PERNIKAHAN

460 47 51
                                    

⟨ 4. PERNIKAHAN ⟩
"Lo udah banyak ngerebut apa pun yang gue miliki, tapi sekarang gue gak bakal biarin lo rebut lagi."

- happy reading -

"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Alfandi Harsa Danuarta bin Bima Danuarta dengan anak saya yang bernama Deraya Estungkara Gantari dengan maskawinnya berupa uang sebesar dua puluh tiga juta dua ratus dua puluh dua ribu dan seperangkat alat salat, tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Deraya Estungkara Gantari binti Achmad Farhan dengan maskawinnya yang tersebut, tunai."

"Bagaimana para saksi, sah?"

"SAH!"

Jantung Raya langsung berdetak kencang dan rasa gugup yang mendominasi. Beberapa detik yang lalu, Alfan yang kini sudah menjadi suaminya, telah mengucapkan Qabul dalam sekali tarikan napas. Kini dia resmi menjadi istri Alfan.

Seperti mimpi, batin Raya yang masih tak menyangka statusnya telah berubah.

Kemudian dia diapit oleh Ibu dan adiknya untuk menuju ruang akad tadi. Ijab Qabul dilaksanakan di rumahnya, sedangkan untuk resepsi mereka sepakat akan mengadakannya setelah Alfan lulus. Pernikahan ini hanya mengundang keluarga dekat dan beberapa tetangga saja, tidak ramai dan tertutup. Bahkan setelah akad pun, nantinya keluarga dari Alfan akan pulang, sedangkan Alfan dan Raya menginap semalam di rumahnya.

Raya tiba di ruang tamu-ruang akad. Pandangan Alfan tertuju padanya dan terpaku akan kecantikannya.

"Hai, Istri." Itulah yang Alfan katakan ketika Raya duduk di sebelahnya. Dengan senyuman manisnya terpancar serta mata yang tak lepas dari Raya, seperti tak ada hari esok saja.

"Gue baru tau, kalo lo bisa secantik ini, Kak," bisik Alfan di telinga Raya.

"Diem lo!" ketus Raya seraya menyenggol kaki Alfan.

Setelah perdebatan kecil itu, mereka berdua diminta penghulu untuk menandatangani beberapa surat pernikahan. Selepas itu, mereka mulai melakukan sungkeman kepada kedua orang tua masing-masing secara giliran. Pada momen ini, Mama Cia menangis haru karena putra bungsunya sudah menikah. Padahal seperti baru kemarin dia melahirkan dan menimangnya, tapi sekarang sudah menjadi suami saja.

Sedangkan Rahayu-Ibunya Raya-hanya berekspresi biasa sembari memeluk Raya. Dia berbisik, "Jadilah istri yang baik untuk suami kamu, Raya. Jangan mempermalukan Ibu dan Ayah di depan mertua kamu."

Raya yang mendengarnya hanya bisa mendengus pelan. Ibunya itu memang berbeda dengan ibu lain.

"Mama titip Al, ya, Raya. Kalau dia macem-macem atau bikin kamu kesel, jewer aja telinganya. Kalau dia susah disuruh belajar, kamu paksa aja sama jangan kasih tidur di kamar," ucap Mama Cia saat Raya sungkeman kepadanya. Raya tersenyum dan mengangguk, sedangkan Alfan cemberut malu.

"Al bisa tidur di kamar Al sendiri lah," cetus Alfan.

"Mama gak bakal bukain pintu buat kamu nanti," sahut Mama Cia.

"Udah-udah jangan diterusin," tegur Papa Bima tatkala Alfan akan membalas.

Setelah serangkaian acara akad selesai terlaksana, rumah yang tadinya ramai pun kini kembali sepi. Beberapa saat yang lalu para tetangga dan penghulu sudah pulang, hanya tersisa Mama Cia, Papa Bima, Oma, dan kedua orang tua serta adiknya Raya saja. Mereka sedang berbincang-bincang di ruang tamu. Objek pembahasan mereka pun adalah sang pengantin baru, yaitu Alfan dan Raya.

Estungkara dan Harsanya [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang