⟨ 19. KEBOBOLAN ⟩
"Kurang ajar kamu!"
— happy reading —
Tahun 2023 berjalan dengan begitu cepat. Padahal seperti baru kemarin Raya melaksanakan UAS, saat ini sudah akan memasuki UTS saja. Di bangku perkuliahannya yang sudah menginjak semester 4 ini, makin banyak kegiatan yang menguras tenaga Raya. Bahkan tak ayal sampai Raya pulang malam hari ketika jadwal kuliahnya benar-benar sibuk.
"Pucet banget muka lo, Ya. Udah makan belum tadi pagi?" tanya Widi—satu-satunya teman dekat Raya di kampus.
Raya yang rautnya tampak sangat kelelahan itu mengangguk. "Cuma dikit. Akhir-akhir ini nafsu makan gue naik turun, belum lagi pusing mikirin tugas sama UKM yang bikin gue stres. Emang pucet banget, ya?" tanya Raya balik seraya mengambil ponselnya untuk mengecek raut wajahnya sendiri.
Widi mengangguk dan menyodorkan air minum pada Raya. "Lo kayak mayat hidup. Minum ini deh, tadi gue beli dan belum gue minum sama sekali," katanya. Raya menerima air minum isotonik dari Widi dan segera meminumnya hingga tersisa separuh.
"Nggak ada matkul abis ini, mending lo pulang dan istirahat deh, Ya. Takut banget gue kalo lo pingsan di kampus," ujar Widi yang benar-benar khawatir melihat Raya hari ini seperti mayat hidup. Bibirnya yang pucat, matanya yang sayu, dan sedari di kelas tadi pun mengeluh kepalanya pusing hingga tak fokus mendengarkan dosen yang sedang mengajar.
"Eh, lo bawa motor nggak?" tanya Widi ketika mengingat bahwa biasanya Raya ke kampus memakai motor.
Raya menggeleng pelan disaat kepalanya ia sembunyikan di kedua lengannya di atas meja. Kemudian dia menoleh ke Widi dan berkata, "Gue dianter sama Alfan tadi."
Widi mendekatkan kepalanya ke Raya. "Terus brondong lo itu tahu kalo lo sakit?" tanyanya yang diangguki oleh Raya. Widi memang mengetahui tentang Alfan, namun hanya sebatas hubungan pacaran seperti yang disepakati olehnya dengan Alfan, Widi masih belum tahu kalau Alfan adalah suaminya.
"Tadinya gue disuruh absen dulu hari ini, cuma lo taulah Pak Atma gimana orangnya? Mana gue ada projek yang kudu didiskusiin bareng beliau hari ini. Jadi, gue maksa masuk setelah tadi pagi minum obat. Gue pikir setelah minum obat kepala gue jadi mendingan, tapi ternyata makin sakit dan sekarang gue mual banget," terang Raya yang semakin membuat Widi khawatir.
"Lo mual banget? Gue lagi nggak ada kresek, Ya!" Saking khawatirnya Widi, dia bereaksi sedikit heboh hingga membuat orang-orang yang ada di taman kampus itu menatap mereka.
Raya menggelengkan kepalanya. "Anterin gue pulang aja," pintanya kepada Widi yang langsung diiyakan oleh temannya itu.
"Eh, tapi—gue mau ke minimarket dulu beli pembalut, Ya. Stok gue abis soalnya di rumah, nggak apa-apa, 'kan?" kata Widi saat mereka sampai di parkiran motor.
Ketika Widi menyebut kata 'pembalut', tubuh Raya langsung terpaku setelah mengingat sesuatu. Tamu bulanannya sudah lewat dua bulan yang lalu! Bagaimana dirinya bisa melupakan hal itu? Apakah saking sibuknya dia di kampus, sampai melupakan jadwal bulanannya sendiri?
Gimana kalau yang gue pikirin beneran terjadi? Batin Raya penuh keresahan.
[ 11.11 am ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Estungkara dan Harsanya [TAMAT]
Romance"Jangan ajari gue sabar. Gue dijodohin sama bocah ingusan yang belum tamat SMA." - Raya. "Bocah yang lo sebut ingusan itu juga bisa bikin bocah, lho, Kak." - Alfan. [ 08.14 pm ] Pertama kali dipublikasikan pada tanggal 15 Januari 2024 © Februari, 20...