25. Sebelum berjalan masing-masing

1.3K 137 29
                                    

"Ibu ucapkan selamat, kalian berhasil melewati enam semester disekolah ini dengan baik, kalian banyak membuat prestasi dan membanggakan sekolah ini, ibu sebagai wali kelas sangat berterimakasih pada kalian semua. Ibu minta maaf selama ibu menjadi wali kelas kalian tanpa sengaja menyakiti perasaan kalian, kurang memahami kalian, kurang memberi kenyamanan, ibu minta maaf atas kesalahan ibu. Ibu doakan yang terbaik untuk kalian semua, untuk yang ingin langsung berkerja, semangat, ibu tau dunia kerja itu lebih keras. Dan untuk yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih lanjut ibu doakan juga kalian berhasil masuk ke yang kalian harapkan."

Diluar ekspektasi, banyak siswa mengira kelulusan adalah hal yang paling membahagiakan, sebab mereka akhirnya terbebas dari semua tugas sekolah. Mereka melupakan satu hal, perpisahan. Mereka harus berpisah dengan semua kenangan indah semasa sekolah.

Berpisah dengan teman, berpisah dengan lingkungan sekitar yang sudah membuat nyaman beberapa tahun kebelakang, berpisah dengan guru kesayangan.

Tangis pun pecah, isakan memenuhi ruang kelas XII MIPA 2. Baik murid perempuan ataupun laki-laki, tak ada satupun yang tidak mengeluarkan air mata.

Naufal tertunduk dengan tangis yang mati-matian dia tahan agar tidak pecah, dia harus bicara mewakili teman-temannya. Naufal menarik nafas dalam-dalam, mencoba mengontrol emosinya.

"Kami juga ingin meminta maaf, maaf bu, selama kami jadi anak didik ibu, masih belum bisa jadi yang seperti ibu harapkan, kesalahan kami masih terlalu banyak daripada kebanggaan yang kami ciptakan. Terimakasih atas bimbingan ibu selama tiga tahun, ibu wali kelas terbaik yang pernah kami temukan, ibu guru favorit kami, ibu benar-benar berhasil memainkan peran sebagai orang tua kedua kami, kami semua sayang ibu. "

Selanjutnya Naufal berdiri. Dia hampiri sang pelita dalam kegelapannya, mencium tangannya sangat amat lama, penuh dengan ketulusan, dengan kucuran air mata yang tak lagi dapat terbendung. Satya beserta teman-teman sekelasnya yang lain mengikuti tindakan Naufal.

Saat-saat yang menguras air mata itupun berakhir, kini pembahasan tentang acara perpisahan. Semua sangat bersemangat membahasnya, meskipun sisa ingus dan air mata masih ada. Bebagai request dikeluarkan, tapi itu belum tentu akan terlaksana, harus dimusyawarahkan dengan kelas-kelas lain dahulu sebab ini acara seangkatan bukan hanya sekelas.

"Oh iya, untuk yang mau ikut touring, jadinya lusa ya, biaya untuk penginapan sudah di infokan sama kepala sekolah minggu kemarin kan. Kenapa diinapkan, karena perjalanan dari sini ke cibodas itu jauh, sampai ke cibodas pastinya capek, makanya diintruksikan menginap di sana saja semalam untuk istirahat, besoknya pulang lagi. Ibu hanya mengingatkan untuk bensin itu tanggungan sendiri ya, biaya yang disampaikan kepala sekolah kemarin hanya untuk menginap dan konsumsi di sana."

"Gas, Fal?" Tanya Satya pada teman sebangkunya.

Naufal menggeleng.

"Lah, kok? Tapi gue denger Haidar dah siap banget tuh berangkat, Haidar sama temen-temennya udah pada gak sabar."

"Kalo dia pengen ikut ya udah biar dia ikut. Kalo gue juga ikut malah jadi  double pengeluaran, mending salah-satu aja biar gak terlalu berat."

Naufal berpikir kesana, biaya perpisahan saja diatas satu juta, kali dua orang, sudah lebih dari dua juta. Touring, untuk menginap semalam lima ratus ribu per orang, kalo dua orang berarti satu juta, belum bensin, pastinya butuh banyak bensin untuk perjalanan sejauh itu.

Jarak antara perpisahan sekolah dengan wisuda sang kakak juga dekat, biaya wisuda tentunya lebih besar. Segitu banyak tanggungan sang ayah, belum nanti menyusul pendaftaran Naufal ke fakultas kedokteran.

Uang.

Uang.

Dan uang.

Memang benar, uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang.

PERSEGI | 00L dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang