"Gue gak salah, gue cuma bilang ke ayah kalo gue gak mau ikut, itu doang!"
Ternyata beginilah rasanya jadi Rian, Nova sungguh kewalahan. Berperan sebagai sulung ternyata tidak mudah.
"Iya tapi lo denger sendiri tadi ayah bilang apa Fal, kalo lo gak ikut Haidar juga gak boleh ikut. "
"Ya kalo gitu protesnya ke ayah jangan ke gue!"
Nova heran. Tidak biasanya Naufal sekeras ini, perdebatan antara Haidar dan Naufal sering kali terjadi, namun kali ini Nova rasa sangat panas, keduanya sama-sama sangat keras, Haidar bahkan sudah meninggalkan rumah sejak tadi dan belum kembali lagi sampai sekarang.
"Oke deh, gue mau tau alasan lo se gak mau itu ikut touring apa? Gak biasanya lo gini loh, biasanya walau lo gak terlalu suka lo tetep bakal mau. " Nova menuntut penjelasan.
"Ngapain? Cuma buang-buang waktu sama uang aja, lima ratus ribu kali dua cuma buat motoran gue rasa berlebihan. Kalo emang pengen banget berkendara jauh mending kita mudik ke rumah abah! Jauhnya sama, kan?"
"Boong, bukan itu alasannya, kan? Bilang sama gue yang sebenernya, kenapa? Tumben lo kayak gini, kenapa lo marah sama Haidar?"
Naufal terdiam. Ya, Nova benar, bukan hanya itu alasannya.
"Lo pada udah gede, gue capek, anjing, gue gak sesabar A Rian!" Nove meninggikan suaranya.
"Sekarang bilang sama gue, cerita kalo emang masih nganggap gue kakak lo!" Kesabaran Nova sudah habis.
Nova tak bisa menahan, jujur dia kecewa pada dua adiknya yang tak pernah mau bercerita, memilih memendam semuanya. Nova yang selalu tak tau apa-apa sering kali merasa tak berguna sebagai kakak, padahal Nova sudah berusaha sebisa mungkin menjadi penengah seperti yang dipinta oleh Rian. Tapi marahnya kedua adiknya itu sama-sama marah dalam diam, sehingga ada dendam terus terpendam, akibatnya semua masalah jadi tak pernah terselesaikan.
Naufal masih diam, enggan bersuara. Karena masalahnya ini tentang perasaannya.
"Dar, udah dong," Lerai Naufal. Mita dan Haidar tak ada bedanya dengan Nova dan Haidar saat dirumah.
"Air yang disini boleh gue pake cuci tangan gak sih? Tangan gue kotor nih?" Tanya Haidar pada siapa pun yang mau menjawab.
"Ini mau dimasak buat minum sih. Kalo mau cuci tangan mending ke kolam ikan tadi, Dar, bareng aja yuk, gue sekalian mau nyuci wadah bekas marinasi tempe sama tahu!" Jawab Raya.
"Oh, ya udah ayo!"
Hari itu, awalnya Naufal tak berniat untuk mengikuti.
Namun karena perkataan Satya yang berbisik, "Ikut sana Fal, takutnya pas mereka balik dari sana langsung ada pengumuman mereka udah jadian!"
Tidak, saat itu Naufal tak langsung menyusul Haidar dan Raya.
Hingga Mita pun menyeletuk, "Ih, si Raya gimana sih, ini ditinggal, parah!"
Naufal langsung melihat ke arah Mita. "Apa yang ketinggalan, Ta? Sini biar gue yang bawa, gue mau nyusul ke sana!"
Oke, semesta berpihak pada Naufal.
Langsung saja Naufal berlari menyusul ke dekat kolam, hingga beberapa langkah lagi sampai, Naufal tiba-tiba menghentikan langkahnya, dan malah memilih menguping pembicaraan dua insan yang tampak tak menyadari kehadirannya.
"Ray, kalo gue dorong lo ke kolam, lo bakal marah gak?"
"Ya, pasti."
"Kok jawabnya gitu? Kok lo gak teriak emosi? Kalo Mita yang gue tanya, pasti langsung teriak atau paling parah dorong gue duluan ke kolam!"