"Nggak sih, Fal. Rugi besar namanya kalo nyelingkuhin modelan Aa kamu mah. Secara Aa kamu udah tersertifikasi menantu idaman emak-emak. Mungkin iya selingkuh kalo yang jadi selingkuhannya lebih perfect dari Aa kamu. Tapi kenyataannya dimata Teteh gak ada yang lebih perfect dari Aa kamu, gak ada yang lebih ganteng dari Aa kamu, gak ada bisa ngetreat Teteh sebaik Aa kamu. Teteh udah beruntung punya Aa kamu, ngapain harus nyari yang lain yang belum tentu bisa sebaik Aa kamu?"
"Teh, liat Teh Aa salting! Liat tuh dia senyum-senyum sendiri, Teh. Liat telinganya juga merah... Mmmph...," Rian langsung membungkam mulut meresahkan Haidar hingga dia tak dapat melanjutkan kalimatnya.
"Ini yang ceweknya Aa atau Teh Maya sih? Gue gak pernah liat Teh Maya salting gara-gara Aa, malah keseringan sebaliknya!" sahut Nova.
"Yang belum tau rasanya dipuji sama cewek sendiri mending diem aja, deh! Lo gak akan bisa paham sebelum ngerasain sendiri."
"Udah atuh kalian teh riweuh banget, malu ih, ada tamu loh di sini!" sang kepala keluarga akhirnya bersuara.
Ninda sang tamu yang dimaksud oleh Abas tertawa kecil. "Gak apa-apa lebih seru kalo rame. Ini mah tamu jadi-jadian, anggap aja gak ada!"
"Oh, iya, ada apa nih kok ada Ninda segala? Ngapain, Nin?" Rian yakin ada sesuatu yang penting makanya Ninda berada di rumahnya.
"Iya nih lagi pada ngapain sih? Naufal juga fokus banget liatinnya sampai-sampai ngomong sama Teteh aja gak liat orangnya." nada bicara Maya terdengar santai namun cukup menyindir Naufal.
Naufal berdehem canggung. "Maaf, Teh. Naufal lagi liatin A Nova sama Teh Ninda ngedata warga buat pemilihan umum. Bisa aja buat pemilihan umum berikutnya Naufal yang dapat tugas ngedata, jadi sekarang Naufal mau liat caranya gimana."
"Lah, udah mulai harus di data ya? Kok gue gak diajak ngurus sih, Nin? Malah sama Nova!" protes Rian.
"Lo kan sibuk kerja, Yan. Gue mah ngajak yang suka ada di sini aja," jawab Ninda dengan santai.
"Eh, Maya sama Ninda baru pertama kali ketemu ya? Kenalan atuh sok! Walaupun mungkin udah tahu satu sama lain, tapi kenalan itu wajib. Siapa tau nanti jadi bestie kan," kata Bunda mengalihkan pembicaraan.
Dengan senang hati Ninda beranjak menjabat tangan Maya. "Kita seumuran pasti, jadi panggil Ninda aja!" ucapnya sambil tersenyum hangat
Maya langsung dapat menilai bahwa Ninda ini merupakan sosok yang asik, mungkin nanti mereka bisa berteman baik. Mungkin.
Maya membalas senyuman Ninda tak kalah hangat. "Maya."
"Gimana, neng Ninda? Anak Bunda pinter milih, kan?"
Ninda mengangguk tanpa ragu. "Iya, Bun. Rian pinter banget milihnya, bisa-bisanya dia dapet cewek se-perfect ini."
"Kok bisa sih lo mau sama Rian, May? Dia waktu kecil cengeng tau! Dicubit dikit aja nangisnya berjam-jam."
"Diem deh, Nin. Emang lo mau tanggung jawab kalo nanti calon istri gue jadi infeel sama gue? Awas kalo sampe Maya gak jadi mau nikah sama gue, itu fiks gara-gara lo!"
•••
Rian menghampiri Nova yang kini sedang bersantai di kamarnya. Kegiatannya dengan Ninda sudah selesai beberapa saat yang lalu. Ninda pun juga sudah pulang. Maya tengah asik mengobrol dengan sang Bunda, Rian memanfaatkan waktu ini untuk berbicara empat mata dengan adik pertamanya.
Rian menatap sekiling kamar adiknya yang sangat berbeda dengan kamar laki-laki pada umumnya. Jika laki-laki pada umumnya memajang miniatur motor atau mobil bahkan pesawat, Nova memajang lightstik. Poster Blackpink tertempel di dinding, tak lupa foto Jisoo yang hadir di setiap sudut, album-album juga tersusun rapi di rak lemarinya. Maka cocok Nova disebut fanboy garis keras, karena dia memang fanboy garis keras sungguhan, bukan hanya seorang fans yang modal kuota saja.