⟨ 11. BASKET ⟩
“Oh jadi guru privat yang katanya sempet lo taksir itu ... Kak Raya?”— happy reading —
"Kak Raya," panggil Alfan pada Raya yang tengah menata makanan di atas meja makan.
Raya hanya membalas dengan deheman. "Nanti siang lo sibuk gak?" tanya Alfan.
Raya berpikir sejenak kemudian menjawab, "Kelas gue selesai jam dua dan gak ada jadwal privat hari ini." Alfan mendesah kecewa mendengarnya dan itu membuat Raya keheranan.
"Kenapa?" tanya Raya balik.
"Di sekolah gue lagi ada pekan hiburan, jadi seminggu ini kegiatan cuma bazar, pensi, sama lomba olahraga gitu. Nah hari ini gue ada tanding basket—sebenernya final sih, karena tandingnya udah dari kemarin. Niatnya gue mau ngundang lo buat dateng liat gue, tapi kayaknya gak bakal sempet, ya? Soalnya final dimulai jam dua siang ini," jawab Alfan dengan raut penuh kekecewaan yang kentara. Dia ingin Raya datang melihatnya, tapi perempuan itu baru selesai kelas jam dua, yang mana finalnya nanti baru dimulai jam dua siang juga.
"Gue usahain dateng deh." Ucapan Raya sontak membuat Alfan menatapnya berbinar, namun itu hanya sebentar. "Kalau lo gak bisa gak apa-apa, Kak. Gue tahu pasti lo capek banget nanti kalau harus langsung ke sekolah gue, cuma buat liat gue final basket," sergahnya.
Raya tersenyum. "Gue bilang gue bakal usahain dateng, Al. Lagian gue juga pengen liat lo main basket kok," balasnya. Alfan tersenyum lebar mendengarnya dan benar-benar mengharapkan kedatangan Raya nanti.
"Eh, tapi emang gue boleh dateng ke sekolah lo, ya?" tanya Raya.
"Boleh, kok! Soalnya pekan hiburan itu buat umum, Kak." Alfan menjawabnya dengan antusias. Raya sedikit tertawa melihat tingkah Alfan itu.
"Okedeh. Nanti begitu kelas selesai, gue bakal langsung ke sekolah lo, ya." Alfan mengangguk-angguk mendengarnya, persis seperti anak kecil. Lucu sekali.
Nih anak kadang nyebelin, kadang lucu juga, batin Raya yang melihat raut Alfan sangat cerah, ketika dia mengatakan akan mengusahakan datang untuk melihatnya bermain basket nanti.
[ 09.53 am ]
SMA Neo
Sesuai ucapan Raya tadi pagi, kini dia sudah berdiri di depan gerbang sekolah Alfan untuk melihatnya bermain basket. Sekolahnya tampak begitu megah apabila dilihat dari luar, bisa ditebak bahwa murid-murid yang sekolah di sana berasal dari keluarga yang berada. Salah satunya adalah Alfan—suaminya sendiri.
Sejujurnya, sampai detik ini Raya masih tidak menyangka bahwa bocah belum tamat SMA itu adalah suaminya. Apalagi ketika dia menyebut Alfan sebagai suaminya, itu cukup menggelikan untuk telinganya sendiri. Beberapa hari tinggal bersama Alfan tak membuatnya merasa risih, justru Raya merasa senang karena rumahnya kembali hidup seperti saat neneknya masih ada. Raya jadi memiliki teman bicara lagi saat akan tidur, selain itu perlahan perasaan nyaman itu dia rasakan terhadap Alfan.
Oh apakah Raya sudah menjatuhkan hatinya pada Alfan?
Jawabannya tentu saja belum. Selama ini Raya tak pernah dekat dengan lawan jenis, tak terkecuali ayahnya sendiri. Setiap ada teman lawan jenis yang mendekat, Raya akan langsung memasang benteng setebal dan setinggi mungkin untuk mengantisipasi hal yang tidak dia inginkan. Raya tahu betul bahwa beberapa teman laki-lakinya ada yang menyukainya, tapi Raya tak ingin terjebak dalam hubungan yang tak jelas seperti pacaran. Bisa dibilang, Raya tak tertarik untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Estungkara dan Harsanya [TAMAT]
Romance"Jangan ajari gue sabar. Gue dijodohin sama bocah ingusan yang belum tamat SMA." - Raya. "Bocah yang lo sebut ingusan itu juga bisa bikin bocah, lho, Kak." - Alfan. [ 08.14 pm ] Pertama kali dipublikasikan pada tanggal 15 Januari 2024 © Februari, 20...