menjalin hubungan yang baik dengan saudaranya membuat Qiana tersenyum tanpa sadar.
"I am so stupid." gumam Qiana dengan pelan lalu memutuskan untuk bangun dan memulai harinya.
Tidak ada gunanya mencurahkan isi hati jika mulut tak bersuara. Sampai kapan pun Arkana tidak akan tahu apa yang ia rasakan. Namun suatu hari pasti akan ia ucapkan. Akan Qiana ungkapkan rahasia ini saat ia siap akan konsekuensinya, mendapatkan Arkana atau kehilangan laki - laki itu untuk selamanya.
[ ... ]
Arkana menyipitkan mata saat sinar matahari mengganggu tidurnya. Dia segera membuka mata saat melihat angka delapan di ponselnya. Dia benar - benar tidur pulas dan rasanya sangat baik. Sayangnya wanita itu sudah tidak ada di sampingnya. Teman tidurnya digantikan oleh sepucuk kertas.
Off for class and don't ever think about picking me up from campus, begitu isi suratnya.
Arkana tertawa kecil. Rasanya seperti Qiana memarahinya melalui surat itu. Dia bangun sepenuhnya setelah menyeruput kopi yang tersedia dalam kulkas. Arkana menghabiskan beberapa waktu untuk membaca berita dan membersihkan badannya.
Ponselnya bersuara dan ia cepat - cepat mengangkatnya. "Apa dam?" tanyanya.
"Video yang lo upload semalam di takedown. Lo dimana sekarang?"
"Oh gitu. Gue di hotel Crystal." jawab Arkana sedikit lesu seraya keluar dari kamar dan turun melalui tangga enggan menggunakan lift.
Mengingat dia belum makan, Arkana mampir di restoran hotel dan menunggu kedatangan temannya. Baru saja menyuap satu sendok nasi, perhatiannya teralihkan ke orang yang tiba - tiba duduk di sampingnya. Itu Adam, teman karibnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINCERELY YOURS
Teen FictionSudah sewajarnya seorang pria dewasa dari keluarga kaya raya menginginkan seorang istri yang cantik, pandai dan cerdas. Qiana Asnawara sangat memenuhi kriteria itu. Dia memiliki ijazah S2 di salah satu universitas terbaik dan telah bekerja tentunya...