JANITA: Hadiah dari Tuhan

396 19 2
                                    

⟨ 28. JANITA: Hadiah dari Tuhan ⟩

“Kita memang kehilangan, tapi Tuhan menggantinya dengan memberikan kita bidadari kecil yang cantik, yang akan melengkapi hidup kita.”

— happy reading —

ckiiittt!

Suara ban mobil yang bersentuhan dengan paving block terdengar cukup nyaring ketika Alfan menghentikan mobilnya. Begitu mobil berhenti, Raya yang duduk di kursi penumpang pun langsung keluar dan berlari menuju resepsionis.

"Sayang, jangan lari!" teriak Alfan yang kemudian pergi menyusul Raya.

Raya tak mendengarnya, karena situasi sekarang sedang urgent. Raut khawatir dan gelisah sangat kentara di wajah Raya saat ini.

"Ruang operasi di sebelah mana, ya, Sus?" tanya Raya begitu sampai di depan meja resepsionis. Napasnya memburu padahal hanya berlari dari halaman depan rumah sakit.

"Anda bisa lurus ke sana, kemudian belok kiri. Ruang operasi ada di bagian ujung," jawab Suster penjaga resepsionis.

Raya kembali berlari begitu mengucapkan terima kasih kepada Suster tadi. Sampai di depan ruang operasi, terlihat seorang wanita paruh baya yang sedang duduk dengan penuh kegelisahan.

"Ibu Asih!" panggil Raya hingga membuat wanita paruh baya itu menoleh.

"Nak Raya." Bu Asih kemudian memeluk Raya dan menangis. "Tadi Ibu sedang kontrol ke tiap kamar dan pas Ibu kontrol di kamar Elsa, dia—dia sudah tergeletak di lantai dengan banyak darah!" ungkap Bu Asih yang semakin membuat Raya khawatir.

"Kali ini apa yang dilakukan Elsa, Bu? Apa dia sempat kumat lagi?" tanya Raya meminta penjelasan lebih dari Bu Asih tentang Elsa.

Bu Asih menggeleng. "Tidak, Nak. Akhir-akhir ini Elsa jauh lebih tenang dan mulai bisa berbaur dengan pasien yang lain. Dia juga bisa tertawa bersama mereka. Tapi sepertinya, karena kemarin ada salah satu keluarga yang menjenguk temannya. Mendadak Elsa jadi pendiam setelah melihat keluarga itu, kemudian dia langsung minta untuk kembali ke kamar karena katanya perutnya kram. Ibu antar dia ke kamar, Ibu juga masih sempat ngobrol dengan Elsa semalam. Dia merajut beberapa pakaian yang katanya untuk anaknya nanti. Tapi tadi pagi, tiba-tiba Ibu lihat Elsa sudah tergeletak di lantai dengan banyak darah di tangannya. Elsa sempat sadar sebelum Ibu bawa ke rumah sakit, tapi di perjalanan dia tiba-tiba menutup matanya. Ibu khawatir terjadi sesuatu pada Elsa dan bayinya, Nak." Jelas Bu Asih dengan menceritakan detail kejadian Elsa.

Setelah Ayah Farhan dan Ibu Rahayu dipenjara, kejiwaan Elsa sedikit terganggu sehingga dia harus dimasukkan ke dalam panti rehabilitasi. Namun Elsa tetaplah Elsa, dia seperti masih menyimpan segudang masalahnya sendirian. Terkadang dia tenang dan berbaur dengan pasien yang lain, terkadang juga dia tiba-tiba kumat dan melakukan percobaan untuk menggugurkan kandungannya. Sudah beberapa kali Elsa mencoba untuk membunuh bayinya, tapi bayi yang ada di kandungannya sangat kuat dan mampu bertahan sampai hari ini. Raya sampai sangat iba terhadap kondisi Elsa yang sekarang, sakit seperti apa yang dipendam oleh adiknya itu?

Di tengah situasi penuh ketegangan di luar ruang operasi, tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi yang membuat mereka tercekat.

"Dokter tadi bilang, bahwa kondisi Elsa sangat kritis dan itu membuat kandungannya terancam. Alhasil Elsa harus melakukan operasi caesar hari ini juga. Maaf Ibu tidak meminta pendapat kalian dulu tadi, Ibu terlampau panik dan akhirnya langsung menyetujui saran dari dokter untuk segera melakukan operasi caesar," ujar Bu Asih yang membuat Raya dan Alfan pun mengangguk paham.

Estungkara dan Harsanya [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang