PERTEMUAN

569 62 29
                                    

⟨ 2. PERTEMUAN ⟩
"Stop buat ngeluh, keajaiban gak bakal datang dengan lo ngeluh."

- happy reading -

Di sebuah restoran bintang lima, tepatnya di ruang VIP, terdapat sebuah pertemuan antar dua keluarga. Mereka bertemu untuk membahas rencana perjodohan antara kedua anak mereka.

"Bagaimana kalau pernikahannya di Minggu ketiga bulan November saja? Tanggal dua puluh dua, bulan November, tahun dua ribu dua puluh dua," usul Cia tentang tanggal pernikahan untuk putranya.

Rahayu-Ibunya Raya-mengangguk setuju. "Kebetulan tanggalnya cantik," katanya.

"Iya, 'kan? Gimana menurut kalian?" tanya Cia kepada suaminya dan Farhan.

"Saya setuju, Bu," jawab Farhan.

Begitu juga Bima-suaminya-turut menyetujui. "Kalau anak-anak gimana?" tanyanya kepada Alfan dan Raya.

"Apa pun itu, Raya setuju," ujar Raya yang sedari tadi memasang wajah datarnya.

Sedangkan Alfan tampak keberatan. "Kenapa gak nunggu Alfan lulus dulu, sih?" tanyanya.

Cia spontan menatap putranya. "Alfan, kita sudah bicarakan ini di rumah," ujarnya pelan.

Alfan mendengus. "Iya, Al setuju," putusnya.

"Karena kita sudah sepakat, sekarang kita bahas soal wedding organizer," ujar Cia.

"Raya permisi ke toilet," tutur Raya yang kemudian pergi ke toilet. Dia sudah sangat jengah berada di sana.

Raya membasuh wajahnya dengan air di wastafel. Tak peduli dengan make up yang tadi menghiasi wajahnya, toh juga wajahnya tetap cantik tanpa menggunakan make up. Selang berapa detik, seseorang masuk ke dalam. Raut wajah Raya seketika berubah datar nan dingin.

"Kakak."

Dia Elsa, adiknya.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Raya dengan ketus.

"Aku mau ngomong sama Kakak. Maaf gara-gara aku, Kakak dijodohin sama dia. Kakak yang sabar yah," ucap Elsa dengan raut wajah sedihnya.

Raya tersenyum miring. "Jangan ajari gue sabar. Gue dijodohin sama bocah ingusan yang belum tamat SMA, itu semua gara-gara lo! Gue heran sama orang tua kita, bisa-bisanya mereka manjain anak yang egois dan minta harus dingertiin tapi gak pernah ngertiin orang lain kayak lo. Jangan tunjukkin wajah sok polos lo di sini, orang tua kita gak ada," ucapnya dengan penuh rasa geram.

Sedetik kemudian, wajah yang tadinya menunjukkan raut kesedihan berubah menjadi raut wajah penuh senyuman.

"Aku cuma mau ngomong itu aja. Selebihnya, semoga hidup Kakak nanti baik-baik aja seperti yang Kakak harapkan selama ini. Jika itu benar-benar terjadi," ujar Elsa sebelum pergi dari toilet.

Sedangkan Raya berusaha mengontrol emosinya. Kedua tangannya mengepal dengan kuat hingga kukunya menekan kulit telapak tangannya. Sebenarnya sedari tadi Raya ingin sekali melayangkan tangannya kepada Elsa, tapi Raya masih ingat ada ikatan persaudaraan di antara mereka.

"Kenapa gue harus punya adik kayak dia," gumam Raya dengan penuh rasa geram.

Ketika Raya keluar dari toilet, alangkah terkejutnya ia saat Alfan bersandar di tembok dekat toilet.

"Gue mau ngomong sama lo," ucap Alfan.

"Ngomong aja," sahut Raya.

"Gak di sini. Ayo ikut gue!" titah Alfan yang mau tak mau Raya ikuti. Lagi pula, Raya sudah menebak bahwa bocah SMA itu pasti akan bertanya soal perjodohan di antara mereka.

Estungkara dan Harsanya [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang