[10 - misterius]

1K 51 1
                                    

Ada alasan kenapa Arkana dan Qiana ada di rumah Arman. Mereka di mintai tolong untuk menemani Arsyaka yang masih belum sembuh total. Arkana menolak dengan alasan kalau ada art di rumah tapi alasan itu tidak diterima oleh Suci.

Singkat cerita mereka pun sering bolak balik ke rumah Arman. Kebetulan sekali hari ini bertemu dengan teman satu kampusnya.

Kini mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah. Qiana sibuk dengan ponselnya sepanjang waktu. Dia menyusun jadwal persiapan ujian tertulis untuk ujian tertulis masuk universitas.

Salah satu syarat yang diberikan Suci untuk kebebasan Arkana adalah mendapatkan ijazah, jadi mau tidak mau Arkana harus melakukannya.

"Kita cuma punya waktu seminggu buat belajar. Setiap hari bakalan ada les." lapor Qiana ke orang di sampingnya.

Arkana hanya menjawab seadanya. Qiana mengerutkan dahinya heran. "Kamu kok diam aja?" tanyanya curiga.

"Apa? Kalau ada yang bikin kamu nggak nyaman bilang aja. Nggak suka jadwal belajarnya?"

Arkana menatap Qiana dan menggelengkan kepalanya padahal kalimat itu sudah ada di ujung lidah. "Nggak, nggak jadi." ujarnya lalu lanjut menancap gas saat lampu sudah berwarna hijau.

Qiana merengut penuh kekesalan. Namun saat melihat plakat toko rilet yang berbunyi OhMart. "Arka ada yang mau aku beli, bisa mampir ke mart bentar?" pinta Qiana.

Arkana mengabulkan permintaan itu dan ia memelankan mobil ketika jarak dengan Ohmart semakin kecil. Qiana bersiap - siap turun dan mengambil dompetnya. Saat ingin membuka pintu, Arkana malah menekan tombol central lock.

"Tunggu Qi," ujar Arkana.

Qiana keheranan dan segera mengikuti arah pandang laki - laki itu. "Kamu cari siapa?" tanyanya lagi. Dia hanya menemukan motor dan mobil yang berlalu lalang. Tidak ada yang mencurigakan.

"Liat apa sih?" tanya Qiana lagi, kali ini lebih khawatir.

"Pakai lagi seat beltmu." perintah Arkana lalu ia mengalakan mesin dan melanjutkan perjalanan. Qiana tidak tahu apa yang dikejar Arkana hingga perjalanan mereka lebih kencang dari sebelumnya.

Arkana mengunci perhatiannya pada salah satu pengendara motor. Dia tidak mengenali sang pengendara namun dia kenal dengan wanita yang diboncengnya. Kecepatan motor itu tidak terlalu cepat dan bisa Arkana susul dengan mudah. Tapi tidak Arkana lakukan.

Sampailah mereka di sebuah cafe, tempat nongkrong yang cukup terkenal di kota ini. Arkana melipir dan mengawasi mereka dengan seksama. Qiana juga tidak mengucap sepatah kata pun. Dia lebih tertarik mengawasi reaksi Arkana.

Arkana menurunkan kaca mobil. Dilihatnya Olivia memasuki tempat itu bersama seorng laki - laki yang tidak ia kenal. Mereka berpegangan tangan lalu bertemu dengan segerombolan orang lainnya di salah satu meja.

Arkana dapat melihat jelas segala gerak gerik Olivia dari luar karena mereka duduk di dekat jendela besar. Dia menelpon nomor Olivia dan panggilannya telah masuk. Kira - kira apa yang akan Arkana katakan?

Olivia melihat ponselnya lalu membalikkan ponsel menghadap meja. Panggilan telepon pun terputus. Qiana dan Arkana melihat perbuatan Olivia dengan jelas. Wanita itu asyik saja berbincang dengan teman atau siapapun cowok itu.

Arkana tidak menelpon lagi. Tidak banyak reaksi yang ia tunjukkan. Arkana membuka kamera lalu memotret Olivia yang sedang bersama cowok lain dari luar gedung. Selanjutnya ia kirimkan foto itu via chat ke Olivia.

Tidak ada sepatah kata yang menemani foto itu. Kemarahannya terdengar jelas hanya dengan aksi sederhananya. Setelah itu Arkana menaikkan kaca mobil saat Olivia menatap ke luar.

SINCERELY YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang