KEBOHONGAN

273 23 0
                                    

⟨ 20. KEBOHONGAN ⟩
“Well ... memang cuma Kakak yang sangat mengenalku.”

— happy reading —

Baru sampai mereka masuk ke dalam rumah beberapa langkah, tiba-tiba ...

Bugh!

Tiba-tiba Alfan tersungkur setelah mendapatkan pukulan cukup keras dari Ayah Farhan.

"Kurang ajar kamu!" desis Ayah Farhan dengan urat-urat wajah yang menonjol.

"ALFAN!" Raya yang terkejut itu pun langsung menjerit. Dia langsung membantu Alfan untuk berdiri kembali dan menatap nyalang ke Ayahnya. "Kenapa Ayah pukul Alfan?!" tegurnya.

"Dia pantas mendapatkan itu!" sentak Ayah Farhan seraya menunjuk wajah Alfan. Entah apa yang sudah terjadi, Raya melihat bahwa Ayahnya kini sedang sangat marah. Kemudian matanya melirik ke Ibunya yang tengah merangkul Elsa yang sedang menangis.

Walaupun Raya tidak tahu apa yang terjadi, tapi dia bisa menebak bahwa ini merupakan bagian dari rencana licik Elsa. Apa yang Elsa perbuat kali ini?! batin Raya penuh emosi.

"Anda tidak bisa langsung memukul wajah anak saya, Pak Farhan. Kita dengarkan dulu penjelasan dari Alfan, barangkali ada kesalahpahaman di sini," ucap Papa Bima untuk menengahi. Dari wajahnya saja juga terlihat tengah memendam emosi, tapi Papa Bima tidak gegabah seperti Ayah Farhan.

"Salah paham bagaimana yang Anda maksud?! Jelas-jelas anak saya tadi mengatakan, bahwa putra kalian sudah menghamilinya! Alfan yang sudah membuat Elsa hamil!" sahut Ayah Farhan dengan mata yang nyalang.

"Apa?" Raya berseru kaget setelah mendengar ucapan Ayahnya. Spontan matanya langsung bertabrakan dengan mata adiknya. Elsa hamil?

Ayah Farhan menarik tangan Alfan dan menyeretnya menuju ruang tamu, di mana semua orang tengah berkumpul di sana. Kemudian Ayah Farhan melepaskan cekalannya setelah membuat Alfan duduk bersimpuh di dekat Elsa. Tak ada yang mencegah, Mama Cia sudah menangis dan Papa Bima diam memperhatikan.

"Saya mau, kamu tanggung jawab atas apa yang sudah kamu perbuat. Nikahi Elsa sekarang juga!"

"Tunggu, maksudnya Ayah gimana?" Raya langsung maju tidak terima karena Alfan disuruh untuk menikah dengan Elsa.

"Alfan suami Raya. Ayah nggak bisa tiba-tiba nyuruh dia buat nikahi Elsa. Kalau ternyata Alfan bukan pelaku yang membuat Elsa sampai hamil, bagaimana?" sambung Raya yang membela Alfan.

"Lalu, kamu pikir Elsa yang bohong? Hah?!" sentak Ayah Farhan dengan nada yang cukup tinggi.

"Tolong jangan bentak istri Alfan, Yah. Kak Raya—"

"DIAM KAMU!" Ayah memotong kalimat Alfan. Kemudian Ayah Farhan melanjutkan. "Di sini kamu yang salah. Saya sudah mempercayai kamu agar bisa menjaga Raya, tapi kamu malah merusak adiknya. Apakah kamu tidak puas dengan satu perempuan, sampai-sampai kamu juga nafsu dengan adik dari istri kamu sendiri?!"

"Maaf kalau saya tidak sopan. Tapi saya tidak terima dengan hinaan Ayah. Sumpah demi Allah, saya tidak pernah berzina dengan Elsa. Seperti yang sudah saya ucapkan ketika ijab qobul, saya akan menghormati dan menjaga istri saya, yaitu Kak Raya. Keluarga saya juga mengajarkan untuk menghormati martabat seorang perempuan, jadi saya tidak mungkin berbuat sejauh itu, apalagi saya sudah memiliki istri. Saya yakin di sini ada kesalahpahaman—" Belum Alfan menyelesaikan kalimatnya, Elsa sudah memotong pembicaraannya.

"Salah paham apa, Al? Kamu nggak inget malam itu, ya? Tujuh hari setelah Oma kamu meninggal, kamu lupa sama kejadian waktu itu?" tanya Elsa beruntun dengan wajah sembabnya, matanya sangat merah dan wajahnya terlihat kacau.

Estungkara dan Harsanya [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang