[21 - tenggelamkan aku]

719 41 0
                                    

Liburan ke vila besar di pegunungan merupakan hal yang wajib dilakukan. Udaranya terasa sangat segar, pemandangannya asri dengan hamparan rumput hijau yang luar biasa indah. Vila milik keluarga Sagara tergolong vila yang mewah. Bangunan itu memiliki 5 kamar besar, ruang tamu yang nyaman, panggangan di luar ruangan, kamar mandinya dilengkapi bathtube dan teras indah yang estetik.

Pemandangan utama di daerah ini yaitu danau indah yang berjarak beberapa meter dari vila. Air itu jarang dijamah oleh orang - orang sebab tempat ini cukup jauh dari pedesaan. Sehingga peringatan pertama yang harus Arkana berikan yaitu tidak dekat - dekat dengan danau itu.

Adam menghampiri Arkana yang sedang mengecek air di setiap ruangan. Dia bersandar pada ambang pintu dan menatap temannya itu lama menuntut penjelasan.

"What?" tanya Arkana cukup terganggu lalu berjalan keluar menuju belakang vila mengecek panggangan.

"Explain something, how the hell you married to her? When?"

Arkana mengambil alat pemantik kompor dan satu plastik arang besar. Kemudian mengangkat panggangan itu dengan tangan kanan sementara Adam turut membantunya di sisi yang lain.

"Singkatnya Qiana Asnawara itu pasangan pilihan orangtua gue. Gue tahu apa yang kalian pikirin, Qia yang sempurna, pintar dan cantik itu terlalu baik buat gue yang brengsek ini."

"Gue lebih ke penasaran alasan Qiana setuju sih."

Keduanya berhenti dekat jendela di ruang tamu. Arkana membuka jendela tinggi itu dan membawa panggangan itu keluar ruangan. Adam mengikuti langkah laki - laki itu sebab tidak kunjung mendapatkan penjelasan yang ia ingin dengar. "Intinya kenapa gue nggak di undang?" tanyanya lagi.

"Haha malah itu yang lo permasalahin?" kekeh Arkana. "Orangtua gue suka banget sama Qiana. Lo tahu sendiri pandangan mereka tentang pendidikan dan reputasi. Rencananya mereka nikahin gue sama Qia biar gue kecipratan suksesnya Qiana."

"And guess what?" ujar Arkana lalu mematikan pemantik. "Their plan worked. I got accepted on campus. I can see the future again. I never realized she can influence in my life."

Adam menyadari ada sesuatu yang berbeda pada tatapan temannya itu. "Itu berita bagus. Mungkin ini terdengar aneh, gue lega banget lo nikah sama wanita kayak Qiana."

Arkana tersenyum tipis lalu tidak mengatakan apapun lagi. Dia menepuk - nepuk kedua telapak tangannya untuk meluruhkan debu. Ia sudah selesai memberikan penjelasan pada Adam.

Sebuah motor berhenti di parkiran vila. Itu Arsyaka dan Diksa yang sampai 20 menit lebih lama dari Arkana dan lainnya. Arsyaka melepas helm dan memperhatikan sekitar. "Yang lain mana?"

"Di dalam vila kali." jawab Diksa lalu berjalan menuju vila. Arsyaka mengikuti langkah dari belakang sambil menengok kesana kemari mencari keberadaan Qiana.

Sepuluh menit mereka habiskan untuk mencari jejak Arkana, Qiana, Kinanti atau Adam. Namun tidak kunjung ketemu keberadaan empat orang itu. Diksa memperhatikan danau dan jalan menuju kesana yang mulai tidak terurus.

"Apa mungkin mereka ada di danau?"

"Nggak mungkin, disana jarang didatangi orang dan sama sekali nggak aman. Kata orang disini ada buaya disana tapi nggak tahu lagi sih bener atau nggaknya."

"Buset. Jadi kita datang ke vila yang jauh dari desa dan penuh dengan buaya gitu?"

Arsyaka tidak menjawab pertanyaan itu. Diksa menghadap ke belakang dan benar saja, Arsyaka tidak ada disana. Dia cepat - cepat masuk ke dalam untuk mencari keberadaan Arsyaka. Segala keanehan ini mulai terasa tidak nyaman.

Kabar buruk mengenai danau tidak sampai pada dua orang wanita di ujung geladak kapal. Kinanti memegang tangan Qiana lalu menyuruhnya duduk di atas kayu itu. "Aku merasa nggak seharusnya ada disini Kinan." ujar Qiana khawatir. Dia belum meminta izin pada Arkana.

SINCERELY YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang