⟨ 23. KEBENARAN LAINNYA ⟩
“SIALAN! Gue nggak bakal maafin lo, Elsa!”— happy reading —
Keesokan harinya.
Alfan datang dengan membawa segelas susu ibu hamil untuk Raya. Raya menerimanya dengan senang hati. Saat ini, mereka ada di rumah keluarga Alfan. Mama Cia meminta mereka untuk tinggal di sana, sampai kandungan Raya memasuki trisemester kedua nanti. Baik Raya dan Alfan tidak ada yang bisa menolak perintah dari Mama Cia. Selain itu, Mama Cia juga ingin memantau perkembangan kehamilan Raya.
"Mama ke mana, Kak?" tanya Alfan ketika tak melihat sosok Mama Cia.
Raya meletakkan gelas susu ibu hamil di atas meja, kemudian menjawab, "Tadi katanya mau ke rumah Bu Salma. Ada demo panci presto atau apalah itu."
Mendengar itu seketika Alfan mendengus. "Mama kebiasaan banget," cibirnya.
Raya tertawa kecil mendengarnya dengan tangannya secara refleks mengelus perutnya. Sebuah kebiasaan baru Raya setelah mengetahui bahwa dia tidak sendiri lagi sekarang, melainkan ada janin yang hidup di perutnya. Perasaan berbunga selalu Raya rasakan dan tak sabar untuk segera bertemu dengan calon anaknya nanti. Tak hanya Raya saja, Alfan dan keluarganya pun juga sangat menanti kelahiran janin ini ke dunia.
"Kakak ada kepengen sesuatu gitu gak?" Alfan tiba-tiba bertanya.
Mulanya Raya ingin menggelengkan kepalanya, namun entah mengapa setelah Alfan bertanya, dia jadi memikirkan sesuatu. "Bakso yang waktu itu kita datengin, kira-kira udah buka apa belum, ya, Al?" tanyanya. Tiba-tiba saja di benaknya terlintas bakso yang mereka makan setelah kejadian itu.
Alfan mengecek jam di ponselnya. "Biasanya udah mulai tata tempatnya, sih. Kakak mau makan bakso Pakde, ya?" Raya mengangguk dengan antusias. Alfan tersenyum seraya kemudian mengusap puncak kepala Raya.
"Kalau begitu, aku beliin sekarang, ya. Mau ikut atau di rumah aja? Eh, tapi di rumah lagi nggak ada siapa-siapa, ikut aja gimana?" tanya Alfan yang langsung dibalas gelengan kepala dari Raya.
"Aku di rumah aja. Masih ada si Mbok kok, toh Mama bentar lagi pulang," jawab Raya. Raya sedang tidak selera untuk keluar rumah, dia ingin duduk sambil menonton kartun Doraemon yang akhir-akhir ini sering ditontonnya.
Pada akhirnya, Alfan pun pergi sendiri untuk membeli bakso Pakde. Raya benar-benar anteng duduk di ruang tamu sambil memakan kripik, sebagai temannya menonton kartun Doraemon. Awalnya Raya menonton kartu dengan tenang, sebelum tiba-tiba datang tamu yang tidak diundang, yaitu Elsa.
Karena acara menontonnya jadi terganggu, Raya pun langsung bangkit dari duduknya dan menatap datar kedatangan adiknya itu.
"Maaf, Mbak Raya. Tadi Mbok sudah larang masuk, tapi Mbak Elsa memaksa untuk masuk ke dalam," ucap si Mbok yang tak enak hati.
"Nggak apa-apa, Mbok. Mbok bisa kembali bekerja sekarang," titah Raya yang diangguki si Mbok. Raya kembali menatap Elsa dengan pandangan menelisik. Cukup heran karena penampilan Elsa hari ini tak seperti biasanya, pipinya yang merah dan dahi sebelah kirinya yang diberi plester.
Tatapan kebencian sangat kentara di mata Elsa. Napasnya bahkan memburu dan kedua tangannya yang saling menggenggam erat.
"Mau apa lo ke sini? Apa lo masih belum puas buat hancurin hidup gue?" tanya Raya to the point.
"Kemarin kamu berhasil bikin aku sakit untuk kesekian kalinya, Kak. Kali ini, aku mau gantian kamu yang merasakan sakit itu," ujar Elsa yang membuat Raya bingung. Tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Elsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Estungkara dan Harsanya [TAMAT]
Roman d'amour"Jangan ajari gue sabar. Gue dijodohin sama bocah ingusan yang belum tamat SMA." - Raya. "Bocah yang lo sebut ingusan itu juga bisa bikin bocah, lho, Kak." - Alfan. [ 08.14 pm ] Pertama kali dipublikasikan pada tanggal 15 Januari 2024 © Februari, 20...