PACARAN

345 34 8
                                    

⟨ 8. PACARAN ⟩
“Untuk sekarang lebih baik kita tutup dulu status kita, tapi saat di waktu yang tepat, gue sendiri yang bakal kenalin lo ke dunia sebagai istri gue.”

— happy reading —

"Alfan cepetan!" Suara teriakan Raya terdengar cukup nyaring. Ia berdiri rapi di halaman depan rumah sembari menenteng tas bekal berukuran sedang.

"Iya-iya, Kak. Buset teriakannya sampe belakang rumah," sahut Alfan yang datang dengan tergesa-gesa.

Raya mendengkus. "Lagian tadi udah gue bilangin, jangan makan pedes nanti lo sakit perut. Dibilangin suka gak didengerin!" dumelnya yang membuat Alfan gemas hingga menangkup kedua pipinya.

"Iya-iya, Kak Rayaaa. Gue minta maaf. Sekarang kita bisa pergi, Kak?" tanya Alfan dengan lembut bak pengawal kepada tuan putri. Ia hanya tak mau perdebatan itu berlanjut sampai membuat Raya ngambek. Alfan tidak mau didiami oleh Raya, menyeramkan!

Di bawah langit yang cukup cerah, motor yang mereka kendarai melaju dengan kecepatan normal. Menikmati hilir angin yang menerpa wajah masing-masing. Sesekali Alfan berceloteh dan Raya yang menanggapi. Saling bertukar cerita tentang keseharian mereka ketika di luar rumah, atau Alfan yang menyampaikan gurauan.

"Nanti Oma pasti kaget liat cucu kesayangannya yang sekarang lebih gembul dari terakhir ketemu," cetus Alfan ketika motor berhenti di lampu merah.

"Ini kita beneran gak kasih kabar dulu ke Mama, kalau kita mau mampir ke rumah?" tanya Raya seraya memajukan sedikit kepalanya hingga sejajar dengan kepala Alfan.

Alfan mengangguk. "Biar surprise," katanya.

Motor kembali melaju tatkala lampu lalu lintas berubah menjadi warna hijau. Jarak tempuh dari rumah mereka ke rumah orang tua Alfan tak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu 30 menit jika jalanan tidak macet. Ketika mereka memasuki area perumahan yang cukup elit, keadaan cukup lengang karena biasanya di weekend banyak orang di perumahan itu pergi berlibur dengan keluarga masing-masing. Tak terkecuali keluarga Alfan sendiri, dulu mereka juga sesekali pergi berlibur ketika akhir pekan datang.

Sampai di depan rumah keluarga Alfan, pagar rumahnya tertutup. Alfan turun untuk membuka pagar, untungnya dia memegang kunci pagar cadangan.

"Kayaknya di rumah gak ada siapa-siapa deh," ucap Raya pelan setelah melihat-lihat kondisi rumah yang sangat sepi.

"Bentar gue liat garasi dulu," ujar Alfan yang kemudian pergi ke samping rumah di mana garasi berada. Tak lama setelah itu, dia kembali.

"Mobil Papa gak ada, kayaknya mereka lagi keluar. Coba gue telpon dulu deh." Alfan langsung mengeluarkan ponselnya dan segera menghubungi mamanya.

Panggilan pertama tak terjawab. Baru di panggilan kedua akhirnya tersambung.

'Assalamualaikum, Ma. Al ada di depan rumah, tapi kok sepi banget? Lagi pergi, ya?'

Alfan langsung to the point.

'Waalaikumussalam. Loh, kamu sekarang lagi di rumah? Ih kenapa gak bilang dari kemarin, sih, Al? Mama, Papa, sama Oma sekarang lagi di Bogor. Oma kamu katanya kangen sama rumah lama, jadinya kita berangkat deh kemarin sore.'

Alfan mendesah kecewa. Raut wajahnya itu menjawab keadaan yang sedang terjadi sekarang, begitu pikir Raya.

'Niatnya Al mau kasih surprise sama Oma. Ini Kak Raya juga udah bawain kukis sama bronis buat Oma. Katanya Oma lagi kepengen itu. Tapi ya udah deh, Ma.'

'Yah ... pasti menantu Mama buat sendiri, ya? Maaf, ya, Mama juga gak kabarin kalian kalau lagi di Bogor.'

'Gak apa-apa, Ma. Kalau begitu, kalian hati-hati di sana, ya. Titip salam sama Papa dan Oma. Al tutup telponnya, Assalamualaikum.'

Estungkara dan Harsanya [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang