[29 - 99 problems]

579 32 0
                                    

Langit sudah mulai gelap. Dinda dan Indah kembali ke kampus setelah menghilangkan bau cat dari baju dan tubuh mereka. Keduanya mencari keberadaan seseorang atau bisa dikatakan dua orang. Indah sedang mencari wanita dengan rambut lurus panjang sedangkan Dinda mencari batang hidung laki - laki yang ia puja. "Disana dia! Kak Qiana ada disana," ujar Indah sedikit bersemangat lalu menggandeng lengan teman Dinda dan menuntunnya ke depan panggung. Indah memiliki banyak sekali pertanyaan untuk Qiana dan malam ini akan ia puaskan rasa penasarannya.

Keduanya tidak sampai pada Qiana, menyapa wanita itu saja tidak jadi sebab Qiana sedang dikerumuni oleh dua orang laki - laki. Indah dan Dinda yakin keberadaan mereka tidak sepadan dengan lawan bicara Qiana, jadi mereka memutuskan untuk memperhatikan mereka dari jarak sedang.

Dua orang laki - laki yang berbicara dengan Qiana adalah Arsyaka dan Adam. Entah keduanya ada keperluan apa di kampus malam ini. Qiana menanyakan hal itu pada mereka. "Kita cuma mau melihat - lihat seperti apa persiapan perayaan esok hari," jawab Arsyaka lalu memasukkan kedua tangan ke saku celana.

"Oh ya? Aku baru tahu kamu suka perayaan. Setahuku kamu selalu menghindari kerumunan."

Adam berdeham dan hampir menertawakan alasan yang Arsyaka gunakan untuk berbohong. Sepuluh menit yang lalu mereka berencana pergi ke cafe untuk mendiskusikan sesuatu. Semua itu berubah ketika Arsyaka mengetahui Qiana berada di kampus saat malam hari seperti ini.

"Kamu mengenalku dengan baik, dan aku tahu kamu pun sama. Daripada tempat ramai dan sibuk ini, lebih baik kita pergi menghabiskan waktu di tempat lain."

Qiana menatap telapak tangan Arsyaka yang terulur ke arahnya. Dia terpaksa harus tidak membalas ajakan laki - laki itu. "Arka masih sibuk disini, aku nggak mau tinggalin dia."

"Oh kamu disini sama Arka?" Arsyaka menepuk dahinya pelan, "Tentu saja! Bodohnya aku! Aku lega kamu tidak sendirian."

Tanggapan Arsyaka terlalu dipaksakan. Dia terlalu sering menjelaskan penolakan itu tidak berdampak apapun padanya dan dengan cara yang berlebihan. Kekecewaan terpancar pekat dari nada bicara dan raut wajahnya. Adam menyadari itu namun Qiana tampaknya tidak sadar kesedihan atau kasih sayang laki - laki itu padanya. Arsyaka yang malang, pikir Adam.

"Kalau aku sendirian disini pasti sudah ada Kinanti. Oh iya, kalau kalian mau pergi, pergi saja duluan nggak apa - apa," ujar Qiana setelah sadar keduanya tampak hendak segera pergi.

"Oh nggak - nggak. Mumpung disini, aku sekalian menyapa temanku saja. Kalian bisa bicara disini," ujar Adam lalu pergi meninggalkan keduanya itu.

Indah berbisik pada Dinda yang berdiri di sampingnya. "Gimana ceritanya coba kak Qiana kenal dekat sama cowok - cowok hit kampus? Pertama kak Arsya yang terkenal cuek dan pintar itu sih nggak terlalu kaget. Tapi kak Adam, yang kabarnya nggak pernah deket sama cewek itu berteman baik sama kak Qiana. Dan, yang paling janggal adalah Arkana karena dia anak maba. Mahasiswa baru yang raih nilai tertinggi, ganteng dan tinggi. Mereka semua kenal sama kak Qiana. Tapi kalau dipikir - pikir mungkin banget terjadi sih. Kita lagi ngomongin kak Qiana, yang nggak kalah terkenal dengan mereka di kampus. Aku denger kakak tingkat kita banyak yang mengirim bunga ke kak Qiana. Oh iya, kak Qiana juga menerima bunga - bunga itu. Tapi entah adakah salah satu dari mereka yang menarik baginya. Kak Qiana kelihatannya masih lajang."

"Huh! Orang sombong memang seperti itu! Kak Qiana tahu dirinya cantik, pintar, dan mungkin modis, serta tinggi. Apapun itu, dia tahu dirinya bisa mendapatkan semua itu mangkanya dia tidak mengencani mereka. Dia hanya ingin perhatian itu untuk hiburan semata tanpa memberi penjelasan pada para kakak tingkat malang itu. Aku geram melihat Arkana menyukainya, dia sungguh tidak cocok untuk Arka."

"Hei itu berlebihan, aku yakin kak Qiana tidak seburuk itu. Tapi Kak Qiana dan Arka? Mustahil terjadi! Mereka berasal dari SMA yang berbeda. Arkana juga jauh lebih muda dari kak Qiana. Bisakah kamu bayangkan mereka menjadi sepasang kekasih? Tidak mungkin terjadi, aku yakin kak Qiana lebih cocok dengan kak Arsya. Tuh lihat saja kedekatan mereka berdua."

SINCERELY YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang