BERKUNJUNG

247 24 0
                                    

⟨ 10. BERKUNJUNG ⟩

“Jangan bersikap sok tahu tentang hubungan dan rumah tangga kita berdua, biarlah itu jadi urusan gue sama Kak Raya, lo gak perlu turut campur sampai jelek-jelekin Kak Raya.”

— happy reading —

"Beneran gak mau gue anter nih?"

Alfan terus mengikuti Raya ke mana pun istrinya itu berjalan. Menanyakan hal yang sama sejak lima belas menit lalu, membuat Raya merasa jengkel dengan tingkah Alfan.

"Gue bisa sendiri kok. Lo baru pulang dari sekolah, mending istirahat dulu dan makan, gue tadi udah masak ayam sama lodeh. Lagian gue cuma pergi gak sampe dua jam, cuma ngajar privat di perumahan sebelah itu," tutur Raya yang entah sudah kali berapa dia menjelaskan.

Pasalnya sedari satu jam yang lalu, ketika Alfan baru pulang dari sekolahnya dan Raya mengatakan bahwa akan pergi mengajar privat, tiba-tiba Alfan mengatakan bahwa ingin mengantarnya. Padahal seragamnya saja belum dilepas, tapi Alfan keukeuh ingin mengantarnya. Raya jelas langsung menolak karena tak ingin merepotkan Alfan, selain itu dia juga tidak mau membuat Alfan kelelahan karena mengantarnya.

Alfan mengembuskan napas panjangnya. "Beneran, nih? Gue gak ngerasa kerepotan kok, kalau itu yang lo pikirin, Kak," katanya yang tepat sasaran. Anak itu selalu bisa menebak isi pikirannya.

Raya menatap Alfan datar. "Enggak, ya, Al. Gue bisa pergi sendiri," sahutnya yang tak ingin dibantah lagi.

Akhirnya Alfan pun pasrah untuk membujuk Raya. Kemudian dia melepaskan seragam yang sedari tadi masih dikenakannya.

"Lo nanti malem ke kafe?" tanya Raya ketika Alfan kembali dengan kaus oblong berwarna putih dan wajah yang basah.

Alfan menggeleng. "Hari Senin kafe libur. Kenapa emangnya, Kak?" tanyanya balik.

Raya tersenyum tipis. "Bagus deh kalau begitu. Nanti malem kita belajar bareng, sekalian belajar buat persiapan ujian kelulusan lo," jawabnya yang sontak membuat Alfan melotot tak terima.

"Ujian kelulusan masih lama, loh, Kak!" Alfan memprotes karena usulan Raya.

"Apa salahnya belajar dari sekarang? Gue tahu, ya, kalau lo itu selalu belajar kebut semalam tiap mau ujian. Mama juga bilang kalau lo itu akhir-akhir ini kebanyakan main game!" ujar Raya yang turut menyebut-nyebut Mama Cia dan membuat Alfan berdecak sebal.

Mama pasti ngadu banyak hal ke Kak Raya! batin Alfan.

"Gak usah ngedumel, ya. Nanti malem kita belajar di ruang tamu setelah makan malam. Mulai malam ini, gue bakal jadi guru privat lo juga," cetus Raya seraya berdiri di depan Alfan yang sudah goleran di lantai dan bersandar pada sofa.

Lagi-lagi Alfan mendengkus. Niat Raya memang baik, tapi Alfan adalah salah satu anak sekolahan yang juga akan ogah-ogahan kalau disuruh belajar. Prinsip Alfan adalah, dia akan membuka buku hanya ketika ada PR dan ujian saja. Walaupun dirinya ogah-ogahan untuk belajar dan terlihat seperti anak badung di sekolah, Alfan akan selalu bisa memasuki peringkat 10 besar. Alfan itu pintar, hanya saja rasa malasnya yang terlalu over saat disuruh belajar. Ada yang sama?

"Gue pergi dulu, ya. Jangan lupa makan mumpung ayamnya masih anget," ucap Raya sebelum pergi.

Di ambang pintu, Alfan mengantar Raya yang akan pergi mengajar privat. Walaupun sedikit awkward, tapi Raya mencium punggung tangan Alfan layaknya istri yang pamit kepada suaminya.

"Hati-hati, ya, Kak. Kalo ada apa-apa telpon gue, gue bakal pergi detik itu juga buat susul lo." Perkataan Alfan membuat Raya geli hati. Apakah anak itu mengkhawatirkan dirinya?

Estungkara dan Harsanya [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang