BALON MATAHARI

252 28 5
                                    

⟨ 12. BALON MATAHARI ⟩
“Lo gak perlu jadi sempurna seperti Opa, Papa, atau Mas Abi, cukup jadi diri lo sendiri. Cukup jadi Alfan si matahari buat gue.”

— happy reading —

Seperti perkataan Alfan tadi, dia mengikuti Raya dari belakang dengan motornya. Semenjak pulang dari sekolahnya tadi, ekspresi Alfan tak berubah dan seolah semakin menunjukkan rasa kesal yang kentara. Alfan tidak tahu mengapa tiba-tiba saja suasana hatinya berubah dalam sekejap.

Jadi Irsyad suka sama Kak Raya? Kok gue baru tahu, ya, kalo Kak Raya itu guru privat-nya Irsyad? batin Alfan bertanya-tanya.

Alfan berdecih pelan. "Kenapa gue jadi kesel begini, sih?" gumamnya.

Matanya memandang punggung Raya dalam-dalam. Dia akui bahwa Raya itu memang cantik, wajahnya yang natural dan senyumnya yang indah. Siapapun yang melihatnya pasti juga akan langsung menyukai Raya dalam pandangan pertama. Tak heran jika Irsyad—temannya itu juga suka dengan Raya. Gara-gara ucapan Wanda tadi, Alfan jadi kilas balik tentang pembicaraan mereka kala itu.

"Jadi lo ikut les privat gitu, ya, Syad?" tanya Ica ketika mereka berlima—Alfan, Saka, Irsyad, Ica, dan Wanda—berkumpul di rumah Saka. Mereka memang kadang-kadang berkumpul di salah satu rumah masing-masing, ketimbang nongkrong di luar. Selain hemat bensin, mereka juga akan mendapatkan makanan dan minuman gratis dari para ibu masing-masing.

Irsyad yang sedang memakan kacang itu mengangguk. "Kata Bunda, gue harus persiapan dari sekarang buat ujian kelulusan nanti," katanya.

Alfan mengernyit. "Bukannya ujian kelulusan itu masih lama, ya? Buru-buru amat Bunda lo itu," sahutnya.

"Tapi ada benarnya juga Tante Samara nyuruh lo ikut les, soalnya nilai lo di semester ini meningkat banget. Bahkan kayaknya lebih bagus nilai lo ketimbang nilainya Alfan," timpal Ica yang sedang berbagi kacang dengan Wanda.

Wanda mengangguk. "Tapi Irsyad walau nggak ikut les tetep pinter, sih. Inget nggak kalau lo dulu pernah ikut kelas akselerasi bareng Bima, lo juga hampir lulus lebih dulu bareng Bima, kalau aja lo nggak memutuskan mundur waktu itu," ujar Wanda yang disetujui oleh Ica. "Sayang banget padahal tinggal beberapa bulan lagi, tapi karena kecelakaan waktu itu lo jadi mundur dari kelas akselerasi," imbuhnya.

"Musibah nggak ada yang tahu, sih," cetus Saka yang sedari tadi diam tengah mengupas kulit kacang. Dia hanya sendirian mengupas kacang dari kulitnya, sedangkan teman-temannya yang lain hanya sibuk memakannya saja.

"Tapi ... gue ngerasa sangat berterima kasih ke Bunda karena daftarin gue les di sana," ucap Irsyad ragu dengan tersenyum malu-malu. Ekspresinya itu membuat teman-temannya menatapnya bingung dan penasaran.

"Soalnya guru privat gue cantik banget. I mean, she's my ideal type banget," cicit Irsyad yang langsung disoraki oleh teman-temannya.

"Wow! Seorang Irsyad Al Malik untuk pertama kalinya tersipu guys!" celetuk Alfan setelah melihat pipi Irsyad merah merona karena salting.

"Gue jadi penasaran siapa cewek yang berhasil bikin si kutu buku ini jatuh cinta," sahut Ica dengan ekspresinya yang sangat antusias.

Dan sekarang, Alfan jadi mengetahui bahwa perempuan itu adalah Raya—istrinya saat ini. Lagi-lagi Alfan berdecih kala mengingat tentang hari itu, hari di mana Irsyad mengatakan tengah kasmaran untuk pertama kalinya dalam hidupnya.

Irsyad nggak ada apa-apanya, sekarang gue yang jadi suaminya nih! batin Alfan seraya mengeluarkan seringai tipis khasnya.

Motornya berhenti di perempatan jalan karena lampu lalu lintas berada di warna merah. Alfan berhenti di sebelah kiri Raya tepat, lalu dia menoleh ke Raya yang ternyata perempuan itu juga sedang menoleh ke arahnya.

Estungkara dan Harsanya [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang